***Teruslah Bertahan ditengah keluarga yang sama sekali tak memperdulikan kita
-Renatta***
"Aahh.. Sakit banget," ucap Renatta tertahan, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Ia rasa kakinya melepuh, tapi bagaimana ia akan bersekolah?
"Hiks, sakit," tangis Renatta seraya mengompres kakinya.
Tiba-tiba dering ponselnya berbunyi yang menandakan panggilan masuk, ia segera mengangkat telpon tersebut tanpa melihat siapa yang menelponnya.
"H--halo," ucap Renatta dengan menahan tangisnya.
"Lo kenapa? Baik-baik aja kan? Kok suara lo kek orang nangis," ujar seseorang disebrang telpon itu.
Renatta menjauhkan ponselnya lalu melihat siapa yang menelponnya, ternyata Bara. Ia kembali menempelkan ponselnya ke telinganya.
"Halo Ta? Lo denger suara gue kan?"
"Iya k--kak, Atta gapapa," segera Renatta menghirup udara sebanyak-banyaknya dan melanjutkannya, "Eh iya, ngapain kak Bara nelpon aku?" tanya Renatta pada Bara
"E... Gak ada apa-apa sih," jawab Bara
"Gue kangen lo Ta," namun Bara memilih mengatakan kata itu dalam hati."Ooh.. Kirain ada apa," ujar Renatta.
Tiba-tiba bi Sari masuk ke dalam kamar Renatta dan berkata, "gimana non kakinya? Melepuh gak?"
Ucapan bi Sari membuat Bara mengernyitkan dahinya
"Lo kenapa Ta? Kaki siapa yang melepuh? Kaki elo ya?"
Renatta terkejut, ia lupa bahwa telponnya masih terhubung. Ia gelagepan, ketika Bara menanyakan itu.
"Non lagi telponan sama siapa?" tanya bi Sari yang kini berada disamping Renatta.
Renatta segera menutup spekear ponselnya.
"Bibi diem dulu yaa," ujar Renatta pada bi Sari, bi Sari pun mengangguk.
"Halo? Ta? Halo? Lo gapapa kan? Gue kesana ya?" ucap Bara yang membuat Renatta cemas.
"Gak usah kak, Atta baik-baik aja kok. Kakak gak perlu kesini,"
Bara ingin berbicara namun Renatta memotong pembicaraannya "udah dulu ya kak, nanti lagi. Bye," Renatta langsung mematikan panggilan itu lalu segera meletakkan ponselnya diatas kasur. Bi Sari sedari tadi memperhatikannya, pasti bi Sari menguping pembicaraan tadi.
"Siapa non? Pacar non ya?" ujar bi Sari tersenyum menggoda Renatta.
"Apa sih bi. Bukan pacar, cuma temen Renatta bi," ucap Renatta dengan kikuk.
"Beneran? Kok bibi gatau?" ucap bi Sari seraya mengompres kembali kaki Renatta.
"Ee... Iya bi. Maaf ya bi, Rena ngga ngasih tau kalo Rena punya teman," Rena menundukkan kepalanya karna malu kepergok.
"Kaki kamu merah gitu non, bawa kerumah sakit aja ya," ucap bi Sari seraya berdesis ngeri.
"Gak usah bi, paling besok sembuh," sahut Renatta yang sedang meniup kakinya.
"Tapi non--,"
"Kaki Renatta udah gak sakit kok bi, jadi bibi jangan khawatir," jawab Rena dengan tersenyum tipis kepada bi Sari.
"Yaudah, bibi beli'in salep buat kaki kamu ya di warung," ucap bi Sari yang beranjak dari duduknya.
"Iya bi," setelah Renatta mengucapkan itu, bi Sari keluar dari kamar Renatta lalu menutup pintu kamarnya.
"Gimana sekolah nanti?"
"Besok harus sekolah, soalnya aku tulis surat hanya izin dua hari. Terus pake sepatunya gimana? Atau ngga usah pake sepatu? Pasti guru juga maklumi," gumam Renatta lalu mengangguk-angguk kepalanya.
****
"Non, bangun non," ucap bi Sari membangunkan Renatta yang tertidur.
"Eunghhh," lenguhan Bulan lalu mengucek matanya dan duduk termenung.
"Makan malam dulu non," ucap bi Sari lalu menyodorkan makan malam untuk Renatta.
"Enghh?? Makasih ya bi," saat ingin menyilakan kakinya, ia menyeret kakinya dan bergesekan dengan selimut yang membuat ia meringis kesakitan, lupa jika kakinya sakit.
"Sini non kakinya bibi obatin," ucap bi Sari lalu Renatta menselonjorkan kakinya.
"Maaf ya bi ngerepotin," ucap Bulan merasa tak enak.
"Enggak ngerepotin kok non, yaudah sambil bibi olesin salep di kaki non sambil di sabi makannya non," ucap bi Sari yang kini mengoles salep tersebut ke kakinya.
"Besok kamu sekolah?" tanya bi Sari. Renatta menoleh ke arah bi Sari dan menghentikan acara makannya.
"Em.. Iya bi, soalnya batas izin disurat kemarin hari ini bi, jadinya besok harus masuk," ucap Renatta menjelaskan pada bi Sari.
"Kaki non gimana?" tanya bi Sari lagi.
"Em... Pakai sendal aja bi," jawab Rena kembali memakan makanannya yang tinggal sesuap lagi.
"Emang boleh?" ujar bi Sari yang masih mengoles salep ke kakinya.
"Boleh lah pasti bi," ucap Renatta yang meminum air putih yang sudah disediakan bersama makanan tadi.
"Uuh.. Kenyang bi," lenguh Renatta merasa kekenyangan, ia mengusap-usap perutnya yang sedikit besar.
Bi Sari yang melihat itu hanya tertawa pelan.
"Udah selesai non,"
"Bibi turun kebawah dulu ya non," ucap bi Sari seraya mengambil nampan yang terdapat piring kosong .
Pintu pun tertutup, Renatta membenarkan posisi duduknya lalu meyender di kepala ranjang. Ia mengecek ponselnya, seketika ia membolakan matanya terkejut.
Ada sepuluh panggilan tak terjawab dan beberapa notif pesan. Ia pun melihat sepuluh panggilan tak terjawab tersebut, ternyata dari Bara dan satu panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Ia mengernyitkan dahinya melihat nomor yang tidak dikenal itu, lalu beralih melihat notif pesan.
AlbraStraW :
Lo gapapa kan Ta? (8)Renatta tersenyum simpul, kenapa kak Bara segitu perhatian padanya? Perasaan dulu engga.
Ia hanya melihat pesan itu, enggan membalasnya. Ia menaruh kembali ponselnya di sebelah bantal, ia beranjak dari atas ranjang lalu melangkahkan kakinya secara pelan-pelan menuju balkon kamarnya.
Sebenarnya saat dibawa berjalan tadi, kakinya sangat nyeri. Namun ia tahan, ia ingin sekali melihat perkotaan dari balkon kamarnya.
Ketika di balkon kamarnya, ia melihat lampu-lampu jalanan yang kerlap kerlip sangat indah, menikmati terpaan angin malam yang menerpa pipinya. Ia mengusap-usap lengannya karna dingin, tapi ia masih ingin disini.
"Kak Arga.. Atta kangen sama kak Arga..," ucap Renatta lirih.
"Kakak bener-bener ninggalin aku ya..," Air matanya menetes dari matanya, ia menghapus air matanya itu lalu menarik nafasnya.
"Besok tepat 4 tahun kakak ninggalin aku, besok aku kerumah baru kakak ya, soalnya Atta kangen. Maaf kak Arga, Atta sekarang jarang banget kerumah baru kakak," lirihnya dengan kepala menunduk.
Ia menghembuskan nafasnya pelan lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon serta menutup gorden.
Ia berjalan menuju ranjangnya, lalu merebahkan tubuhnya karna lelah. Tanpa sadar ia tertidur dengan nyenyak.
*****
Gue mau double up, mau habisin ceritanya. Tapi mager🙂
Oke, see you next time Babe😚
Salam manis
Renatta
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M BROKEN [ REVISI ]
Ficção Adolescente"Apakah aku enggak boleh bahagia? Setiap aku ingin bahagia, pasti ada aja yang menghancurkan kebahagiaanku," Renatta Verlion "Lo harus bahagia, lo enggak boleh sedih. Tenang, ada gue disini. Bahu gue siap buat jadi sandaran ketika lo rapuh, telinga...