KE DUA PULUH SATU

3.4K 543 9
                                    

Embun,

Day 3 aku di rumah sakit, bosan. Dan pastinya agak kerasa awkward ya, bangun tidur, mau tidur, ada mas Delshad disini. Eh aku udah bilang kan? Mulai sekarang mau manggilnya mas Delshad?

Pagi ini dia pamit, harus showed up di kantor. Aku sebenarnya heran, emang ada karyawan bisa seenak jidat ngatur kapan showed up kapan nggak ya? Ini orang kok kayanya santai banget, kemarin seharian di RS, ya walau ponsel nya ga berhenti berdering ya, sampai dia sempat pindah ke coffee shop dulu, supaya ga ganggu aku tidur katanya.

Hari ini dia harus showed up di kantor, ada meeting yang harus dia lead katanya. Curiga itu lawfirm punya dia jangan – jangan. Aku punya banyak kenalan lawyer, tapi mobilnya ga Lexus juga, jam nya ga kelasan Breitling dan Omega juga ( ini yang udah ketahuan ya, dia 3 hari ini kayanya ga sempet ganti jam tanganya, jadi aku udah tiga hari liatnya dia pakai Omega nya).

Dia tadi pagi, kaya orang kebingungan mau berangkat ke kantor, mondar mandir ga jelas depan tempat tidurku. Ternyata dia katanya ga lega ninggalin sendirian, padahal itu suster di ruang jaga sana udah kaya apa banyaknya, manggil juga tinggal pencet tombol gausah pake jerit – jerit kaya di film – film itu.

Alhasil, setiap setengah jam dia bakalan kirimin aku pesan whatsapp, dan telpon.

"Delshad : mas, masih meeting, belum bisa pulang"

"Embun : it's okay mas... aku jadi feeling guilty nih malahan"

"Delshad : the guilt is all mine babe.. "

"Embun : do you know what I'm feeling, evertyime you 'babe' me?"

"Delshad : tell me :) "

"Embun : -picture sent-   this one LOL. Everytime you 'babe' me, I feel like I'm that pinky pig"

"Delshad : you know you're not. :( yauda ga 'babe' lagi ya, sayang?"

Aku lalu diam seribu bahasa, kalo dipanggil sayang kan susah ya ngelesnya? Kalau tadi Babe, aku masih bisa ngeles berasa kaya tokoh film animasi berupa babi berwarna pink yang diberi nama Babe. Pesan whatsapp dari dia pun berhenti masuk, mungkin dia juga sibuk.

Aku memutuskan untuk tidur saja, entah tidur untuk yang keberapa kali untuk hari ini. entah berapa lama aku tertidur, sampai tiba – tiba aku terbangun, karena merasa ada yang mengusap kepalaku.

"eh.. udah dateng?" aku mengerjap, menyesuaikan penglihatan ku.

"snack nya dimakan dulu yuk? Kayanya udah dari tadi tuh disitu" mas Delshad, yang kemejanya sudah di gulung sampai siku lenganya, dasinya udah di lepas, rambutnya agak berantakan, mukanya lelah, kok malah sexy ya? Embun... kontrol embun..kontrol.

Dia menggiring meja beroda itu mendekati ku, aku melihat dua potong snack yang disediakan rumah sakit ini, 1 cup pudding dan 1 buah kue seperti bolu gulung. "mau yang mana dulu?" tanya mas Delshad. Ini laki, sumpah telaten banget lo, nyuapin, buka – bukain plastik makanan rumah sakit ini, curiga... JANGAN – JANGAN DIA UDAH PUNYA ANAK?

Oke, Embun dan overthingking habit nya has comeback.


"udah gausah di siapin gitu, aku sendiri aja, mas kan cape baru dateng, ngaso gih, ga lucu kan kita di opname barengan, drama banget deh" aku mengambil 1 cup pudding itu, dan mulai memakannya. Aku melihat jam di dinding ternyata suda pukul 5 sore.

"mas.. kamu gak apa – apa, 3 hari gini ga pulang?" aku bertanya sambil menyuapkan puding pelan – pelan. Pria itu, duduk di kursi disamping tempat tidurku, sambil kepalanya direbahkan disamping ku. Tangannya dari tadi usil banget, usap – usap kaki ku, untung kaki ku tertutup selimut.

she and her insecurities of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang