KE EMPAT PULUH

3.4K 489 20
                                    

Delshad,

Pernikahan kami tinggal 4 bulan lagi, acara lamaran yang tadinya akan dilaksanakan 3 bulan sebelum pernikahan, akhirnya sudah kami rampungkan minggu lalu, karena sebagian besar keluarga memiliki waktu kosong, termasuk mas Rayyan kakak nya Embun yang akhirnya kembali dari London.

Akhirnya calon istriku bisa bernapas lega, karena mas Rayyan akan segera on board di perusahaan papa mereka. Tanggung jawab Embun pun mulai terurai. Dia mulai bisa fokus ke pekerjaannya sendiri dan persiapan pernikahan kami. Rencana nya Embun sendiri, baru akan on board di perusahaan papanya, setelah kami menikah, aku memang memintanya aktif di perusahaan papanya saja, walau dia menolak posisi managerial, dengan alasan tidak mau terlalu sibuk dengan dunia kerja.

Tidak sabar rasanya aku menunggu 4 bulan kedepan, membayangkan hari – hari ku akan lebih bermakna. Punya istri, dan semoga kami langsung di karuniai anak. Soal anak, aku dan Embun memang sepakat tidak menunda, mengingat usiaku yang sudah 32 tahun ini dan Embun juga sudah 28 tahun. Kami ingin punya 3 anak jika Allah mengizinkan, lebih juga aku terima, the more the merrier.

Persiapan pernikahan kami juga tergolong lancar, vendor – vendor tidak ada yang berulah, mungkin karena calon istriku juga lumayan galak kalau ada yang coba – coba macam – macam. Semua sangat lancar, sampai aku menerima sebuah pesan dari Eka.

"Eka : Shad, Elvira udah di Jakarta lagi, sebenarnya udah 3 bulanan, she's dying to meet you. Dia masih cinta banget sama lo"

Aku melirik ke wanita disebelahku, yang sedang asik memilah – milah design kartu undangan. Kenapa pesan seperti ini harus datang disaat semuanya terasa sudah aman terkendali? Aku tidak mau ada masalah lagi antara aku dan Embun.

Masalah Eka yang selalu membahas – bahas Elvira, sudah terkubur sejak 3 bulan yang lalu, kondisi kami sudah stabil, Embun juga sudah kembali nyaman denganku, tidak pernah lagi menyinggung – nyinggung soal perasaanku, yang menurutnya masih mengambang antara dia dan Elvira.

Kejadian paling menyeramkan 3 bulan terakhir ini adalah, ketika dia menanyakan, apa tidak sebaiknya pernikahan ditunda? Ini aku rasanya seperti disambar petir di siang hari yang cerah. Out of nowhere, pertanyaan itu terlontar darinya. Untunglah kami sedang tidak bersama para orang tua.

Pemicu nya sepele saja, kami berpapasan dengan salah satu sahabat Elvira. Dia menyapaku duluan, bahkan dia menyapa Embun dengan sangat ramah. Aku tahu, sahabat Elvira yang satu itu orangnya dewasa, bahkan beberapa kali kami berpapasan dia hanya menanyakan kabarku, tidak pernah mengungkit Elvira sama sekali. Tapi, ketika Embun bertanya, itu teman dari mana? Aku terpaksa menjawab sahabat kecil Elvira. Hancurlah sudah.

Dia langsung diam sepanjang hari, dia berasumsi aku masih berhubungan baik dengan setiap orang di hidup Elvira. Dan seolah asumsi ini ter amini, ketika kami akan memilih set perhiasan untuk seserahan, aku bertemu dengan ibunya Elvira.

Yang tentu saja langsung memelukku erat, bahkan masih membahasakan dirinya dengan sebutan mama. Bahkan dia terang – terangan tidak mau dikenalkan dengan Embun, padahal sudah ku perkenalkan dengan sopan.

"kenalkan tante calon istri saya, Embun"

Dia malah melengos dan mencebik "kok tante sih? Mama dong, sampai kapanpun ya kamu anak mama. Eh sini deh, menurut kamu cincin yang bagus buat hadiah ulang tahun Elvira yang mana?" ibu nya Elvira menarikku dari sisi Embun dan memaksa ku duduk disebelahnya.

Aku serba salah, disatu sisi aku sangat tidak menghormati perbuatan ibunya Elvira yang seperti ini, tapi bagaimanapun dia orang tua, tidak mungkin aku membentaknya.

Sementara dari sudut mataku, aku melihat Embun akhirnya hanya terduduk dengan wajah menahan emosi, bahkan tatapan prihatin dari pramuniaga didepannya tidak bisa disembunyikan lagi. Waktu aku akhirnya berhasil meninggalkan ibunya Elvira, aku mendengar Embun ternyata diajak ngobrol oleh pramuniaga itu, sepertinya mereka membahas film – film romantis terbaru, ketika aku kembali duduk, si pramuniaga bahkan menatap ku super sinis.

she and her insecurities of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang