Chapter 21
Sooyoung tidak bisa berhenti tersenyum sejak kedua matanya menyaksikan dengan jelas wajah adiknya yang hampir setahun ini belum sempat ia jumpai. Rasanya seperti mimpi. Bukan! Malam ini bahkan lebih indah daripada mimpi-mimpi yang pernah Sooyoung impikan sebelumnya.
"Ini, ayo makan yang banyak! Kau kan suka daging." Sooyoung menyuguhkan sepiring steak miliknya yang sudah ia potong kecil-kecil ke hadapan Jisung.
Jisung hanya meliriknya dengan sinis kemudian mengembalikan piring itu pada kakaknya, "Tidak perlu, aku sudah kenyang."
Taehyung mulai memicingkan kedua matanya, memandang curiga pada bocah lelaki berumur sekitar enam belas atau tujuh belas tahun yang nyatanya adalah adik lelakinya Sooyoung. Ia dulu sepertinya pernah melihat anak itu, tapi ia sendiri sudah lupa akan bentuk wajah pastinya. Jisung yang sekarang Taehyung lihat sudah lebih besar dan tumbuh dengan baik. Sungguh berbeda dengan yang ia lihat dan ia jumpai dua belas tahun yang lalu. Seingat Taehyung, Jisung dulu bahkan masih bisa ia gendong. Sekarang, Jisung terlihat seperti anak remaja yang sulit diatur. Lihat saja, lihat! Dengan kakak perempuannya saja anak itu bersikap acuh, bersikap dingin dan ingin sekali rasanya Taehyung memukul kepala anak itu.
Sooyoung tersenyum, kali ini senyumannya mulai memaksa. Sambil memandang tak jemu wajah adiknya, ia berkata. "Baiklah, tidak apa-apa." Sooyoung melebarkan senyuman paksaannya kemudian melanjutkan. "Bagaimana dengan sekolah barumu disini? Apa terasa lebih menyenangkan dari yang dulu?"
Jisung yang sebelumnya selalu memandangi piring makanannnya yang bahkan ia malas sentuh, mulai menatap wajah kakaknya yang sebenarnya ia rindukan. "Kenapa kakak bertanya jika mengetahui jawabannya?"
"Menyenangkan yah?" Sooyoung menimpali dengan ceria.
Jisung masih menatap wajah ceria kakaknya, lalu ia bergumam dengan nada malas. "Tidak ada hal yang menyenangkan di sekolah bagi anak dari seorang koruptor dan adik dari seorang pembunuh." Jisung menyinggungkan sebelah bibirnya sebelum menambahkan, "Semua temanku membenciku."
Kedua tangan Sooyoung yang ada diatas pangkuan pahanya sendiri langsung bergetar hebat sesaat setelah mendengar apa yang adiknya itu katakan. Kemudian ia menggigiti bibir bawahnya, menahan rasa sesak yang kembali muncul. "Maafkan aku karena bertanya hal bodoh begitu." Sooyoung bergumam sambil menundukan kepalanya, tidak sanggup lagi melihat Jisung.
Sedang Taehyung, ia segera menghentikan pergerakan tangannya yang semula sedang memotongi daging steak. Lalu ia menolehkan kepalanya pada Sooyoung, mengamati wajah Sooyoung yang kembali terlihat murung. Binaran bahagia yang tadi muncul dikedua mata Sooyoung seketika lenyap, terganti dengan kaca-kaca kesedihan yang mulai timbul. Taehyung yang memang sedang duduk disamping kursi Sooyoung, segera meraih satu tangan Sooyoung, menggenggamnya kemudian ia melihat ke arah Jisung yang duduk disebrangnya. "Apa kau sudah kenyang? Jika sudah, kami bisa mengantarkanmu pulang ke asrama sekarang."
Jisung membalas pandangan Taehyung yang terlihat santai padanya, lalu ia menjawab. "Tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri. Kalian sudah jauh-jauh datang menjenguk ku, lebih baik kalian istirahat saja."
Taehyung tersenyum sebelum melepas genggaman tangannya pada Sooyoung lalu berdiri dari kursinya. "Baiklah kalau begitu. Kami tidak bisa memaksa. Aku ingin ke belakang sebentar. Kau bicaralah dulu dengan kakak mu. Dia bilang dia sangat merindukanmu." Setelahnya, Taehyung pergi melenggang menuju toilet setelah sbeelumnya mengecup pucuk kepala Sooyoung. Ia sengaja pergi sejenak agar kakak beradik itu setidaknya bisa saling bicara tanpa merasa canggung padanya.
"Kenapa kakak melakukannya?"
Sooyoung pelan-pelan mengangkat kepalanya hingga ia bisa langsung mendapati wajah adiknya yang tengah menatapnya penuh tuduhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding a Good Person
Fanfiction"Aku akan semakin gila jika aku menerima tawaran untuk menikah denganmu." Lelaki itu tersenyum sambil menjawab santai, "Sayangnya aku tidak sedang memberikanmu sebuah pilihan. Kau tahu kalau aku bukan tipe orang yang bersabar." "Seharusnya kau yang...