Chapter 7
"BRENGSEK, KEPARAT...!Hiks...LELAKI SIALAN! Hiks Hiks...! ARGHTTTTTTT...!"
BRAK...
BRAK...
BRAK...
Sooyoung menangis meraung, berteriak dan melempar barang apapun yang bisa ia lempar dari jangkauannya ke sembarang tempat didalam kamarnya itu. Seluruh tulang didalam tubuhnya rasanya remuk. Pusat pada tubuhnya terasa nyeri sekali hingga kedua kakinya sulit berdiri untuk menopang tubuhnhya. Ia bahkan tidak tahu kalau ia masih sanggup berjalan atau tidak nantinya.
"Hiks, Hiks, BRENGSEKKKKKKKK....!" Ia masih berteriak, tersedu-sedu melempar barang terakhir yang ada didekatnya, yaitu sprei yang menjadi kain terakhir yang sedang mengalasi tubuh telanjangnya diatas ranjang tidurnya itu. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, ia lempar sekuat tenaga sprei itu dan hanya bisa jatuh teronggok didekat kaki ranjang tidurnya. Sooyoung menelan salivanya yang terasa pahit. Ia diam sesaat, matanya terpaku pada pintu bangsalnya yang tadi telah ditutup rapat oleh si brengsek yang baru saja selesai menyiksanya. Ia haus, lelah dan merasa sangat kesakitan. Tapi yang paling dia inginkan saat ini adalah mati, tidak ada hal lain lagi, hanya ingin mati dan berharap itu semua bisa mengakhiri segala bentuk kesakitan yang ia derita saat ini.
"Kenapa kau tidak membunuhku, kenapa kau tidak membuhku saja, BRENGSEK?!" Sekali lagi, dalam tangis deritanya Sooyoung berteriak kemudian membiarkan seluruh tangisannya itu pecah hingga wajah pucatnya penuh derai air mata.
***
"Karena aku belum mau. Karena aku belum bisa, aku belum sanggup membunuhmu..." Taehyung menyandarkan punggungnya dibalik pintu bangsal Sooyoung, merosotkan punggungnya itu pelan-pelan hingga ia jatuh duduk lemas dengan kedua kaki yang menjulur ke atas lantai dingin ketika ia sedikit mendengar teriakan pilu yang keluar dari dalam bangsal itu, dari Sooyoung.
Jika kalian merasa pelaku dari kejahatan yang sulit termaafkan akan merasa puas atau bahagia setelah melakukan tindakan bejatnya, maka kalian salah. Karena buktinya saat ini Taehyung tidak merasa bahagia, tidak merasa lega karena setidaknya sedikit dendamnya telah terbalasakan. Sama sekali tidak! Kalau mungkin seluruh tulang dalam tubuh Sooyoung saat ini terasa remuk, maka yang terjadi pada Taehyung saat ini adalah hatinya yang remuk. Hatinya yang pernah hancur dan berhasil menyatu sekarang malah remuk, retak dan hampir hancur kembali.
Tidak seharusnya Taehyung merasa seperti ini bukan? Apa ada yang salah dari dalam dirinya saat ini? Kenapa sekarang ia merasa seperti seorang pengecut yang bersembunyi dibalik pintu saat mendengar Sooyoung meronta-ronta dan berteriak sedih begitu? Seharusnya ia merasa puas dan senang mendengar Sooyoung berteriak sambil menangis tampak seperti orang gila betulan kan? Kenapa ia malah merasa kalah padahal ia yang menang? Kenapa ia merasa tersiksa mendengar teriakan pesakitan dari Sooyoung yang ia siksa?
Taehyung menekuk kedua kaki panjangnya hingga menempel ke dadanya. Kedua tangannya juga ia lipat diatas kedua tumitnya itu, lalu ia menundukan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya diatas lipatan kedua tangannya. Kedua tangannya yang saling melipat juga mengepal kencang disetiap sisinya ketika ia menggertakan giginya kuat untuk beberapa saat. Kemudian, Taehyung juga mengigit bibir bawahnya, menahan perasaan aneh yang bergejolak mendengar setiap teriakan Sooyoung yang semakin bergema, yang meminta dirinya untuk membunuhnya. Rasanya ia tidak sanggup lagi mendengar rintihan itu, rasanya benar-benar memuakan. Memuakan seolah ada jutaan kuman menjijikan yang menggerogoti jantungnya yang tengah bekerja, berdetak sebagai mana mestinya. Kemudian jutaan kuman itu juga mencoba mengganggu kerja jantungnya, mencoba menghentikan detak jantungnya dan mencoba membunuhnya.
Jadi apa kalau ia berhasil membunuh gadis itu artinya sama saja dengan ia membunuh dirinya sendiri? Menyiksanya seperti tadi pun sudah terasa seperti menyiksanya. Aneh sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding a Good Person
Fanfiction"Aku akan semakin gila jika aku menerima tawaran untuk menikah denganmu." Lelaki itu tersenyum sambil menjawab santai, "Sayangnya aku tidak sedang memberikanmu sebuah pilihan. Kau tahu kalau aku bukan tipe orang yang bersabar." "Seharusnya kau yang...