Silahkan dibaca...
Salam manis dari Axel dan AliciaAldo mengantar Alicia sampai di depan kantornya.
"Terimakasih banyak,Al. Aku sungguh tak enak dengan mu,kau banyak membantuku" ucap Alicia kepada Aldo.
"Sama-sama. Aku senang membantumu dan aku sama sekali tak merasa keberatan"
"Karena aku mencintaimu, Alicia". Batin Aldo
"Baiklah,kalau gitu aku masuk. Sekali lagi terimakasih banyak"
"Alicia" panggil Aldo saat Alicia hendak membuka pintu mobil.
"Nanti kau pulang naik apa?"
"Aku biasa naik taksi"
"Kalau begitu aku nanti akan menjemputmu pulang. Bagaimana?"
Bagaimana? Apakah Alicia akan menerima atau justru menolak?
"Tidak usah, Al. Kau sudah cukup mengantarku hari ini,jika kau juga menjemput ku aku merasa berhutang Budi banyak padamu" ujarnya.
"Kau ini. Sudah aku bilang aku tidak keberatan sama sekali. Aku tidak menerima penolakan. Nanti pulang aku yang akan menjemput mu"
"Baiklah-baiklah. Kau yang akan menjemputku. Kau puas?"
"Dasar dokter tampan yang keras kepala" gumam Alicia.
"Aku tau aku tampan" kekeh Aldo.
"Tapi sayangnya ketampanan mu itu tak ada wanita yang tertarik padamu" ejek Alicia.
"Kau tak tau saja. Di luar sana banyak perempuan yang mengungkapkan perasaannya padaku. Tapi,aku menolak karena aku mencintai wanita lain"
"Benarkah? Yasudah,aku tak mau memperpanjang obrolan ini. Aku sudah telat,aku mau masuk. Sampai jumpa" ucap Alicia seraya keluar dari mobil Aldo dan Aldo menatap kepergian Alicia hingga masuk kekantor.
"Andai kau tau wanita itu adalah dirimu, Alicia" Aldo bermonolog
****
Sedangkan di ruangannya Axel menunggu kehadiran Alicia yang tak kunjung datang. Padahal ini sudah jam kantor tapi wanita itu tak kunjung di datang. Ia berjalan dan berdiri di dekat kaca jendelanya,ia melihat Alicia yang turun dari mobil yang di tumpangi laki-laki. Entah kenapa Axel merasa dadanya sesak,seakan cemburu jika Alicia dekat dengan pria lain. Apa jangan-jangan ia menyukai Alicia? Tidak-tidak,ia tak boleh kemakan omongannya sendiri jika ia tak tertarik dengan Alicia. Tapi mengapa hati dan pikirannya berkata lain.
Alicia masuk ke ruangannya setelah mengetuk pintu.
"Kau darimana saja? Apa kau tak lihat ini jam berapa?" Ucap Axel tegas.
"Maaf,sir. Aku tadi habis dari rumah sakit menunggu ibuku dirawat inap disana. Maaf sekali lagi"
"Menunggu ibumu atau berkencan sebentar dengan kekasih mu?"
Entah hak dari mana ia mengucapkan hal itu, padahal mau dengan siapa Alicia pergi seharusnya ia tak peduli. Toh dia dan Alicia bukan siapa-siapa.
"Kencan? Aku tidak mempunyai pacar" ujar Alicia.
"Lalu siapa pria yang mengantar mu menggunakan mobil putih tadi?"
"Dia adalah dokter yang menangani ibuku, karena itulah kami cukup dekat. Aku sering berjumpa dan berbicara banyak tentang hal. Aku sudah menganggapnya sebagai kakak ku sendiri" ucap Alicia
"Baiklah kalau begitu. Kerjakan pekerjaan mu"
Tapi masih ada rasa tak suka di hati Axel. Apa katanya? Cukup dekat. Itu berarti mereka sering memiliki waktu bersama. Bagaimana mereka nanti menjalin hubungan.
Axel tak fokus dengan pekerjaannya. Ia malah terus memperhatikan Alicia dan memikirkan laki-laki yang mengantar Alicia tadi pagi dan juga prihal kedekatan mereka.
Baiklah... Axel mengaku dia mulai menyukai Alicia.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Ini jam istirahat kantor.
"Alicia. Mau makan siang bersamaku?" Tanya Axel.
"Dengan senang hati,sir" Alicia bukan tipe cewek banyak embel-embel. Ia langsung menerima tawaran Axel yang mengajaknya untuk makan siang.
Mereka makan di sebuah cafetaria dekat kantor. Mereka duduk di meja khusus untuk dua orang. Alicia memesan coffe latte dan juga cheeseburger, Axel juga begitu.
Mereka menyantap makanan mereka.
"Penyakit ibumu kambuh lagi?" Tanya Axel.
"Ya begitulah" jawab Alicia dan wajahnya langsung berubah murung.
Setelah itu Axel tak menanyakan apapun lagi. Alicia benar-benar bingung ingin mencari uang kemana lagi. Apa ia harus minjam dengan Axel,jika Axel memperbolehkan ia rela gajinya di potong untuk bayar hutang pada Axel.
"Sir"
Axel menatapnya seakan berkata ada apa?
Alicia benar-benar gugup dan bagaimana ia harus mengucapkannya.
"Begini..em.."
"Apa? Kau ingin mengatakan apa?"
"Bolehkah aku meminjam uangmu" Ujarnya gugup.
Lantas Axel terdiam sejenak. Alicia sudah berfikir jika Axel tidak mau meminjamkannya.
"Kau bisa memotong gajiku untuk membayar hutang ku padamu"
Namun Axel tetap pada posisinya tadi. Diam.
Tak lama. "Kau butuh berapa?"
"Aku butuh 300.000$ untuk biaya pengobatan ibuku"
"Akan aku berikan dan kau tak perlu menggantinya" ucap Axel
Benarkah? Apakah ia tak salah dengar atau Axel yang tak sadar akan omongannya? Uang sebanyak itu mana mungkin orang mau meminjamkannya apalagi disuruh tidak membayarnya.
"Kau tidak bercandakan?"
"Aku sungguh tidak sedang bercanda, Alicia"
Lalu Axel mengambil sebuah kertas berwarna putih dan ia menulis nominal yang ia akan berikan pada Alicia.
"Ini" sembari memberikan kertas itu.
"Terimakasih banyak,sir" ucap Alicia.
"Tapi ada syaratnya"
"Apa?"
"Nanti malam aku akan menjemputmu,aku akan membawamu untuk menemui ibuku"
"Malam ini? Ketemu ibumu? Itu tidak mungkin"
Apa-apaan axel mengajak Alicia untuk menemui ibunya. Alicia merasa tak pantas untuk bertemu ibunya Axel,ia merasa tak sederajat dengan keluarganya Axel.
"Kalau begitu aku tidak jadi meminjamkan mu uang" ancam Axel.
Jika begitu ia harus menuruti,kemana lagi ia harus mencari uang? Sedangkan biayanya harus di lunasin segera,jika tidak semua fasilitas medis ibunya akan di cabut.
"Baiklah. Aku akan ikut nanti malam denganmu" Alicia menyetujuinya.
"Good girl"
Dan mereka kembali memakan makanannya setelah itu kembali lagi ke kantor.
Hai...ini update yang kedua kalinya untuk hari ini. Di tunggu chapter 1 lagi ya...
Jangan lupa klik 🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk CEO [END]
Fiction généraleAlicia Dawson.seorang gadis sederhana yang hidup di keluarga serba kekurangan, menjadi tulang punggung keluarga semenjak sang ayah meninggal sedangkan sang ibu sakit-sakitan Hingga ia di pertemuan dengan lelaki arogan Axel Stewart seorang pendiri se...