KE SEMBILAN

3.4K 573 4
                                    

Delshad,

Sepanjang weekend aku tidak mendengar kabar sama sekali dari Embun. Dia benar - benar menghilang. Ponsel nya tidak aktif, pesan whatsapp tidak terkirim. Aku benar - benar khawatir, apa benar aku membuatnya kecewa? Aku akui Yuke kemarin benar - benar keterlaluan. Seolah -olah dia memiliki ku dan tahu segala hal tentangku. Aku sampai sekarang tidak membuka identitas asli ku pada Embun, bukan karena apa, tapi aku tidak mau, Embun merasa aku tebar pesona.

Hari sudah berganti menjadi Senin, aku mendapat kan pesan dari pak Eko  bahwa Shop-E akan mengadakan meeting lanjutan dengan pihak ATA. Yang mana kemungkinan akan ada Embun.

Meeting dilakukan pukul 10 pagi. Sekarang sudah 9.30, aku sudah berada di pelataran parkir gedung ATA. Aku menuju ruang meeting di lantai 9.

Aku memasuki ruang meeting, aku hanya menemukan Shinta. Pandangan ku menyapu seluruh ruangan, tak ada sosok Embun disitu.

"Nyariin siapa?" Tanya Shinta
"Embun ga ikut meeting?" Tanyaku
"Embun masih diruang CFO jelasin materi RUPS" jawabnya
"Ooh okay" jawabku

Aku mengeluarkan ponsel ku, tadi pagi semua pesan whatsapp ku sudah mulai ada tanda delivered. Aku mengirimkan pesan whatsapp padanya
"Delshad : assalamualaikum bun, mas udah diruang meeting lantai 9. Meeting nya ga sama kamu?"

Pesan terkirim, tapi tidak ada balasan. Ya, seperti kata Shinta, bahwa Embun sedang presentasi di ruang CFO.

*****
Meeting sudah berjalan 30 menit, Embun tidak muncul juga. Sampai akhirnya, aku melihat ada yang masuk. Ternyata itu Embun. Wajahnya terlihat kuyu, tidak secerah biasanya.
"Maaf semuanya saya terlambat" sapanya pada semua, lalu dia duduk mengambil tempat agak di sudut, karena memang hampir semua kursi sudah di tempati.

*****
Hingga tiba saatnya coffee break. Aku memberanikan diri mendekatinya.
"Bun.." aku menepuk pundaknya.

"Eh mas... kenapa?" Tanyanya
"Wa mas gaada yang kamu balas. Hp kamu juga ga aktif?" Tanyaku
"Ooh iya ya? Sorry aku ga notice, aku nginap rumah tante soalnya" jawabnya, berusaha tersenyum ramah.
"Ooh.. nanti makan siang boleh sama - sama ga?" Tanyaku. Dia tampak berpikir.
"Okay" jawabnya. Aku sungguh lega.

*****
Pukul 11.30 meeting sudah selesai, saat aku merapihkan laptop ku, Shinta menghampiri ku.

"Can we talk? Di ruang meeting kecil sebelah aja. Ga lama kok"
"Sure.." jawabku dan memberi kode pada Evan, karena ku pikir ini masalah pekerjaan.
"No.. just you, it's personal" ujarnya. Personal?

Kami memasuki sebuah ruang meeting yang sepertinya biasa dipakai untuk interview, hanya ada 1 buah meja dan 2 buah kursi beroda.

"It's about Embun... gue to the point aja ya... maksud lo apa?"
Aku sontak terperangah, ada apa dengan Embun.
"Ini ada apa ya Shin? Kok tiba-tiba bahas Embun? Tanyaku

"Don't get me wrong, gue bukan  boss yang kepo sama urusan peribadi anak buah gue, tapi Embun, she's like a sister to me. Gue gamau dia terluka" jawab Shinta

"Gue gaada niat nyakitin Embun sama sekali Shin, gue sendiri gatau kenapa dia udah 3 hari nyuekin gue" aku mencoba menjelaskan.

"Listen, of you just want to play around, tolong jangan sama dia. She, deserves something real, something pure, sincere, genuine. Mungkin lo lihat dia kaya gagah - gagah aja ya, marahin lo di tengah jalan tol, bersikukuh ganti uang kopi lo. Itu semua, karena dia berusaha melindungi dirinya" Shinta terdiam sejenak, dia tampak menghela napas

"She had lots of pain already. Dia sebenernya rapuh, vulnerable. So, kalau lo cuma main-main, atau penasaran sama dia, you'd better stop now. I warn you!" Shinta menatap ku tajam. Ada apa sebenarnya ini?

*****
Embun,

Melihat Delshad hari ini, entah kenapa membangkitkan rasa waspadaku lagi. Aku takut tersakiti lagi. 2 hari aku menginap di rumah tante Della, rasanya jiwaku sudah mulai kembali pulih. Aku tidak ingin kembali rontok.

Delshad adalah sosok yang sangat mudah untuk di cintai. Jika aku membuka diri lebih lebar lagi, dan membuka hatiku untuk sebuah kesempatan, aku yakin, aku sudah akan jatuh cinta padanya. Bagaimana tidak? Apa yang dia tidak punya? Wajah dan harta tidak usah ditanya. Sikap yang lembut dan manis? Pastinya ini yang di dambakan setiap wanita.

Pertanyaannya, apakah Delshad mencintai? Atau dia hanya untuk di cintai? Seperti kisah yang sudah -sudah, yang di cintai, akan pergi menghilang.

I had enough...

Duduk lah kami disini, disebuah restaurant yang menyajikan menu masakan Jepang. Duduk berhadapan, tidak ada yang bersuara. Delshad pun tidak tampak bersemangat.

"Kamu, sehat-sehat aja kan?" Tanya nya
"Iya sehat kok" aku tersenyum menjawabnya.

"I was worried, mas ga bisa hubungin kamu sama sekali. Tolong bilang sama mas, mas salah apa?" Tanyanya.

Aku sontak terperangah, kenapa dia jadi melankolis begini?

" you did nothing wrong, ini hanya.. masalah pribadiku" jawabku.

"Boleh mas tahu, masalah apa?" Tanyanya. Sontak aku menggeleng

"Bukan sesuatu yang menarik untuk mas tau kok" aku tersenyum, untuk apa dia tau? Kalau dia tahu, hanya akan ada dua kemungkinan
1. Dia bersimpatik dan memutuskan bersamaku.
2. Dia akan pergi menjauh, karena sadar sudah berurusan dengan wanita yang hidupnya terlalu rumit.

Dan aku yakin, Delshad, tidak menginginkan hubungan yang rumit. Dan aku juga tidak ingin di temani hanya untuk di kasihani. So lets just keep it like this.

she and her insecurities of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang