K&K | 05

46 8 0
                                    

Presentasi dan pembelajaran untuk perusahaan cabang di Bali sudah selesai sejak satu jam yang lalu. Meeting itu berjalan lancar tanpa hambatan. Dan kini, Jane dan Bastian sedang duduk bersebelahan di resto ala Jepang yang masih ada di dalam hotel untuk makan malam.

Lucunya, mereka sedari tadi saling diam. Bastian bahkan terkesan sibuk sendiri dengan ponselnya dan tidak menghiraukan Jane yang duduk di sampingnya.

Jane sendiri pun bingung, kenapa dia ada di sini? Bastian yang memaksanya selepas meeting tadi begitu membuat Jane sangat bingung. Penolakan sudah ia katakan, ia pun juga sudah berkata kalau ia lelah. Tapi, Bastian tetap meminta untuk Jane menemaninya makan malam. Beruntungnya, tragedi paksa memaksa itu tidak diketahui karyawan lainnya, mereka tadi langsung sibuk dengan urusan pribadi masing-masing karena ingin menikmati malam hari di kota Bali ini.

"Saya kembali ke kamar dulu ya Pak. Saya capek," ujar Jane. Ia bangkit dari duduknya. Ia kesal sendiri diabaikan begini.

"Kembali duduk," perintah Bastian. Ia memerintah Jane, tapi, pandangannya tak lepas dari menatap ponselnya.

"Kita ngapain sih di sini Pak? Ini di luar jam kerja saya, saya mau jalan-jalan juga dong Pak."

Bastian mendongak. "Kamu kira saya ajak kamu ke sini buat beresin alat dapur yang bekas dipakai chef-nya?" cibir Bastian. "Saya kesini itu untuk ajak kamu jalan-jalan dan makan malam Jane."

Jane kembali duduk dengan kesal. "Ajak saya jalan? Makan malam? Bapak yakin? Bapak saja dari tadi sibuk sendiri, saya dikacangin," kesal Jane. "Saya tau, saya nggak seharusnya kesal seperti ini ke Bapak. Juga bukan urusan saya Pak Bastian sibuk apa atau sibuk ngapain sama handphone Bapak. Tapi masalahnya, saya di sini ngapain? Saya kesal karena saya cuma diem dan nunggu Bapak sibuk sendiri. Daripada saya cuma diam di sini, mending saya tidur di kamar!" ungkap kesal Jane.

Bastian menaruh ponselnya di meja. Tiba-tiba, Bastian mengarahkan tubuhnya menghadap Jane. Ia lalu sedikit mencondongkan tubuhnya. "Aku nggak tau kenapa aku minta kamu di sini Jane. Yang jelas, aku suka kalau ada kamu di sini," Bastian tiba-tiba bicara non-formal pada Jane.

Mata Jane langsung membulat menatap Bastian. Jantung Jane juga rasanya sangat berdebar saat di depannya ini ada wajah tampan Bastian. Jane rasa, saat ini jantungnya mau copot. Sungguh.

"Jangan banyak protes Jane. Kalau aku bilang aku mau kamu di sini, tolong tetap di sini," lirih Bastian.

"Pak Bastian ngomong apa sih? Bapak mabuk? Perasaan Bapak nggak minum beer kan?" heran Jane.

"Aku gak mabuk Jane. Kamu tau, aku sudah cancel semua urusanku di Bali malam ini hanya karena aku mau makan malam sama kamu. Jadi, bisa nggak kalau kamu jangan banyak bicara? Diam dan di sampingku saja. Hanya itu yang aku mau dari kamu sekarang," ucap Bastian.

Bastian lalu kembali meraih ponselnya dan kembali sibuk. Jane menghela napas saat menyadari lagi-lagi ia diabaikan begini.

Perlahan Jane pun berdiri diam-diam, ia ingin melarikan diri. Tapi sialnya, Bastian malah mencekal tangannya dan membuat Jane kembali duduk.

"Mau kemana kamu?" tanya Bastian dingin.

Bastian terlihat mematikan ponsel dan memasukkan ponsel itu ke dalam saku celananya. Ia kemudian menoleh menghadap Jane dan ia makin memajukan wajahnya, membuat jaraknya makin terkikis dengan Jane.

Jane melotot. Ia perlahan memundurkan kepalanya. "Pa-pak Bastian mau nga-ngapain?"

Bastian makin mendekatkan diri dan wajahnya menelusup sedikit ke dekat telinga Jane. "Jane ... " bisik Bastian.

Kita dan KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang