6

195 56 74
                                    

Happy Reading <3

***

Kalau ada yang bilang sifat seseorang berubah karena didikan, kata gua, masa lalu yang buat seseorang jadi seperti sekarang. - Sarka Alden

***

pertanyaan beruntun yang Alexa lontarkan membuat Sarka mati kata. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, itu sama saja nggak perlu nunggu waktu mati.

"sorry Xa, gua nggak bisa bilang alas-"

"Why?" tanya Alexa memotong ucapan Sarka

"Lo yang harus tau sendiri jawabannya dari Gevano, Xa" jawab Sarka dengan nada rendah.

"dan lo pasti tau kalau Gevano nggak bakal kasih tau ke gue!" ucap Alexa menatap Sarka tak mengerti.

"dia aja nggak bakal kasih tau, apa lagi gua!" seru Sarka

"setidaknya kasih tau yang tadi aja. Gevano kenapa?" Tanya Alexa sekali lagi dengan nada yang terdengar pasrah.

"Fine, tapi nggak disini." jawab Sarka menyerah dengan gadis kepala batu di depannya ini.

Alexa langsung menarik tangan Sarka ke halaman belakang rumahnya. mendudukannya di bundaran dekat kolam dan menunggu Sarka menjelaskan.

"Sebenarnya, apa yang semuaa orang kenal selama ini salah." pembuka yang cukup membingungkan.

"maksudnya apaan?" tanya Alexa tambah bingung.

"pas keluar dari UKS jagain lo, ada yang telvon Gevano. kayaknya orang suruhannya, dan setelah dua tahun waktu cari informasi, akhirnya Gevano tau siapa yang bunuh kakeknya. orang yang bikin Gevano rasain, gimana kasih saying orang tua." jelas Sarka dengan nada lirih karena dari keempat sahabatnya yang lain, Ia lah yang mendengar penjelasan itu langsung di sebelah Gevano.

"Dulu, sebelum Aldi sama teman temannya yang lain di penjarain karena bunuh dua anggota Maxford, siangnya, kakeknya Gevano meninggal." Alexa mendengar semuanya dengan saksama. hatinya berdenyut nyilu hanya karena mendengarnya. kepergian sosok yang selalu memberikan kasih sayang bahkan melebihi orang tua sendiri? membayangkannya saja Alexa nggak sanggup.

"Pas lagi suasana duka, semua anggota Maxford mau pergi support Gevano, tapi pas di perjalanannya, Alaskar dating tanpa di undang dan blok jalan deket jembatan penghubung. disana kita dikepung pas keadaan nggak siap dan langsung lari ke lapangan Asteza." dengan satu tarikan nafas, Sarka mengalihkan pandangannya kearah lain.

tersenyum masam dan melanjutkan ceritanya, "disana kita tauran sama Alaskar pake tangan kosong. mereka bawa pisau lipat, parang bahkan belati. untungnya waktu itu, Andra bisa ambil alih dua belati dari Aldi sama temennya yang satu lagi gua lupa siapa. karena yang ada disana hanya setengah dari anggota Maxford, kita chat di grup dan kita nggak tau kalau Gevano baca pesan itu." tangan Sarka mulai mengepal saat ingin menceritakan hal yang ingin Ia lupakan.

"Sorry ya Sarka, dengan gue nyuruh lo ceritain artinya gue nyuruh lo ingat lagi. tapi gue bener bener pengen tahu." Ucap Alexa melihat tangan Sarka yang mengepal.

"Gua tau lo nggak sama kek orang diluar sana yang cuman penasaran, bukan perduli." ucap Sarka berusaha meredam emosinya saat ingin melanjutkan ceritanya lagi,

"Gevano baca pesan itu dan lari dari rumahnya nggak perduli rasa duka yang lagi dia rasain. Dia kabur bawa motor tapi pas ditengah jalan macet parah. akhirnya dia lari ninggalin motornya ditengah jalan." kepalan tangan Sarka semakin mengeras bahkan wajahnya yang awalnya biasa saja jadi memerah karena menahan amarah.

"anggota Maxford yang kita chat tadi belum datang karena memang rumah mereka jauh makanya kita sepakatin biar yang deket aja dulu yang pergi, besok pas dipemakaman baru kita lengkap semuanya kesana." Sarka menghentikan ceritanya dan menarik napas dalam kemudian menghembuskannya lagi sampai beberapa kali agar emosinya menguap.

MAXFORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang