4

15 6 5
                                    

Rinai mengingat wajah Zeevin sangat mirip dengan wajah Zeevan, tetapi yang membedakan mereka mata Zeevin lebih sayu dari pada mata Zeevan.

"hei Nai kenapa melamun hayo." kata Zeevin santai.

"ah ngga kok, aku teringat wajah mu sama dengan Zeevan."

Zeevin terdiam setelah mendengar kata Zeevan. Mengapa Rinai tau dengan Zeevan?

"kenapa diam Vin?" tanya Rinai yang melihat Zeevin terdiam.

"ngga, yuk kita makan es cream didekat taman itu." kata Zeevin langsung menarik tangan Rinai.

Setelah membeli es cream yang disukai Rinai. Mereka lalu pergi kesebuah taman yang ada rumah pohon disana.

"naiii, kita makannya diatas yuk." ajak Zeevin.

"ahhh, gamau ah Rinai takut dan ngga bisa naik." kata Rinai sambil menjilat es creamnya.

"yahh...nanti Zeevin ajarin kamu naik kesitu ya. Kita duduk dibawah pohon aja." ajak Zeevin.

Dibawah pohon Zeevin melihat keadaan Rinai yang sangat kacau, matanya yang sembab seperti selalu menangis, tubuhnya yang mungil kurus itu dan ditambah lagi warna kulitnya seperti mayat hidup.

"Zeevin..Zeevin mau kan berteman dengan Rinai?" kata Rinai tiba tiba.

"ha?iya mau dong, kita sahabatan." balas Zeevin sambil menunjukkan jari kelingkingnya.

"yeyyy, Vin janji ya jangan tinggalin Nai sendirian..Nai takut jika sendirian, Nai ingin kasih sayang mama dan papa,Vin." jarinya membalas kelingking Zeevin.

Zeevin yang tak tega melihat Rinai tersakiti lalu memeluk erat Rinai. Alhasil Rinai pun menangis keras dibahu Zeevin.

"keluarkan keluh kesah Rinai selama ini, Zeevin siap mendengarkan Rinai dan menjadi pundak untuk Rinai." ucap Zeevin tulus.

"Rinai hanya ingin mama menganggap Rinai anaknya sendiri, Rinai tak tahu apa salah Rinai..Rinai seperti orang yang diasingkan selama papa pergi.
Rinai ingin bahagia seperti anak lain pada umumnya.
Seperti bang Brand yang selalu disayang oleh mama dan papa. Dimanjakan, Rinai ingin itu semua Vin." jelas Rinai yang semakin menangis.

"sudah kalau Rinai belum siap menceritakan," kata Zeevin sedih melihatnya.

Rinai masih memeluk Zeevin sangat erat, dia tak ingin orang yang disayangnya ini pergi meninggalkannya sendiri.

Zeevin membisikkan ke Rinai
Tetaplah tersenyum, karna Zeevin selalu berada didekat Rinai.

//dream off.

Rinai lagi-lagi terbangun dari mimpinya yang baginya itu sangat nyata. Dia menyentuh pipinya yang basah..yah dia menangis dalam tidur.

"dek, lu liat handphone abang kaga?" tanya bang Bran yang tiba tiba masuk ke kamar Rinai.

"abang apaan si, ketuk dulu kalau mau masuk." kata Rinai ketus

"heheh maaf deh cantik." coel bang Bran yang melihat adiknya ini cemberut.

"dek muka lu kenapa sembab gtu?lu nangis ya?" tanya Bran memastikan.

"ha mana ngga kok, ini nah handphone abang. Kenapa ada dimeja Rinai si." kata Rinai mengambil hp bang Bran.

"oh iya, tadi abang lupa ngambilnya Nai, makasih ya Nai." kata bang Bran.

"udah sana keluar, Nai mau ganti baju." dorong Rinai agar bang Bran keluar dari kamarnya.

"iyaiya dek, ini abang keluar." kata bang Bran.

                          *****

Malam ini susananya sangat indah, bulan bersinar terang bersama dengan bintang.
Rinai menatap bulan dari luar jendela.

Ting
08**********
Good night Rinai..gini dong senyum, Rinai harus selalu tersenyum ya.

Rinai yang mendengar notif masuk dari hpnya langsung melihat siapa yang mengirimnya pesan malam malam begini.

Ini siapa si?dari kemarin chat ga jelas kaya gini. Mengapa dia tahu kalau hati Rinai lumayan bahagia karna lagi lagi memimpikan sahabatnya Zeevin. Apa jangan jangan dia penguntit?

Rinai penasaran siapa yang mengirimnya pesan misterius ini. Rinai memutuskan untuk membalas pesan itu.

                                                     Rinai-
                       ini siapa ya?
                       Kamu penguntit ya?
                       Siapa si ini?ga jelas
                       banget ish.

Tapi balasan yang Rinai kirim, sama sekali tidak dibaca oleh si orang misterius itu. Malas memikirkan itu akhirnya Rinai pergi ke rumah sakit untuk mengecek keadaan penyakitnya

Rinai turun menurunu tangga dan ya disana ada bang Bran, mama, dan papa mereka menonton tv bersama.

"ma..Rinai mau pergi sebentar ya." kata Rinai sambil menunduk.

"jangan panggil saya mama! Saya bukan mama kamu, ya bagusla kalau kamu mau pergi. Pergi sana jauh jauh." kata kata pedas keluar dari mulut mamanya.

"mama apaan si! Ucapan mama itu ga pantes dilantarkan ke Rinai." kata bang Bran yang tak terima.

Hati Rinai lagi lagi sakit dengan ucapan mamanya yang sangat membuat hatinya yang sudah retak itu. Rinai tak ingin ribut dirumah, jadi dia buru buru keluar dari rumah itu dan menuju rumah sakit.

Didalam mobil pikiran Rinai entah dimana, mengingat semua itu. Ia rindu dengan papanya, ia rasanya ingin pergi menemui ayahnya yang sngat jauh dijangkau.

Zeevin..sedang apa dia ya? Eh kenapa aku memikirkan dia?
Kenapa Zeevin selalu hadir dimimpi ku? Dan mimpi itu seperti kenyataan hidup.

Sesampainya dirumah sakit, dia bertemu dokter yang selalu merawat, mengecek keadaan Rinai dari Rinai mengidap penyakit.

"selamat malam Rinai, kenapa? Apa obat yang kemarin sudah habis?" kata dokter yang bernama Dr.Miko.

"malam dok, iya akhir akhir ini Rinai sering kambuh." kata Rinai.

Rinai mengidap penyakit jantung dan asma.

"Apa kamu tidak menceritakan penyakit ini kepada  orang tuamu Nai?" dokter itu tak tega melihat kondisi Rinai yang sekarang ginjalnya semakin parah.

"tidak, dokter jangan sampai bilang kepada orang tua saya." kata Rinai jelas.

Dr.Miko hanya diam dan segera menyiapkan obat obat Rinai.
Rinai pulang setelah mengecek keadaannya.

                          *****

Pagi hari ini, entah mengapa badan Rinai rasanya berat sekali. Badanya bergetar seperti menggigil.
Rinai dari semalam memikirkan Zeevin yang mengapa selalu hadir didalam mimpinya.

Rinai pergi ke kamar abangnya, ingin bilang kalau hari ini Rinai tidak pergi sekolah karna dia ingin beristirahat dirumah saja.

"bang, Rinai ngga ke sekolah dulu ya. Rinai ga enak badan." kata Rinai lemas.

"nai kamu gapapa?kita kedokter aja yuk, muka kamu pucat banget." kata bang Bran khawatir.

"ngga bang, Rinai cuman butuh istirahat aja." kata Rinai lalu pergi meninggalkn bang Bran dan kekamarnya lagi.

Zeevan on.
Disekolah Zeevan melihat kursi Rinai yang kosong.
Rinai tak sekolah? Kenapa, dia sakit?. Tanya dirinya sendiri.

"val, lu tau ngga kemana Rinai?" tanya Zeevan to the point.

"dia sakit, tadi abangnya kasih surat ke gw." ucap Vale jelas.

"oh makasih ya." balas Zeevan datar.

Sakit? Sakit apa gadis itu?

Wah gimana part 4nya? Disini lagi lagi Rinai diteror ama pesan misterius gais.
Dan lagi lagi Rinai mimpi tentang Zeevin.

Ada apa ini? Apakah Rinai depresi?
Nah tetep baca part selanjutnya ya.

Kali ini partnya panjang ni, wkwkw
Share, like, vote, comment ya gais >//<

 TETESAN HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang