Drawing book & pencil

1.9K 217 19
                                    

By:hyuckers

.

.


Aku sebuah buku gambar.

Dimana tangan lembut nan penuh kasih itu tidak pernah meninggalkan ku. Ketika panas sekalipun, dengan senang hati aku memayunginya, meski masih terkena panas nya dia masih sempat mengulas senyum dan mengucapkan terimakasih padaku. Bahkan ketika hujan, aku melebarkan tubuhku, untuk menjaganya. Meskipun tetap saja aku tidak sepenuhnya menjaga dia.

Ah, aku merindukan nya.

Kertas putih yang menjadi tempat dimana sebuah pola terbentuk. Itu sebagian tubuh ku.

Ketika tajam nya pensil mengukir kasar dan berdecit dengan ngilu, aku tetap menerimanya. Sebab, dia--sang pelukis-- masih saja memberikan senyum manisnya. Aku menyukai dia, menyukai dia ketika dia bahagia. Meskipun dia sedang menggambar seseorang.

Segala cerita hidupnya aku tau. Sebab terkadang, apa yang ia rasakan ia tulis juga dibagian belakang tubuhku.

Dia selalu menulis.

"Untuk Jisung. Aku mencintai mu. Kepada Jisung segala cinta ku simpan di kalbu. Dari Jisung segala duka sekalipun tetap indah bagiku."

Bukankah dia seorang yang bodoh? Mencintai seseorang yang bahkan mengabaikan nya.

Aku, bukti atau hadiah saat pernikahan Chenle -pelukis tadi- dengan orang yang selalu ia tulis. Jisung, Park Jisung.

Aku juga saksi dari kasarnya Jisung yang menampar Chenle ku. Aku mendengar jelas bagaimana Jisung mememaki Chenle bahkan dengan segala umpatan dan kata yang tidak sepantas nya dia dengar.

Aku kadang ingin menangis saat Chenle ku yang ceria tiba-tiba runtuh saat Jisung membanting pintu kamar mereka. Aku tau, bagaimana perasaan nya saat ini. Tau betul bahwa Chenle tidak selamanya harus tersenyum. Bagus! Chenle sudah seperti aktor yang menyembunyikan duka dari suaminya.

Setelah itu, dia kembali mengelus ku. Mulai membawa pensil yang akan menyakiti ku lagi. Tak apa, aku baik saja agar sedikit nya Chenle lega.

Dia akan kembali menulis

"Teruntuk Jisung. Aku masih mencintai dan akan selalu mencintai. Hari ini kembali pipiku terasa panas. Bahkan hatiku lebih panas dari pipiku. Kamu, kamu kembali menorehkan luka. Tapi aku tak apa. Aku bukan budak cinta, karna aku pemilik cinta. Aku majikan nya. Dan kamu adalah raja dari ratu yang selalu kau sakiti.

Jisung, aku tak pernah meminta untuk berhenti melakukan kekasaran padaku. Sebab aku tau, kau memang tak menyukai ku. Itu wajar. Jadi, mari bahagiakan dirimu sendiri."

Dia tidak menangis. Tapi dia tersenyum. Aku tau betul, Chenle memang seperti itu. Seolah dia memberi ku ketenangan. Sepertia dia berkata padaku 'aku baik-baik saja'.

Padahal jelas sekali, dia yang membutuhkan seseorang untuk menguatkan nya.

Jisung, lelaki itu berubah setelah beberapa minggu menikah dengan Chenle. Lebih kasar maksudnya. Bahkan dia memperlakukan Chenle tidak lagi seperti sebelum mereka menikah.

Apa ini memang sifat seorang Park Jisung?

Oh, biar ku beri tau satu alasan kenapa Chenle selalu menggambar Jisung.

Dia punya riwayat penyakit yang bisa membuat dia melupakan semua hal, semua orang. Aku tidak tau jelas apa nama penyakit itu. Jelas saja, aku hanya sebuah buku gambar. Dimana aku tau apa nama penyakit itu. Lagi pula, Chenle tidak pernah memberitahu ku tentang itu.

Bitter Sweet - JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang