***
Sendirian, itu sudah jadi hal biasa untuk seorang Yoo Jeongyeon.
Terlebih setelah memasuki dunia perkuliahan.
Tidak punya teman dekat, tidak merasa punya keluarga, dan mungkin tidak punya seseorang yang mengisi hatinya.Oke, sedikit pengecualian untuk kalimat terakhir.
Karena pada kenyataanya hati gadis itu terisi oleh terlalu banyak pria, meski jelas tak ada satupun yang berhasil mengambilnya utuh.
Menurut Jeongyeon, mereka itu hanyalah sampah tak berguna. Atau sebuah mainan yang diinginkan kemudian dibuang setelah kehilangan minatnya.
Menyimpulkan bahwa kaum adam itu hanya terpesona akan kecantikan serta tubuh ramping nan semampai milik Jeongyeon yang selalu jadi idaman.Sisi boyish Jeongyeon juga menjadi daya tarik tersendiri.
Rambut yang tak pernah lebih dari sebahu serta satu piercing tersemat di telinga kanan bagian atasnya. Tak lupa tato berbentuk mawar hitam seukuran ibu jari yang tercetak pada tengkuk lehernya, menguarkan aura girl crush gadis bermarga Yoo itu. Apalagi saat rambut pendeknya itu diikat keseluruhan dengan menyisakan helai-helai halus pada leher jenjang tersebut.Matahari semakin tenggelam, petang kini berganti malam.
Jeongyeon terus melangkahkan kaki tanpa arah tujuan, menyusuri jalan pinggiran kota tanpa lelah. Menenangkan pikirannya yang sedari tadi masih menyimpan satu nama.
Jeongyeon tidak mengerti, tapi kali ini tidak seperti biasanya. Ada perasaan yang tidak bisa ia jabarkan.
Bukan berarti dia menyesal, sebab kata itu sama sekali tidak ada dalam kamusnya.
Hanya saja, pria satu itu sedikit yah, istimewa mungkin.
Hubungan keduanya mampu bertahan dalam waktu sedikit lama.
Dan si priapun cukup sabar, meski tahu resiko yang akan didapatnya dengan mencintai gadis seperti Jeongyeon.
Gadis berkaki indah itu menghembuskan nafas panjang, mulai merasa penat dengan semuanya. Namun belum berkeinginan untuk mengakhiri.Tunggu!
Langkahnya terhenti disatu jalan yang dirasa tidak asing.
Kepalanya menengok ke arah kiri dan tepat sekali, toko ini lagi.
Hey!
Ia bahkan tak menyadari sudah melangkahkan kaki sejauh ini, dan lagi tempat ini sungguh bukan tujuannya sama sekali."Tapi tak ada salahnya juga aku kesini. Siapa tahu aku bisa mendapatkan Cheesecake gratis lagi."
Begitu bayangan sepotong kue manis itu melintas dibenaknya, Jeongyeon segera menghambur masuk kedalam toko pink tersebut.
Ia duduk ditempat seperti saat pertama datang ketempat ini.
Dejavu. Lagi-lagi Jeongyeon hanya terdiam sambil mengamati suasana toko yang cukup ramai namun masih menyisakan beberapa meja termasuk mejanya saat ini.
Ia amati tempat tersebut dan begitu pandangannya tertuju pada satu arah, tak dilihatnya lagi si gadis mungil dibelakang etalase dan kasir seperti waktu pertama berkunjung kesini.
Juga si Tuan pelayan itu.
Ah, mungkin mereka sedang libur, begitu pikirnya."Selamat datang kembali, Nona. Ada yang ingin anda pesan?"
Baru saja dipikirkan, dan pria tampan berbahu lebar itu sudah ada dihadapannya.
Pria itu sedikit membungkuk seraya memberikan daftar menu.
Jeongyeon cukup kaget sampai memundurkan wajahnya. Pasalnya wajah si pelayan terlalu dekat saat mengucapkan itu padanya."Kau masih mengingatku?" Jeongyeon bertanya setelah reda dari rasa terkejut.
"Mengingatmu?" Si pelayan mengerutkan dahi.
"Tentu saja kau menambahkan kata 'kembali' pada kalimat 'selamat datang'mu itu karena masih mengingatku, kan?" Ucap Jeongyeon percaya diri.
"Oh. Mungkin karena beberapa pelanggan yang sedikit berbeda lebih mudah untuk diingat."
Jeongyeon sedikit heran dengan ucapan pria itu barusan.
"Maksudmu 'berbeda'?""Ya. Semisal berasumsi negatif terhadap kebaikan orang lain hingga lupa caranya berterimakasih."
Seketika Jeongyeonpun mengingat kejadian beberapa hari lalu.
"O-oh baiklah, Tuan pelayan. Aku minta maaf karena lupa akan kebaikanmu yang telah memberiku ruang untuk menenangkan diri waktu itu, dan terimakasih untuk kuenya. Jika itu tak gratis, katakan, berapa harganya? Aku tidak semiskin yang kau kira hanya karena sepotong kue.""Mungkin aku salah dengar. Tapi kukira diluar tadi ada yang berkata bahwa ia ketagihan Cheesecake pemberianku."
Jeongyeon sedikit kaget, bisa-bisanya pria itu mendengar ucapannya. Rasanya malu sekali, tapi untung ia pandai berdalih.
"Lalu?"
"Aku bisa memberikan kue itu lagi padamu," Pelayan itu lantas ikut duduk di kursi depan yang berhadapan langsung dengan sang gadis sebelum kembali menuntaskan ucapannya.
"Tapi dengan sedikit penawaran." Lanjutnya membuat Jeongyeon mengangkat kedua alisnya seolah bertanya 'apa itu?'.
"Pertama, hai, aku Kim Seokjin. Dan sepotong kue dengan bayaran satu namamu akan aku berikan secara cuma-cuma." Ia mengulurkan tangan kanannya hendak menyalami gadis didepannya.
Jeongyeon tak membalas uluran tersebut, memilih mendengus menatap wajah pria terlampau tampan itu."Hh,, Penawaran yang aneh. Dua potong Cheesecake dan aku akan menyebutkan namaku setelah janjimu itu kau tepati."
Pria yang telah diketahui bernama Seokjin itu tak menjawab. Ia lantas berdiri kembali dan melangkah pergi menuju etalase kue.
Terlihat si bahu lebar kembali dengan dua potong Cheesecake yang tersaji apik diatas piring datar berukuran kecil."Jadi?" Tanya pria Kim penuh harap, begitu makanan manis itu telah tersaji didepan mata lawan bicara.
"Yoo Jeongyeon. Dan aku baru melihat ada pelayan seberani dirimu pada seorang pelanggan. Pemaksa." Sarkasnya.
Seokjin merasa tersinggung dengan ucapan Jeongyeon. Tapi jika dipikir lagi, ada benarnya juga perkataan gadis tersebut.
"Baiklah. Kalau begitu saya minta maaf telah mengganggu kenyamanan anda, Nona. Saya permisi." Ia membungkukan dirinya kemudian melangkah pergi, namun tertahan begitu mendengar gadis itu bersuara kembali."Siapa suruh kau pergi, Tuan pelayan? Jangan terlalu sensitif, kau bukan perempuan. Lagipula aku meminta dua potong kue agar kau menemaniku makan disini."
Rentetan ucapan Jeongyeon sukses membuat si pria menengokan wajahnya kembali. Lantas iapun menempatkan dirinya dikursi semula seraya memperhatikan gadis didepannya.
Entahlah.
Tapi nampaknya si wajah mungil yang akhirnya telah diketahui bernama Yoo Jeongyeon itu tengah memikirkan sesuatu.
Air mukanya cukup sulit untuk ditebak, namun tak menampik bahwa kali inipun masalah yang tengah dihadapinya mungkin saja lebih rumit.
Antara kesedihan dan amarah yang menjadi satu, tapi jauh didalam sana ada rasa kesepian yang teramat sangat.
Ah, Seokjin. Kau terlalu sok tahu dengan perasaan orang lain, pikirnya.***
Sejauh ini gimana isi ceritanya, readers?
Paham ga? Paham ga? 😅
Bilang paham ajalah ya, biar daku semangat bikin work nya 👉👈
Terimakasih untuk voment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheese-crack [REVISI]
FanfictionYoo Jeongyeon × Kim Seokjin "Ketika cinta harus berlawanan dengan dendam dan ego diri"