Happy Reading and Enjoy~Ombak bergelung, menghasilkan buih-buih yang tak kasat mata. Langit menggelap dengan ribuan bintang yang bertebar, bulan purnama menjadi pelengkap keindahan pada malam itu.
Sepasang mata berwarna abu-abu menatap takjub pemandangan di hadapannya. Bibirnya yang kecil menggemaskan terbuka kesenangan, khas anak kecil.
Meskipun angin laut membuat tubuhnya menggigil, tetapi ia seakan tidak memperdulikan semua itu. Saat keberangkatan mereka pada siang hari, Allard terlalu sibuk mengeluarkan isi perutnya. Dan malam ini membuatnya bersemangat.
Satu tangan terulur untuk membelai rambutnya dengan pelan. "Sudah malam, Sayang. Kau harus beristirahat."
Matanya yang indah mendongak, menatap protes ke arah wanita cantik dengan rambut sebahu yang sedang tersenyum ke arahnya. Pipinya mengembung menggemaskan, menolak untuk beristirahat.
Seolah memahami, wanita itu membungkuk untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya. "Angin malam tidak baik untukmu. Kau bisa sakit dan gagal menikmati liburan. Mau hal itu terjadi, hm?"
Allard kecil menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dengan menggebu-gebu berucap. "Aku mau libulan, tidak mau cakit."
"Masuk ke dalam ya, Sayang," perintah wanita itu dengan nada lembut.
Senyum lebar mengembang dari wajahnya yang menggemaskan. Kedua tangannya terbuka manja, meminta agar wanita yang berdiri di hadapannya menggendongnya.
Allard melupakan kejadian setelah itu, yang dia ingat adalah, terbangun karena merasa udara di sekitarnya menipis. Ketika ia membuka mata sekelilingnya tampak gelap. Hanya ada cahaya kecil yang masuk melalui lubang-lubang kecil tempatnya berada saat ini.
Terdengar suara teriakan kuat sebelum sesuatu terjatuh dengan kerasnya. Allard mengintip dari celah-celah lubang di hadapannya. Seketika matanya terbelalak saat melihat mommynya yang cantik berlumur darah.
Rambut indah mommynya di tarik kuat hingga sebagian besar lepas dari kulit-kulit kepalanya. It-itu adalah pemandangan mengerikan yang pernah di saksikannya. Allard ingin berteriak, tetapi mulutnya di sumpal. Ia ingin berontak untuk menolong Mommynya, tetapi lagi-lagi dirinya tidak berguna. Kedua tangan dan kakinya di ikat.
Tidak akan pernah di lupakan olehnya wajah itu, wajah yang tanpa perasaan mencongkel mata ibunya. Jeritan nyaring yang menyakitkan menggerogoti hati Allard.
Mommy! Jangan sakiti Mommy!
Seolah penderitaan belum sampai di sana, ibunya terbaring tanpa busana. Saat itu, Allard belum mengetahui. Dan ketika besar ia menyadari bahwa ibunya di perkosa dengan brutal oleh beberapa bajingan.
Setelah mereka merasa puas, tanpa perasaan dan dengan keji memotong-motong jari ibunya. Menusuk-nusuk pipi ibunya yang mulus dengan garpu dan pisau. Yang tidak akan pernah di lupakan oleh Allard adalah, mereka melukai gusi ibunya.
Memukul gigi ibunya dengan palu, memotong payudaranya sembari tertawa keji. Allard mengepalkan kedua tangannya, itu bukanlah sesuatu yang pantas di tertawakan. Mengapa? Mengapa mereka berbuat seperti itu.
Tubuh ibunya terpotong-potong, darah memenuhi seluruh ruangan. Para bajingan-bajingan itu memasukkan tubuh ibunya yang sudah terpotong-potong ke dalam karung.
Lalu setelah itu, Daddynya - satu-satunya lelaki kuat yang perkasa dalam hidupnya- di tarik paksa dengan kondisi tangan dan kedua kaki yang sudah terikat.
Allard juga menyadari bahwa mereka memperkosa mommynya di hadapan daddnya. Hal yang sama di lakukan pada daddnya, para biadab itu memutilasi tanpa perasaan. Tertawa bahagia karena telah selesai mengerjakan tugas.
Ia masih mengingat dengan jelas saat atap tempatnya berada terbuka, di saat itulah mayat ayah dan ibunya di lempar ke laut.
***
Allard kecil menatap takut dan marah ke arah orang yang telah membunuh ayah dan ibunya. Pria berbadan besar yang tampaknya ketua dari orang-orang yang berpakaian hitam itu maju selangkah. Memperhatikan wajah Allard dari dekat.
"Tampan juga," koreksinya.
Ia menegakkan tubuhnya, melihat ke arah suruhannya yang berjejer rapi.
"Terserah kalian ingin memperlakukan anak ini. Ku bebaskan untuk menyakitinya bahkan untuk menyodominya. Jangan lupa untuk membunuhnya."
Allard tidak tau di mana ia berada saat ini, di dalam ruangan yang terkesan gelap dan dingin. Ketika ia tumbuh dewasa, kematian kedua orang tuanya dikabarkan meninggal karena kebakaran.
Saat ingin berlibur, kapal pesiar milik keluarga kaya Jarez Hanson dan Liliana Hanson terbakar habis. Semua meninggal dalam kejadian besar itu, diduga penyebab kebakaran tersebut adalah karena bahan bakar yang merembes dan tersulut api rokok ABK.
Itulah berita yang tersebar. Semua meninggal? Mereka tidak tau dirinya masih hidup. Bersyukur saat itu Paman Jovan mau menyelamatkannya.
Di dalam ruangan gelap itu Allard mengalami apa yang menjadi mimpi buruknya selama ini. Tidak akan ada yang tau sayatan berbekas yang berada di punggungnya adalah bukti dari kesengsaraannya dulu.
Ketika bercinta, Allard memilih mengikat tangan wanitanya agar tidak menyentuh tubuhnya. Ia tidak ingin mereka mempertanyakan luka-luka bekas sayatan yang terukir indah di punggungnya.
Mereka memperlakukannya seperti musuh, bukan anak kecil yang berumur 7 tahun. Memasuki lubangnya dengan kasar, membuat tubuh Allard yang dulunya terawat menjadi berkarat. Semua siksaan itu masih terpatri jelas dalam ingatannya.
Malam itu ketika para penjaga tertidur pulas. Paman Jovan -salah satu penjaga yang tidak pernah melukainya- membawa Allard pergi secara diam-diam.
"Tinggal di sini untuk sementara ya, nak."
Itu kata-kata terakhirnya sebelum meninggalkan Allard sendirian di depan rumah berukuran kecil yang terbuat dari kayu. Lelaki itu menghilang setelah menyelamatkannya, sementara Allard bertahan hidup bersama keluarga Paman Jovan.
Lima tahun berlalu sejak kejadian itu, Allard menhetahui bahwa ternyata Paman Jovan adalah salah satu suruhan ayahnya yang setia. Kebetulan pada hari kejadian ia di utus untuk menyelesaikan tugas yang lain. Tidak bersama dengan ayahnya.
Paman Jovan jugalah yang membuatkan identitas baru untuknya. Allard Hanson menjadi Allard Washington. Ia berhutang banyak pada pria itu.
Arthur meneleponnya untuk sesuatu yang sangat penting, ketua dari kelompok yang dulu membantai keluarganya sudah tertangkap.
Allard berjalan tergesa menuju ruangan yang biasa ia gunakan sebagai tempat penyiksaan para anggota-anggota yang turut andil dalam pembantaian itu.
Ya, semua mayat-mayat termasuk wanita-wanita yang di siksa di ruangan itu adalah, orang-orang yang membuat penderitaannya bermula. Wanita-wanita itu sendiri adalah anak dari para anggota yang menyiksanya dulu.
Jika mereka membantai seluruh keluarganya, mengapa Allard tidak melakukan hal yang sama?
Ia berhenti di depan wajah yang selama ini menghantuinya. Wajah ketua kelompok yang di utus untuk membakar habis kapal pesiar yang dinaikinya dulu.
Tubuh Allard bergetar, antara senang karena berhasil menemukan ketua itu selama bertahun-tahun pencarian, atau karena masa lalu kelam yang merangsek masuk. Menggrogoti pikirannya hingga membuat Allard terjatuh. Kepalanya mendadak pusing.
Salah seorang bodyguardnya melangkah mendekat. Menuntut Allard agar berdiri dengan tegap.
Ya, Allard tidak boleh terlihat lemah. Terlebih, di hadapan manusia keji yang sudah berhasil di tangkap.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Doll
RomanceLapak 21+ terdapat kekerasan fisik, ucapan dan tindakan. Yang masih kecil menjauh, kalau tetap nekat. Bukan tanggung jawab penulis (~‾▿‾)~ "Nikahi aku!" Allard menatap tertarik ke arah seorang gadis yang berdiri di hadapannya. Mata gadis itu meman...