Chapter 9

847 51 4
                                    

Happy Reading 🔥

Tinggal tersisa Ann yang kini berjalan tenang dengan Rafasha dan Zayn.

"Gue perhatiin dari awal lo kayaknya nggak takut sama hantu, ya?" Zayn membuka pembicaraan. Ketiganya kini tengah berjalan menuju di mana tempat bendera ke lima.

Ann mengangguk. Lalu menjawab, "Gue tahu semua itu pura-pura, jadi ngapain takut?"

Zayn bungkam seketika. Perkataan Ann terasa seperti sedang menyindirnya. Cowok itu mendelik ketika Rafasha yang menepuk bahunya dengan bibir yang berkedut menahan senyum.

"Lah, kok lilin padem, sih?" Zayn mengedarkan pandangannya dengan takut. Baru saja ia akan mencabut bendera malah lilin mati.

"Lo bawa senter nggak, Sha?" Zayn meraba-raba sekitarnya.

"Gue kayaknya bawa deh." Bukan Rafasha yang menjawab. Ann—cewek itu mulai mengobrak-abrik tasnya. Namun, ia mendesah kecewa ketika tak mendapatkannya.

Cewek itu terlonjak kaget ketika ia mendongak memandang Rafasha yang mengarahkan senter pada  wajahnya sendiri tepat di depan mata Ann. Hampir saja ia menepis senter itu jika Rafasha tak menahannya.

"Katanya nggak takut hantu." Ann mendelik ketika melihat Rafasha yang tersenyum geli.

"Sha, memang di tempat bendera juga pasang hantu, ya?" Rafasha menoleh ke arah Zayn. Cowok itu tengah memandang ke depan.

"Nggak." Rafasha mengerutkan dahinya.

"Mungkin karena tantangan terakhir kali. Jadi, pake hantu lagi," ujar Ann menambahkan.

Zayn mengangguk mengerti.

"Lo nggak takut, Zayn?" tanya Rafasha.

Zayn tersenyum angkuh. Lalu berkata, "Nggak, lah! Mau bukti?"

Rafasha mengangkat sebelah aslinya memandang Zayn yang kini berjalan mendekati hantu.

"Heh, hantu! Bilangin sama Rafasha kalau gue nggak takut sama lo!" ujar Zayn. Cowok itu menunjuk ke arah Rafasha yang tengah memutar bola matanya malas.

"Heh, hantu! Kenapa diem aja? Lo budeg, ya?" Zayn mengerutkan dahinya. Apa mungkin anggota OSIS sedang akting untuk menakutinya?

"Udahlah! Gue udah nggak takut. Jadi, lo balik aja ke tenda, deh!" perintah Zayn. Tangan cowok itu berniat untuk menepuk bahu hantu di depannya. Karena kesal daritadi hanya menunduk saja.

"Sha! Kenapa dia nggak bisa gue pegang, ya?" Rafasha dan Ann langsung membulatkan matanya. Keduanya terlihat mundur beberapa langkah. Lalu, membalikan tubuh mereka.

Zayn yang melihat hal itu mengerutkan dahinya bingung. Ann mengkode cowok itu untuk melihat ke arah samping. Namun, Zayn hanya memandang Ann tak mengerti.

"Apa?"

"Liat ke samping." Zayn ber-oh ria sebelum menoleh ke samping. Matanya langsung melotot. Wajahnya terlihat pucat.

"Se-setan!" Zayn langsung pingsan bersamaan dengan hilangnya hantu itu.

"Kita kabur," ujar Rafasha masih dengan posisi membelakangi.

"Tapi, bagaimana sama Kak Zayn?" tanya Ann dengan wajah pucat.

"Kita urus nanti." Sebelum Ann kembali menjawab, Rafasha sudah terlebih dahulu menarik tangan cewek itu, meninggalkan Zayn yang tergeletak tak berdaya di tanah.

"Berhenti." Rafasha menghentikan langkahnya. Cowok itu membalikan tubuh memandang Ann yang terlihat memegang lututnya. Napasnya terlihat ngos-ngosan.

"Gue capek," lanjutnya lagi berusaha menetralkan jantungnya yang berpacu cepat akibat berlari.

WINTERSWEET (Judul Awal Possessive Prince Ice) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang