Vote sebelum membaca, comment setelah membaca.
Happy Reading:)
...Malam ini, kediaman Bagas telah ramai sanak saudaranya. Karena besok adalah hari pernikahan Bagas dan Kara yang diadakan di rumah Bagas untuk resepsinya. Walaupun sederhana tapi tetap diadakan resepsi. Sedangkan akadnya dilakukan di rumah Kara.
"Mah, Bagas mau keluar dulu ya," pamit Bagas kepada Mamanya.
"Mau kemana sih? Gak gak, sekarang masuk kamar. Kamu itu besok nikah, jangan kelayapan mulu," omel Fina kepada putranya.
Bagas hanya menghela nafas lelah. Sudah 2 hari dirinya tidak boleh keluar rumah selain sekolah. Jika ingin ke supermarket dekat rumahnya saja asisten rumah tangganya yang berangkat.
Selama 2 hari itupun dia tidak boleh ketemu Kara. Kata Fina "Biar kangen" dan untuk menghindari bertengkar. Nah, tradisi ini namanya "Dipingit". Katanya ntuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat membatalkan pernikahan.
"Padahal cuma sebentar aja loh ma, Bagas mau nongkrong sama temen.. Kan besok Bagas udah jadi kepala keluarga, gak bisa bebas kayak dulu lagi." ujarnya yang menjadi sedikit mellow.
Memang seperti itulah kenyataannya.. Besok dia akan menjadi kepala keluarga. Meskipun hanya karena perjodohan tapi dia tidak bisa bermain-main dengan namanya pernikahan. Karena nikah adalah ibadah yang tidak bisa dipermainkan.
Tidak boleh pulang malam karena di rumah sudah ada Kara yang menungunya pulang. Bukan seperti dulu, saat dia pulang maka yang berdiri di depan pintu adalah Fina, Mamanya.
Fina menghela nafas menatap putranya. Dia tau bagaimana perasaan anaknya, karena dulu dia juga karena perjodohan. Dulu dia tidak saling mencintai dengan Aryo, papa Bagas. Tapi seiring berjalannya waktu perasaan itu muncul dan menciptakan Bagas di antara mereka.
"Yasudah sana.. Tapi jangan pulang malem ya, mama minta tolong," mohonnya kepada Bagas. Karena dia sebagai seorang ibu yang tidak akan tega melihat putranya tidak bisa menikmati masa mudanya dengan sempurna.
Wajah Bagas yang murung langsung ceriah mendengar perkataan sang ibu dan menyalimi tangannya "Siap bu bos. Berangkat ya, mah,"
Fina hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan putranya. Tapi tak urung, menyunggingkan senyum tulus melihat punggung putranya yang menjauh. "Semoga kamu selalu bahagia dan gak ngecewain Mama ya" batinnya.
...
Kara POV"SAH." teriakan nyaring itu berhasil mengagetku yang sedang melamun. Ku sapukan pandanganku melihat keadaan sekitar, dan saat itulah aku melihat Mama mengusap ujung matanya yang basah. Ternyata Mama menangis.
Dan saat itulah aku sadar, saat ini aku bukan lagi gadis single seperti kemarin. Di usiaku yang tepat 18 tahun ini. Mama memelukku dengan air mata bahagia yang mengalir di kedua pipinya.
Mama menatapku dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Lalu menuntunku bersama Nia, sepupuku untuk keluar dari kamar menuju ruangan dimana akad sedang dilaksanakan. Lalu aku diarahkan untuk duduk di samping Bagas yang hari ini terlihat lebih tampan dari biasanya. Kemudian Mama menyuruhku mencium tangan Bagas dan Bagas mencium keningku.
Para hadirin bertepuk tangan melihat interaksi kami ini. Gara menggodaku dan Bagas membuat pipiku memerah karena malu.
"Bagas, jagain putri Mama ya kalau Mama nggak ada," ucap Mama kepada Bagas.
"Iya tante, Bagas paham." ucap Bagas yakin.
...
Acara hari ini sudah selesai. Tinggal besok malam melaksanakan resepsi yang sederhana karena yang hadir pun sedikit.
"Gas, gue mandi dulu ya," pamit Kara. Tapi dia tampak kesusahan membuka resleting gaunnya "Tolong dong turunin ini resletingnya susah,"
"Iya bentar," kemudia Bagas melakukan sesuai perintah Kara.
Setelah selesai, Kara berjalan ke kamar mandi. 25 menit kemudian dia sudah selesai dan mencari keberadaan handuknya di dalam kamar mandi.
"Astaga!" Kara menepuk dahinya pelan karena dia lupa membawa handuk. Handuknya masih ada di balkon kamar seperti biasa.
Dia bingung, apa harus meminta tolong Bagas untuk mengambilkan? Pikirnya "Tidak ada pilihan lain."
"Gasss," teriaknya dari kamar mandi.
Bagas yang sedang bermain game terkejut. Dia kira Kara kenapa-napa "Iya kenapa?" ucapnya langsung mengetuk pintu kamar mandi.
"Handuk gue ketinggalan di jemuran yang ada di balkon. Ambilin dong," ujarnya di balik pintu kamar mandi.
"Yaampun kirain kenapa tadi teriak-teriak udah kayak diterkam om-om aja," kesalnya tapi tetap mengambilkan handuk untuk Kara.
Dia menyerahkan handuk lewat celah pintu yang dibuka sedikit oleh Kara. Ya kali dibuka semua, haha.
"Makasih ya husband," ujarnya genit sambil mengedipkan satu matanya.
Bagas hanya mengangguk kemudian pergi. Entahlah kenapa seperti ada kupu-kupu yang berkeliaran di perutnya setelah Kara mengucapkan itu.
Apa dia sudah mulai mencintai Kara? Tapi, mana mungkin secepat itu.
...
Pagi ini Kara terbangun karena cahaya matahari menyilaukan matanya yang sedang terpejam. Dia melihat sekeliling mendapati Bagas sedang tidur meringkuk di sofa samping ranjangnya. Pasti badannya sakit semua karena posisi Bagas sangat tidak baik.
Kara membangunkan Bagas untuk pindah ke ranjang karena Kara akan memasak.
"Gas, lo tidur di kasur aja," sambil mengguncang badan Bagas.
Bagas tampak menggeliat lalu membuka matanya dan mengangguk. Dia beranjak dan membaringkan tubuhnya di ranjang Kara.
"Ckckck, kasian banget," ucap Kara.
Tadi malam mereka memang berdebat karena Kara tidak ingin mereka tidur satu ranjang. Akhirnya karena lelah berdebat Bagas ngalah dan memilih tidur di sofa.
...
"Pagi mah, maaf Kara kesiangan," sapanya saat melihat Annisa sedang mencuci sayuran.
"Iya gak papa sayang, maklum namanya pengantin baru," ucapnya kemudian terkikik geli mengingat putrinya itu sudah menikah.
"Ihh apaan sih ma," dumel Kara. Annisa hanya tertawa melihat pipi anaknya merona.
Mereka memasak kadang diselingi cerita. Biasalah para wanita kalau sudah berkumpul tidak akan jauh dari yang namanya ghibah.
"Kar kamu bangunin Bagas ya. Mama mau bangunin Papa sama Gara dulu," ucap Annisa saat mereka sudah selesai menata sarapan di meja makan.
"Iya mah," Kara kembali ke kamar untuk membangunkan suaminya, oops.
Masih aneh kalau menyebut Bagas suami. Tapi gimana ya, memang itu kenyataannya. Mau mengelak sedemikian rupa tidak akan mengubah kenyataan. Yang harus dilakukannya sekarang adalah menjalani dengan ikhlas agar semuanya tak terasa berat.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKA (BagasKara)
Teen FictionKara Annisa Putri, gadis 17 tahun yang dijodohkan dengan sahabat laki-lakinya. Sahabat sedari duduk di bangku kanak-kanak hingga kini, sahabat yang menemani Kara selama ini. Terlebih lagi laki-laki itu sudah memiliki kekasih. BAGAS ALVIN WIJAYA "Gue...