KEDUA

5.2K 680 62
                                    


Embun,

Meeting berjalan cukup lancar, klausul – klausul yang ada pada draft perjanjian sebenarnya cukup berimbang, hanya saja ada beberapa hal yang harus kami diskusikan secara internal pada pihak divisi operasional di kantor. Bagaimanapun dalam bisnis asuransi ini, yang paling menentukan roda bisa berjalan lancar itu adalah pihak operasional, kalau dari mereka ternyata sistem tidak mendukung, tidak perduli berapa hebat produk baru yang diciptakan tidak akan bisa berjalan.

Seperti proses penjualan asuransi jiwa secara elektronik ini, kami harus tanyakan kesiapan mereka secara sistem terlebih dahulu. Karena end to end process dari produk ini rencananya akan dilaksanakan secara elektronik.

Kami mengakhiri meeting dengan suguhan makan siang, di ruangan yang sama. Hidangan berupa prasmanan kecil sudah di siapkan, ini meeting cuma bahas isi perjanjian termewah dalam sejarah karir ku sepertinya, biasanya juga cuma dibagi nasi box padang.

Aku mengantri mengambil hidangan di belakang mbak Shinta. Pria bernama Delshad tadi mengantri di belakangku.

"udah lama di ATA?" tiba – tiba sebuah suara berat mengajaku berbicara sambil tangannya ikut mengambil piring. Ini nempel banget sih berdirinya, gabisa mundur sedikit apa ya.

"udah 4 tahun mas" jawabku singkat

"ooh lumayan juga ya, kantor kami memang belum pernah sih kerjasama dengan ATA" sahutnya lagi

"oh iya ya?" oke untuk ukuran ngobrol dengan potential partner seperti ini aku terbilang cukup tidak ramah, harusnya kan dia bisa jadi salah satu referensi lawyer kantorku.

"kok sedikit ambil nasinya?" ah sekarang aku tau kenapa aku malas-malasan, pria ini cerewet sekali.

"gak apa – apa emang segini makannya" aku jawab singkat lagi.

Sampai tiba – tiba mbak Shinta dengan santainya menambahkan porsi nasi di piringku "gue ga terima anak buah mual – mual maag kambuh lagi ya, hari ini kita masih agak lembur deh, ingeet RUPS nih RUPS bulan – bulan horror kita, makan yang bener"

Hhhh...mbak Shinta ini memang hafal mati dengan penyakit maag dan makan tidak teratur ku. Apalagi kalau tubuh lelah begini, semakin malas rasanya makan. Dan memang divisi legal dan RUPS itu berarti lembur dan lembur.

"suka sakit maag?" tanyanya lagi, ini lawyer apa wartawan sih?

"kadang" aku menyendokan lauk dendeng balado

"looh kok makan cabe? Itu minyak dan cabe lo, ga bagus buat orang maag" boleh ga ini sesendok penuh dendeng balado aku suapin kemulutnya biar diem. Aku tidak menjawab dan tetap menyendokan dendeng balado, dilanjutkan dengan tumisan capcay sayuran.

Semua kembali ke kursi masing – masing dan menikmati makan siang, sambil sesekali mengobrol hal – hal yang kasual, seperti sekolah anak, anak yang mulai ABG, khusus bu Retno dia mengabarkan anaknya akan segera menikah dan rencananya mengundang kita – kita.

"aku tuh udah tua banget ya, masa anak ku udah mau menikah aja, yaampun" bu Retno sambil tertawa khas ibu – ibu yang sambil menutup mulutnya itu terpingkal – pingkal.

"memang putrinya umur berapa bu? Kayanya ibu masih muda" pria bernama Delshad itu menanyakan dengan diiringi pujian khas kaum playboy.

"halah muda gimana mas Delshad, bisa aja" sambil mengibas tangannya malu – malu kucing. "anak ku udah umur 23tahun mas"

Sontak aku tersedak bumbu balado, anaknya umur 23 tahun sudah mau menikah, sedangkan aku umur 27 tahun masih belum kelihatan hilal dipertemukan dengan laki – laki yang beres.

she and her insecurities of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang