43

42.6K 2.3K 243
                                    

Happy Reading and Enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading and Enjoy~

Semua terasa tidak masuk akal dan … bagaimana dalam waktu singkat semuanya berubah menjadi jauh lebih buruk. Bagaimana bisa orang keji yang telah membunuh kedua orangtuanya menjadi kakaknya.

Dan … dan bagaimana bisa kedua orangtua yang selama ini mengurusnya dengan sangat baik menjadi pembunuh orangtua kandungnya.

Ini berita yang membuat kepalanya berdenyut nyeri. Terlebih, posisinya sekarang menjadi istri kakak kandungnya sendiri. Allard begitu yakin bahwa mereka berasal dari rahim yang sama, dan entah mengapa perkataan Allard meyakinkan—meskipun ia sendiri tidak ingin mengakuinya.

Tubuh Allard menegang ketika Luna berhasil melontarkan kalimat berbahaya. Terserah, ia sudah tidak peduli lagi. Memikirkan bahwa selama ini yang menidurinya adalah kakak kandungnya membuat dada Luna terhimpit perasaan kacau luar biasa.

"Tidak ada perceraian dalam pernikahan kita, apapun yang terjadi."

Suara Allard terdengar dingin, membuat nyali Luna menciut.
Ia menangis histeris, dan dapat dirasakan Allard mengecup kepalanya dengan lembut. Lelaki itu mencoba menenangkannya, dan itulah yang menjadi pemicu keberaniannya untuk mengatakan perceraian. Walaupun sebentar, Allard terasa lebih manusiawi, dan sekarang lelaki itu kembali seperti dirinya yang biasa, kaku dan dingin.

"Kalau begitu …" Luna melayangkan tatapan yang sama dinginnya. Hanya menunggu waktu sampai mereka membeku.

"Kematianku yang akan kau dapatkan. Jangan berpikir dengan mengetahui bahwa kau adalah kakakku, maka aku mematuhimu, Allard. Biarkan aku memahami semua situasi rumit ini, dan izinkan aku meminta maaf karena sudah salah menilaimu. Meskipun … meskipun ini terlalu berat bagiku."

Ia menggigit bibir bawahnya pelan, menyalurkan rasa sesak di dadanya.

"Aku memandangmu sebagai musuhku sebelum awalnya menghargaimu sebagai lelaki tampan kaya yang bisa menolong nasibku. Mengetahui bahwa kau adalah kakakku itu sungguh … perbandingan yang terasa sulit. Dari musuh menjadi saudara."

Luna menelan ludah gugup. "Tolong ceraikan aku, Allard. Aku memaksa."

"Kau milikku, adikku, aku yang berhak atas tubuh dan nyawamu. Aku berjanji pada ibu untuk menjaga dan merawatmu."

Ekspresi Luna melembut, tau bahwa kekerasan tidak mungkin bisa melawan Allard. Dan sungguh perlawanan sekarang tidak ada gunanya, karena nyatanya Allard tidak bersalah.

"Jika kau ingin menjagaku, maka jagalah layaknya kakak pada umumnya Allard. Tidak ada seorang kakak yang menjaga adiknya dengan menikahinya. Tolong … ceraikan aku."

Allard langsung membalikkan tubuhnya. Kedua tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

"Aku mungkin sudah menghamilimu," katanya serak.

"Aku akan menggugurkannya."

"Atas dasar apa kau berani menggugurkan darah dagingku!"

Allard berteriak marah, suaranya menggelegar di langit-langit ruangan.

"Aku tidak tahu menyebutnya apa, Allard! Dia akan menjadi keponakanmu, dan juga … darah dagingmu. Kau gila, apapun yang terjadi kita harus cerai."

"Langkahi dulu mayatku!"

Allard melangkah pergi dengan membanting pintu. Bunyi debamam pintu begitu kerasa, hingga menggema di ruangan yang sunyi akan perabot itu.

Luna menangkup wajahnya dengan tangan, menangis keras disana. Sebelum dan sesudah mengetahui kebenarannya tidak ada yang berubah, ia tetap menjadi tahanan Allard. Hanya saja, status Allard berubah di matanya.

Mungkin lebih naik beberapa derajat, tapi entah mengapa ia tetap tidak bisa menyukai lelaki itu. Jika dulu untuk membalaskan dendam kedua oangtuanya, maka sekarang … membalaskan dendam untuk dirinya sendiri. Untuk kebebasannya.

***

Beberapa serangan kecil sudah cukup membuat Jovan datang menghampirinya. Allard duduk di tenang di singgasananya, menunggu dengan wajah kaku kehadiran Jovan.

Perlahan dia mulai mencabut beberapa kerjasama antara perusahaannya dengan Jovan-itupun kalau bisa disebut dengan perusahaan Jovan.

Sebab, perusahaan itu juga milik Allard dan Jovan yang mengelolanya dengan kuasa penuh.
Allard tidak mau repot-repot meminta keuntungan dari sana, ia bahkan sudah menganggap perusahaan itu milik Jovan seutuhnya.

Memberikan dengan Cuma-cuma. Ia tertawa sinis, betapa bodoh dirinya dulu. Melemparkan diri pada kesenangan dan keuntungan musuh yang selama ini dicari dengan susah payah.

Allard juga berhenti mengirimi keluarga bajingan itu uang bulanan. Meskipun Allard sudah memberikan perusahaannya untuk Jovan, ia masih belum merasa cukup. Hutang budi yang selama ini dipikulnya membuatnya ingin memberikan seluruh kekayaannya untuk lelaki tua itu.

Syukurlah ia tidak melakukan tindakan bodoh seperti itu. Jika ia benar-benar memberikan seluruh kekayaannya, maka hanya menunggu waktu sampai Jovan memusnahkannya.

Pintu terbuka dan Jovan masuk dengan senyum hangat layaknya seorang ayah. Allard berdecih muak, mungkin dulu itu senyuman yang paling membuat hatinya nyaman ketika menghadapi musibah.

Sebenarnya tanpa sadar, ia dan juga Luna berada dalam posisi yang sama. Hanya saja dengan keadaan yang berbeda.

Luna menganggapnya pembunuh orangtua gadis itu dan membencinya, sementara kenyataannya tidaklah seperti itu. Sementara dirinya menyayangi pria yang sudah dianggapnya sebagai keluarga, padahal nyatanya pria itulah dalang di balik kematian orangtuanya.
Takdir mempermainkan mereka dengan kejam.

Bersambung...

Maaf lama dan cuma dikit. Moodku lagi hancur sehancur2nya. Ibuku baru aja pergi ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Dan beberapa keluarga dekat juga menyusul.

Kuharap kalian mengerti, dan do'akan yang terbaik. Jangan lupa share cerita ini juga sebagai bentuk apresiasi. Ote?

Wedding DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang