"Aku hanya sosok penikmat senyum dan tawamu meski tawamu bukan aku yang menciptakan" — Renatta
🌻🌻🌻🌻
"Selamat pagi dunia, selamat pagi kakak." teriakku menyambut pagi hari, walaupun seseorang yang aku sebut tak ada di dunia ini.
"Kakak.. Rena berangkat sekolah dulu ya.. Rena mau jadi anak yang pinter seperti kakak." ucapku dengan gembira. Tak lupa ukiran senyumku yang tercetak di bibir tipisku.
Aku pun turun dari anak tangga satu persatu. Langkah kakiku terhenti melihat keluargaku berkumpul dengan tawa yang ceria. Aku tersenyum lebar melihat betapa bahagianya mereka.
Langkah kakiku bergerak menuju ke arah mereka. Siapa tahu akan ada keajaiban yang datang menghampirinya.
"Pagi Maa.. Paa.. Pagi Nita." sapa ku dengan mengembangkan senyum manisku.
Mereka yang disambutnya hanya diam. Saudara kembarku hanya menatap sinis ke arahku karena telah merusak suasana pagi ini.
Aku jadi tak enak, lebih baik aku menghampiri bibi yang sedang menyiapkan makanan itu.
"Pagi bibi." sapa ku yang membuat si bibi tersenyum hangat kepadaku.
"Bibi hari ini masak apa? Sepertinya enak." pujiku setelah melihat masakan yang telah matang.
"Ini loh non. Bibi masakin makanan kesukaan non," matanya langsung berbinar melihat ada makanan kesukaannya.
"Aaa, bibi tau aja kalo Rena suka sama sandwich." aku pun memeluk bibi Sari dari belakang dan melepaskan pelukannya.
"Yaudah non, tunggu di meja makan ya. Nanti bibi bawain." aku pun mengangguk dan membalikkan badanku menuju ke meja makan. Aku melihat mereka sudah tak ada di sana, aku hanya menghela nafas. Mungkin mereka sudah berangkat.
------------------
Sekarang aku sudah berada di depan gerbang sekolahku seusai membayar ojek. Aku menatap gedung sekolahku yang begitu besar.
Aku menghembuskan nafas dan melangkahkan kakiku menuju kelas. Sebelum menuju ke kelas. Langkah kakiku menuju ke loker tempat menyimpan buku.
Ketika sampai, aku pun membuka lokerku dan semua sampah kertas berhamburan keluar dari dalam lokerku. Aku menatap ke arah sampah - sampah kertas itu. Seperti biasanya, pasti lokernya di penuhi oleh tumpukan kertas atau gulungan kertas.
Aku mengambil salah satu kertas tersebut dan membacanya lalu aku menghela nafas ketika melihat isi tulisan dari kertas tersebut. Ternyata isinya adalah permintaan temannya yang menginginkan dirinya agar segera pindah dari sekolahnya itu.
Aku mengambil semua kertas yang berserakan itu lalu membuangnya ke tong sampah.
Ketika sedang membuang sampah. Tak sengaja aku melihat laki-laki pujaan hatiku.
"Ternyata kalau sedang tertawa kadar ketampanannya semakin bertambah ya" gumamku sambil terkikik pelan.
Aku kembali menatap laki-laki itu dari jauh. Aku tersentak kaget ketika pandangan ku saling bertemu. Dengan segera aku masuk ke dalam kelas.
Aku menghirup udara sebanyak-banyaknya dan meminum air mineral yang selalu aku bawa. Aku tak mengira jika laki-laki itu menatap balik ke arahku.
Aku pun menangkup kedua pipi ku yang terasa panas.
——————————————————
Bel istirahat pun berbunyi.
Aku berniat ingin menuju kantin dan langsung mengurungkan niatku itu setelah mengingat sesuatu. Ia memilih membaca Novel yang ia pinjam di perpustakaan sekolahnya itu.
"Andai hidupku seperti didalam cerita Novel ini, pasti aku sangat bahagia." gumamku sembari membuka halaman berikutnya.
"Woii babu! Lo di cari'in nih." teriak seorang siswi didepan pintu.
'Babu' adalah panggilan teman-temannya kepada dirinya.
Aku tersentak kaget, Siapa yang ingin bertemu denganku?
Aku terdiam, jantungku berdebar. Aku memilin jari ku untuk mengurangi rasa gugupku.
"Siapa yang namanya Renatta, coba angkat tangannya." ucap seorang laki - laki yang baru saja masuk ke dalam kelas.
Aku semakin gugup, keringatku bercucuran keluar dari dahiku. Aku tak berani menoleh untuk melihat siapa yang sedang mencarinya.
Aku mendengar derap langkah kaki semakin dekat, sepertinya akan menuju ke arahku. Aku kembali meremas kedua tanganku kuat guna untuk mengurangi rasa gugupku dan derap langkah kaki itu tak terdengar lagi. Aku menghela nafas lega.
"Lo yang namanya Renatta?"
Deg
Jantungku berhenti berdetak, tubuhku menegang. Aku terdiam seperti layaknya patung.
Laki-laki itu mencondongkan tubuhnya ke arahku agar lebih dekat."Kok lo diem?"
Refleks kepalaku menoleh ke arahnya akibat suara yang begitu dekat di telinga ku.
Deg
Jantungku kembali berhenti berdetak. Tubuhku kembali menegang. Aku melototkan mata dan seketika refleks aku menjauhkan wajahku. karena jarak wajah ku dan dia sangatlah dekat.
Kegugupanku bertambah, keringat dingin terus mengucur di dahiku. Laki-laki itu memposisikan tubuhnya ke semula dan berdehem sebentar untuk menghilangkan suasana canggung ini.
"A-ada a-aapa kak?" tanyaku gugup.
"Jadi nama lo Renatta?" tanyanya dan hanya dijawab dengan anggukan kepalaku saja. Jujur, aku seperti robot saat ini, sangat kaku.
"Kenapa wajah lo tegang gitu? Wajah gue serem ya?" tanyanya kepadaku yang sedang sibuk mengontrol detak jantungku itu. Tangannya menjulur kearaku. Aku menoleh dan segera menepis tangan laki-laki tersebut yang ingin menyentuh dahiku
"E-enggak kok, kak." jawabku yang di landa rasa gugup.
"Akhirnya gue tau juga nama lo. Oh iya.. Lain kali jangan diem-diem natap gue dari jauh ya, kayak penguntit aja." setelah mengatakan itu laki-laki tersebut melenggang pergi dari hadapanku. Aku menutup wajahku menggunakan tangan karena malu. Aku bersumpah tidak akan mengulangi kelakuan yang konyol itu lagi.
*****
Segini dulu ya, aku usahain akan update setiap hari itupun kalo enggak sibuk.
Itu si Rena gugup kayak enggak pernah ketemu cowok aja. Kira-kira cowok itu punya rasa ngga ya sama Rena🤔
Jangan lupa tinggalin jejak kalian guys🎉dengan cara menekan tombol bintang🌟
Salam Manis
Renatta🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M BROKEN [ REVISI ]
Teen Fiction"Apakah aku enggak boleh bahagia? Setiap aku ingin bahagia, pasti ada aja yang menghancurkan kebahagiaanku," Renatta Verlion "Lo harus bahagia, lo enggak boleh sedih. Tenang, ada gue disini. Bahu gue siap buat jadi sandaran ketika lo rapuh, telinga...