5. BINTANG MARAH

5.3K 744 155
                                    

Happy reading👁👄👁

Salam jodoh Rizky Febian😚

Jangan lupa voment💛💛

5. BINTANG MARAH

♡●♡●♡

Pagi ini, tepat jam Sembilan, Bintang, Abam, Wahyu, Genta, Gehan, Ubay dan Wahyu sudah stay di warbon dari jam delapan. Hari ini Minggu. Jelas saja sekolah libur. Mereka berada di warbon juga bukan karena alasan, melainkan untuk menunggu orang-orang yang mau menyumbangkan buku yang sudah tidak terpakai. Semua buku, mulai dari novel, buku pelajaran, LKS, kamus, buku paket, komik, atau apapun itu. Yang penting bukunya masih bisa dipakai, dibaca dan masih layak untuk digunakan.

Sebulan sekali mereka, inti Phoenix, akan melakukan donasi buku bekas seperti ini. Nantinya, buku itu akan diberi kepada anak panti yang membutuhkan. Memberi tidak harus selalu berupa uang, dalam bentuk benda yang sudah tidak terpakai atau diinginkan lagi juga bisa. Yang penting bermanfaat bagi orang lain. Dan layak tentunya.

Meja panjang yang bisa dilipat sudah disediakan sebagai tempat bagi orang menaruh buku mereka. Abam sebagai ketua sudah stay dengan jaket Phoenix dan juga bener bertuliskan, ‘donasi buku bekas’ bersama para anggota inti yang lain. Sama-sama Makai jaket phoenix.

“Nah, udah beres, tinggal nunggu orang-orang aja.” Ujar Abam menepuk tangan sambil tersenyum menatap semua perisapan yang sudah siap.

Biasanya, tak butuh waktu lama untuk menuggu orang yang mau mendonasikan beberapa bukunya. Karena sudah tau waktu dan tempat, mereka bisa dating di saat yang pas.

“Bin, diem mulu? Gagu ya?” Tanya Wahyu pada Bintang yang sedang duduk dengan kaki kanan yang diangkat di atas paha kiri. Kursi panjang dengan meja bulat yang berisi kopi dan nampan gorengan hangat.

“Hm.” Jawabnya mengangangguk.

“Apa jangan-jangan lo mikirin Bulan?” selidik Ubay menyipitkan mata menatap Bintang.

“Gak.”

“Gak itu gak bohong kan? Lo lagi mikirin Bulan kan? Udah lah juju raja sama kita! Lo pasti lagi mikirin tuh cewek?” desak Genta ikut bertanya sambil memakan pisang goreng.

“Nggak.” Jawab Bintang mulai jengah. Cowok itu mengeluarkan vape rasa vanilla dari dalam saku jaketnya lalu mengisap dan meniupkan asapnya keudara.

Ubay menyikut lengan Dipa hingga kopi yang hendak ia minum sedikit tumpah. Dipa menatap Ubay tajam seolah betanya, ‘apa?’

Ubay memberi kode pada cowok itu dengan lirikan mata yang mengarah pada Bintang yang santai ngevape.

“Apaan sih? Gak jelas lo!” kesal Dipa merasa terusik.

“Gak peka lo jadi cowok! Pantes aja jomblo!!” Ujar Ubay diam-diam mengambil gorengan milik Dipa sambil terus menatapnya agar tidak ketauan.

“To the point aja! Gak usah sok-sok-an ngode lo! Kayak cewek aja!” Dipa meminum seteguk kopi susunya.

“Ikut ngomporin si Bintang bego! Bantuin kita buat menguak kebenaran!” Jawab Ubay mamakan gorengan itu tanpa kecurigaan dari Dipa.

“Ngapain? Bintang aja gak mau dikomporin sama lo!”

“Ini tuh sebuah usaha, buat si Bintang jujur sama perasaannya. Gue yakin, dari lubuk hati gue yang paling dalam kalau si Bintang lagi mikirin si Bulan!” celetuk Wahyu ikut-ikutan mendukung Ubay yang selalu dimarahi Dipa.

WIIL YOU BE MY LIGHT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang