DUA

50 12 3
                                    

Happy Reading 🍒
Tandai kalau ada Typo ya:)

Malam ini garasi kediaman Kara dan Gara sudah dipenuhi oleh jejeran mobil mewah yang terparkir rapi.

Sedangkan Kara yang notabenya pemilik acara masih bergelung di dalam selimut menikmati mimpi dengan pangeran berkuda putih .

"Kara ayo turun sayang, di bawah udah ramai tamunya," teriak Annisa sambil menggedor pintu kamar putrinya.

"Ah iya ma, sebentar," karena suara berisik dari luar membuat Kara bangun. Kara memang bukan tipe orang yang susah dibangunkan, rambutnya diusap sedikit saja dia sudah bangun.

Kara membuka matanya dan bergegas mengambil handuk yang dijemur di balkon kamar. Lalu dia mandi dan hanya membutuhkan 15 menit dia sudah keluar menggunakan bathrobe.

Dia memakai gaun keluarga yang sudah disiapkan di meja belajarnya. Menambah polesan make up yang tidak terlalu tebal. Hanya bedak, liptint dan maskara, lalu menyemprotkan parfum ke seluruh badan dan mengambil high heel merah senada dengan gaunnya.

"Cantik juga gue ya," ucapnya sambil berkaca dan membenarkan tatanan rambutnya.

Setelah merasa penampilannya cukup, Kara turun ke bawah dan mendapati Gara dan Bagas yang menunggunya di sofa ruang TV.

"Gimana penampilan gue? Oke kan?" tanya Kara dengan kePDan tingkat dewa.

"Iyain aja biar cepet, iya gak Gar?" ucap Bagas sambil menatap Gara.

"Iya lo cantik kok, karena lo kembaran gue.. Gue kan ganteng," ucap Gara sambil menaik turunkan alisnya.

"Dasar kembarrr PD tingkat dewa," kesal Bagas karena ucapannya tak digubris oleh Gara, lalu melangkah keluar.

"Ngambek dia Gar haha," Kara tertawa karena sikap Bagas
"Yuk ah keluar," ajak Gara.

Kara melingkarkan tangannya deh lengan Gara lalu mereka melangkah keluar.

"Bagas jangan ngambek dong," Kara berganti memeluk lengan Bagas saat mereka sudah sampai di hadapan Bagas.

"Haha gue juga ngambeknya becanda," ucap Bagas sambil mengusap surai hitam legam milik Kara.

Ya, Bagas dan Kara memang sahabat yang seperti adik dan kakak. Meskipun terkadang jahil, tapi lewat kejahilan itu mereka menunjukkan kasih sayangnya. Terbukti pertemanan mereka sudah dari bangku kanak-kanak hingga sekarang.

...

Saat ini, semua kerabat dekat yang diundang sudah berkumpul di ruang makan untuk menikmati makan malam.

Kara duduk di bangku yang berada di tengah-tengah Bagas dan Gara.

"Ayo makan dulu semua, karena setelah ini para orang tua akan berbicara kepada kalian." ucap Justityo.

Kalian yang dimaksud adalah Kara, Gara dan Bagas.

Mereka makan dengan keheningan. Karena sudah terbiasa makan dengan keheningan. Setelah makan, papa Justityo berdehem.

"Ehem, sudah selesai semua makannya?" tanya Justityo

"Sudah pah, om." jawab Kara, Bagas dan Gara yang entah mengapa menjadi kompak.

"Baik, Papa dan Aryo akan menyampaikan hal penting," ucap Justityo dengan raut wajah yang serius.

Aryo adalah nama Papanya Bagas, sekaligus suami Fina, Mamanya Bagas.

Sebelum berbicara, Justityo memperhatikan wajah 3 pemuda yang duduk di hadapannya. Membuat mereka menunduk tegang karena merasa terintimidasi.

"Kara, Gara." panggilnya kepada kedua anaknya.

"Iya pah?" jawab Kara dan Gara yang lagi lagi kompak.

"Papa harus mengurus bisnis Papa yang ada di Amsterdam untuk waktu yang mungkin cukup lama. Mama kalian juga ikut untuk menemani Papa. Dan, Gara kamu ikut juga untuk membantu Papa juga agar kamu terbiasa." ucap Papa Justityo dengan nada seriusnya dan langsung to the point.

"Terus... Kara?" tanya Kara bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kara kamu akan tetap disini, tetapi tinggal bersama kami," ucap Fina, Mamanya Bagas.

"Hah?" kaget Kara karena memang tidak terpikirkan sebelumnya.

Karena Kara dan Gara memang tidak pernah dipisahkan sedari kecil. Kalau dengan Papa dan Mamanya sudah pernah karena dari dulu memang Mamanya sering menemani Papanya keluar kota bahkan keluar negeri.

"Kara, kamu akan Papa nikahkan dengan Bagas," ucap Papa Justityo to the point.

Seketika suara yang ada di meja itu menjadi hening, sampai Bagas mengangkat suara.

"Apa harus nikah om?" tanya Bagas yang tidak mengerti dengan pikiran para orang tua ini.

"Iya Bagas, karena sebenarnya kalian sudah kami jodohkan sedari kecil. Jadi, mungkin sekarang waktunya kami memberi tahu kalian," ucap Aryo kepada anaknya.

Suasana pun kembali hening. Para pemuda diam ditemani pikiran yang merasuki relung hati.

"Masa gue nikah sama Bagas sih? Sahabat gue sendiri? Terus gimana sama Sila? Dia pasti benci gue kalau tahu." batin Kara.

"Masa gue nikah sama Kara sih? Dia udah gue anggap adik sendiri... Terus gimana nasib hubungan gue sama Sila?" batin Bagas melirih.

"What? Mereka nikah? Bagas sahabat gue nikah sama Kara kembaran gue?"  Gara masih tidak mengerti dengan semua ini.

Para orang tua menghela nafas melihat diamnya anak mereka. Karena ini juga demi kebaikannya, agar tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan.

"Ini semua demi kebaikan kalian sayang." ucap Annisa lembut sambil menatap para pemuda yang masih tidak bergeming di hadapan suaminya.

"Iya, lagian pernikahan kalian gak akan mempengaruhi sekolah kalian.. Kalian akan tetap bersekolah seperti biasa.. Kecuali Gara akan Papa pindahkan ke sekolah Amsterdam," Justityo menimpali ucapan istrinya.

"Kalau itu demi kebaikan Kara, baik Kara terima," ucap Kara sambil menunduk. Dia paling tidak bisa menolak permintaan orang tuanya.

Lalu Kara naik ke lantai atas guna menenangkan pikiran.

"Kalau Kara terima, Bagas ikut ajalah," pasrah Bagas. Bagas juga tidak tega menolak permintaan kedua orang tuanya. Pikirnya, kapan lagi membahagiakan orang tuanya kalau tidak sekarang? Siapa lagi yang membahagiakan orang tuanya selain dia?

Lalu dia pergi ke lantai atas menyusul Kara.

"Gara juga terima," ucap Gara sambil menyusul Bagas dan Kara ke lantai atas.

...
Jangan lupa tekan bintang di pojok kiri bawah

Udah? Dapet angka berapa? Komen yah 🌈

848 kata, 10 September 2020

Follow my instagram : @_salsabilafaii

BASKA (BagasKara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang