1
"heyy miraa" Bintang memanggil
"apaaa" tanya aku
"kamu bakal masuk IPA atau IPS?"
"aku sih mau masuk IPA kalau kamu?"
"sama IPA jugaa"
"kamu beneran mau masuk IPA apa Cuma mau ikut-ikutan aku aja"
"yaa beneran lah, masa ikut-ikutan"
"hayuu ah ke kantin, kita makan" ajak Bintang
"hayuuu" kataku
2
Waktu berjalan begitu cepat. Kukira Bintang dan aku hanya sebatas teman saja, tapi ternyata kita malah menjadi sahabat yang sangat dekat sekali, kemana-mana selalu bersama, dia sudah jadi seperti kakaku sendiri, aku nyaman sekali seperti ini.
"kamu mau pesan apa?" Tanya aku
"aku mah batagor aja, kalau kamu?"
"sama aja"
"mang batagorna lima rebuan 2"
"siaapp atuuh" kata mang batagor
Batagor adalah menu kesuka kami berdua, kalau sedang atau sehabis hujan, cuanki paling favorit untuk kami makan, ditambah dengan teh manis hangat, wahh pokoknya tidak ada duanya.
Ketika kami sedang menyantap batagor ini, tiba tiba Airin menghampiri kami,
"weyy, keur dahar naon" (sedang makan apa)
"kamu engga lihat apa" kataku
"lihat sih hehehe, kalian kemana-mana berdua mulu, kalian pacaran atau engga sih?" tanya Airin sambil meledek kami berdua
"kita tuh Cuma sahabatan" kataku
"kirain mah pacaran abisnya kemana-mana berduan mulu"
"ada apa kesini tumben?" tanya aku
"santai atuhh, ini aku mau kasih surat"
"surat dari siapa?"
"buka aja, nanti juga tau" katanya
"surat cinta mungkin" kata Bintang, aku pun membukanya dan isinya selembar kertas puisi
"wihh puisi tuh, bacalah" kata Bintang
Kemudian aku baca puisi itu di depan mereka berdua
"Hai kamu, Bolehkah aku minta sesuatu padamu,
Bukan cintamu, bukan perhatianmu, dan juga bukan sayangmu,
Yang aku mau, Cuma senyummu dan tawamu, Cuma itu yang mau"
-Dari Farhan
"cieee" kata Airin
"sahabat abdi, disukai orang nihh" Kata Bintang
"udah ahh aku malu" kataku sambil menutup wajah karena sangat malu.
3
Lebih tepatnya malu karena senang, karena ada seseorang yang memberiku surat yang isinya seperti itu. Mungkin di zaman kalian ini alay atau apalah, tapi pada zamanku, ini adalah cara untuk mendekati seseorang. Semenjak hari itu Farhan selalu mengirimkan aku surat dan isi suratnya bermacam-macam. Terkadang aku sering membalas suratnya, mungkin aku mulai menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang : Dia Temanku
Cerita PendekMungkin untuk sebagian orang Bandung adalah sebuah tempat, namun bagiku tidak, Bandung adalah sebuah kenangan dan juga perasaan, disana aku bertemu dengan seseorang yang aku puja dengan segala kehebatannya, dan dia bernama Bintang seorang laki-laki...