Chapter 19

577 57 0
                                    

Happy Reading 🔥

"Aaa ... otak gue puyeng ngapalin puisi tambah ini rumus." Ann mengetuk keningnya sendiri. Cewek itu menghela napasnya. Mulutnya tak henti meneguk botol mineral di tangannya.

"Jangan banyak minum. Kalau nanti kebelet, gue nggak mau, ya, anter lo." Mendengar ancaman Rafasha, Ann menyimpan botol mineral itu sedikit kasar, hingga airnya muncrat ke wajah cowok itu.

Ann menyengir ketika melihat tatapan datar dari Rafasha.

"Lho kok malah ditutup? Ini gue belum ngerti soal nomor tiga," kata Ann sambil menyodorkan bukunya ke arah Rafasha yang terlihat membereskan barang-barangnya.

"Istirahat dulu. Otak kecil lo nggak bisa nyerep rumus, soalnya." Ann mencubit pinggang Rafasha karena kesal.

Sebagai gantinya, Rafasha mengeluarkan papan catur. Ann mengerutkan dahinya.

"Lo ngapain bawa catur?"

"Main." Rafasha menimpuk kepala Ann dengan papan catur membuat cewek itu mengerutu.

"Gue ikutan main, deh." Ann menyusul Rafasha. Cewek itu duduk di lantai tanpa alas.

"Yang bilang gue main sendiri siapa?" Rafasha mencibir.

"Pantes pinter matematika mainnya catur," gumam Ann.

"Yang kalah dapet hukuman apa, nih?" tanya Ann.

"Nggak ada," jawab Rafasha.

"Nggak asik. Biar gue aja yang tentuin hukumannya." Rafasha hanya mengangkat bahunya acuh.

Ann beranjak dari duduknya. Mengambil tas. Lalu, mulai mengobrak-abrik mencari benda. Hingga, akhirnya ia menemukannya.

"Bedak?"

Ann mengangguk. Cewek itu menabur bedak itu di kertas. Ia tersenyum puas sebelum pada akhirnya berbalik menghadap Rafasha.

"Ayo main." Rafasha hanya mengangguk. Sebelum mulai memajukan anak caturnya.

"Yes! Punya lo gue makan." Ann menendang anak catur milik Rafasha, hingga terpelanting mengenai dada cowok itu.

"Bar-bar." Ann tersenyum tak peduli. Cewek itu mencolek bedak yang ia tabur di kertas tadi.

"Nunduk." Rafasha menghela napasnya sebelum akhirnya menunduk sedikit.

Ann mengoles debu putih itu di kedua pipi Rafasha dengan santai.

"Ayo mainnya lagi. Gue pasti menang, nih," kata Ann dengan penuh percaya diri.

"Sombong," cibir Rafasha.

"Lo gue makan." Rafasha menendang anak catur milik Ann. Cowok itu tersenyum puas ketika melihat wajah Ann yang terlihat kesal.

"Jangan banyak-banyak," peringat Ann ketika Rafasha mulai mengoleskan bedak itu ke wajahnya.

"Lo pasti curang, nih." Ann berkata dengan cemberut. Cewek itu memandang ke arah anak catur miliknya yang tinggal tiga.

"Terima nasib, aja," kata Rafasha dengan enteng.

Cowok itu kembali mengoles bedak tabur di muka Ann. Rafasha menahan tawanya ketika melihat wajah cewek di depannya yang sudah penuh dengan bedak.

Sedangkan dia, hanya beberapa saja. Tidak sebanyak, Ann.

"Liat aja, gue bakalan kalahin lo." Ann berkata penuh ambisi. Cewek itu memekik ketika akhirnya, ia memakan salah satu anak catur milik Rafasha.

"Apa-apaan, lo!" Rafasha melotot ketika Ann dengan santai menekan tekuk cowok itu pada kertas yang berisi bedak miliknya.

WINTERSWEET (Judul Awal Possessive Prince Ice) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang