Chapter 21

595 53 1
                                    

Happy Reading 🌚

"Gimana? Suara lo udah membaik?" tanya Rafasha. Cowok itu memandang Ann yang baru saja bangun dari tidurnya.

Ann membuka mulutnya. Namun, detik kemudian ia menutup kembali. Lalu, menggelengkan kepalanya pada Rafasha.

"Tunggu sebentar." Ann mencekal tangan Rafasha. Cowok itu berbalik memandang Ann dengan alis terangkat.

Ramuan itu, lagi?

Nggak mau pahit!

"Terus Lo mau tetep kayak gini?" tanya Rafasha. Ann mengigit bibir bawahnya, lalu menggeleng.

"Yaudah berati lo harus minum ramuan itu," jawab Rafasha tegas.

Nggak ada yang lain?

Rafasha menggelengkan kepalanya. Ann berniat buka suara, tetapi cowok itu keburu pergi membuat Ann mendengkus kesal.

"Minum." Rafasha menyodorkan satu gelas ramuan itu pada Ann.

Secepat itu?!

"Tadi gue buat banyak," balas Rafasha.

Ann mengerutkan dahinya. Cewek itu memandang gelas di tangannya dengan ekspresi muram.

"Minum, Rain," perintah Rafasha.

Ann ingin meralat panggilan Rafasha. Baginya panggilan itu hanya untuk ibunya seorang, tetapi ia malas harus menulisnya. Jadi, ia memilih diam.

"Ayo minum. Satu jam lagi lomba," tutur Rafasha.

Dengan ekpresi jijik. Ia menutup hidungnya, lalu mulai meminum ramuan pahit plus menyengat buatan Rafasha.

"Anak pinter." Rafasha menepuk-nepuk kepala Ann pelan. Cewek itu menepis. Ia mendelik kesal kepada Rafasha yang memperlakukannya seperti anak kucing.

"Coba lo bicara dikit," perintah Rafasha.

"Kak Asha bego." Ann mengangkat bibirnya ke atas. Cewek itu terlihat berbinar ketika suaranya sudah kembali semula.

Berbeda dengan Rafasha yang memandang Ann dengan datar.

"Nggak ada kata lain selain itu?" Ann menggelengkan kepalanya sambil menyengir lebar.

Suara pengeras suara membuat Ann dan Rafasha saling melirik. Sepertinya lomba akan segera dimulai.

"Sana lo pergi." Ann mendengkus ketika Rafasha mendorong tubuhnya pelan.

"Gue cuci muka dulu, deh," gumam Ann. "Masih ada waktu beberapa menit lagi," lanjutnya sebelum pergi meninggalkan Rafasha di tenda.

Beberapa menit kemudian, Ann sudah berada di tendanya kembali.

"Kak Asha gue titip barang-barang gue, ya," ujar Ann. Cewek itu mengambil selembar kertas puisi miliknya.

"Hm." Rafasha hanya berdeham sebagai jawaban. Cowok itu asik membaca buku komik miliknya.

"Tunggu dulu." Ann menghentikan langkahnya. Cewek itu menoleh ke arah Rafasha.

"Apa?"

"Jangan lupa setelah lomba langsung balik ke sini. Kita belajar sama-sama, oke?" Ann mengangguk sebagai jawaban.

"Jangan sampai lupa," ujar Rafasha sekali lagi.

Ann memutar bola matanya malas.

"Iya-iya bawel banget," gerutu Ann.

"Oh, ya, satu lagi." Ann yang tadi akan membuka tenda, kembali menoleh ke arah Rafasha.

"Apa lagi?" tanya Ann dengan nada kesal sekaligus geram.

WINTERSWEET (Judul Awal Possessive Prince Ice) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang