***
Siang menuju sore, dimana langit mulai menampakan semburat oranye menyebar ke seluruh permukaan atap bumi.
Awan yang bertumpuk menyerupai kapas berwarna putih, kini seolah luntur sebab cahaya matahari yang mengintimidasi langit dengan sinar jingganya.
Begitu selaras cerahnya dengan wajah Jeongyeon disore hari ini.
Oh?! Bukankah pagi tadi...
Ya, memang.
Tapi mari kita abaikan sejenak kesialannya beberapa waktu lalu itu.Dengan tampilan yang sangat menarik, menggunakan celana jeans hitam serta kaos kebesaran dengan warna senada, ditambah bagian depannya yang diselipkan ke dalam celana.
Jeongyeon kini tengah menikmati cuaca diluar rumah.
Menenangkan pikiran, alasannya.
Berteman angin yang bertiup mendinginkan sedikitnya hawa panas pada pukul dua lewat tiga puluh menit disiang merangkap petang.
Melangkahkan kaki jenjangnya seiring dengan sepasang kaki lagi disebelahnya.
Hampir saja lupa bahwa ia tidak sedang sendiri.
Jeongyeon sedikit mengabaikan tatapan pemilik kaki tersebut, pun disaat tubuh manly si pria itu bergerak hendak mengimbangi gadis 'teman dekat'nya ini.Jackson, nama lelaki tersebut.
Berwajah tampan, tubuh atletis dengan tinggi 174cm yang hanya beda beberapa centi dengan gadis jangkung disampingnya.
Wajah dan tubuh machonya itu akan tenggelam seiring kau mengenal lebih dekat dengan sosoknya.
Pria dengan segudang lawakan yang hampir sukses membuat Jeongyeon tertawa disetiap tingkah lakunya.
Salah satu target terfavorit, jika boleh dikatakan.
Tampang Daddyable dengan tingkah Babyablenya membuat Jeongyeon betah bertahan dengan pria ber-abs itu lebih lama. Setidaknya tiga bulan dibanding sebulan untuk yang lainnya termasuk dalam keberuntungan bagi pria Wang itu bukan?!"Jackson.."
Jeongyeon membuka suara saat mereka sampai pada sebuah taman yang memiliki air mancur dengan beberapa bangku panjang di titik-titik tertentu. Menambah kenyamanan untuk pengunjung yang ingin berjalan-jalan mengitari taman atau sekedar duduk mendengar jernihnya suara air yang menyembur dari bawah kolam buatan itu."Ya, Jeongie, ada ap-- heeyy, kau ingat tanggal ini? Tanggal saat kencan pertama kita?! Kebetulan yang menyenangkan. Mm,, apa-- terdengar berlebihan? Kau bahkan belum seutuhnya menjadi kekasihku, tapi tak apa. Mari kita rayakan hari ini, Jeong. Kau mau apa dariku, hm?? Coklat? Bunga? Kata-kata romantis?" Jackson menggeleng sesaat.
"A-ah tidak, tidak. Tidak untuk yang terakhir itu. Kurasa aku tidak berbakat, Jeong. Kau tahu aku seperti apa kan?!" Kalimat panjang itu diakhirinya dengan cengiran tampan.
Jeongyeon hanya membalas dengan senyum tipis, kemudian menggeleng pelan.
"Tidak. Aku tidak butuh semua itu." Jawabnya sedatar mungkin."Lalu? Seperti biasa, mendengar leluconku seharian? Atau kita-"
"-Putus." Jeongyeon menimpali ucapan pria Wang itu yang dibalasnya dengan alis menukik, namun terkekeh setelahnya.
"Okeeyy. Coba kuingat sekarang bulan apa? Mmmm,," Jackson sedikit menengadah membuat ekspresi seolah mengingat-ingat, "April Mop? bukan. Maret ulang tahunku? Apalagi. Tidak ada waktu yang pas untuk mengatakan lelucon seperti itu, Yoo Jeongyeon. Tapi kau bisa belajar padaku untuk membuat trik yang lebih lucu lagi. Tadi itu tidak lucu sama sekali. Sorry."
"Kau kira aku sepertimu, hah?!" Ucap Jeongyeon sarkas
"Haruskah aku mengulanginya? Baiklah, dengarkan ini! Kita putus, Wang Jackson. Masih kurang jelas?"
Dengan kedua tangan yang bersedekap, Jeongyeon berkata lalu berusaha memalingkan tatapannya kemana saja, asal tidak pada kedua mata milik si pria yang mulai terlihat kesal sekaligus bingung dihadapannya."Sungguh ini tidak lucu, Jeongie. Ada apa denganmu? Apa aku membuat kesalahan? Hey, kita bahkan baru saja melewati tiga bulan hubungan kita." Jackson meraih kedua pundak sempit lawan bicaranya.
"Oke. Aku tidak akan memaksamu lagi untuk segera menjadi kekasihku. Tapi tolong, jangan berkata yang tidak-tidak. Aku minta maaf jika berbuat salah padamu." Ia mengendurkan pegangannya pada pundak Jeongyeon, lalu menampilkan air muka setenang mungkin.
"Mari kita pulang! Sepertinya kau terlalu lelah hari ini." Beralih pada tangan mulus sang gadis untuk diraihnya sebelum dengan sekali sentakan, gadis Yoo itu melepas genggamannya."Aku tidak ingin mengulanginya lagi, Wang Jackson. KITA PUTUS. Oh?! Aku hampir lupa. Kau bahkan bukan kekasihku dan tak akan pernah jadi kekasihku. Aku bisa pulang sendiri."
Jeongyeon pergi meninggalkan pria tampan dihadapannya dengan raut wajah merah menahan marah serta rahang yang mengeras.
Tidak mengerti sama sekali atas perlakuan gadis pujaannya itu. Padahal tadi -dan tentunya selama tiga bulan menjalin hubungan tanpa ikatan ini- keduanya tampak baik-baik saja.
Lalu dengan mudahnya gadis bermarga Yoo itu memutuskannya tiba-tiba, tidak ada angin ataupun hujan.
Oke, ini sedikit janggal.Tidak.
Ia tidak mau berpisah dengan gadis yang sudah lama ia incar selama setahun dikampusnya itu.
Jacksonpun tahu sedikitnya resiko mencintai seorang Yoo Jeongyeon.
Tapi kini entah kenapa ia merasa tidak rela harus terlepas dari gadis itu.
Segala hal tentang si jangkung terlalu berharga untuk dibuangnya begitu saja.
Katakanlah ia egois, karena sepertinya Jeongyeon telah menjadi candu yang membuat pria Wang itu sakau jika tidak bisa memilikinya."Kau tahu kan, Yoo Jeongyeon?! Aku selalu menyukai lelucon. Haruskah kutunjukan lelucon terbaikku padamu, huh?!"
Seringaian pada rahang tegas sang pria seolah menandakan bahwa Jeongyeon mungkin harus mulai waspada.
Si Wang menyisir rambut dark brown yang menutupi dahinya keatas, kemudian ikut beranjak pergi dari tempat itu sambil bersiul sepanjang jalan.***
Semangatku kendor tapi selalu merasa punya PR yang harus selesai dikerjain 😞
Maaf slow-up dan makasih utk terus menanti chapter berikutnya 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheese-crack [REVISI]
FanfictionYoo Jeongyeon × Kim Seokjin "Ketika cinta harus berlawanan dengan dendam dan ego diri"