WARNING!!! Episode kali ini mengandung kata-kata kasar dan adegan kekerasan fisik, seperti memukul, dan mencekik. Pembaca diharapkan bijak saat membaca
TERIMAKASIH, SELAMAT MEMBACA.
Kami mulai berangkat, kuda berlari kencang sekali, melewati padang rumput, lincah menghindari pepohonan. Angin bertiup kencang sekali.
DHUAAAR!!!
Belum juga separuh perjalanan, kuda yang di tumpangi dua tentara tadi menginjak ranjau. Ranjau itu meledak seketika, mengeluarkan suara menggelegar, membuat kuda-kuda lain terkejut, bergerak-gerak tidak bisa tenang, aku dan Fani terlempar dari kuda. Yuma dan Erdin segera turun membantu kami yang terjatuh. Sedangkan Waro dan Rey membantu dua tentara yang terluka. Untung saja aku dan Fani, tidak terluka parah, kami bahkan masih bisa berdiri.
"Wah, wah. Aku tidak akan menyangka akan bertemu dengan mu seperti ini anak kecil. Perkenalkan namaku Austin Harriston. Selamat siang semua." Seorang pria berjas mendatangi kami, dengan rokok di mulutnya dan satu tangannya memegang segelas wine. Waro dan yang lain memasang kuda-kuda, siap menyerang. Namun tiba-tiba muncul segerombol orang-orang berjas lainnya, membawa berbagai senjata, mengepung kami.
"Selamat pagi menjelang siang, Yuma. Apa kau masih mengingatku? Ini aku Austin Harriston. Senang bertemu denganmu lagi, anak muda. Meski aku tidak akan menyangka bertemu denganmu disini." Austin membuang rokoknya, dan mulai menghabiskan segelas wine. Lalu ia mendekat kearah Yuma.
"Hei, Tuan. Aku tidak tahu kau siapa, dan apa yang kau mau. Tapi setidaknya kalau membutuhkan sesuatu bicarakan dengan baik, bukan malah memasang ranjau seperti tadi. Untung saja ranjau tadi tidak mengenai wajah tampanmu itu. Kalau pun kena mungkin aku sudah tertawa terbahak sekarang. HUH, menyebalkan." Fani menyilangkan tangannya, Fani nekat sekali sampai berani bilang seperti itu. Austin berganti mendekati Fani, memperhatikan Fani dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.
"Siapa namamu? Kau manis sekali, kalau dilihat-lihat kalian sepertinya bukan salah satu dari penduduk suku Hayan menyebalkan itu. Darimana kalian berasal, bisakah kau jawab pertanyaanku nona manis?" Austin menatap kearahku, aku memandanginya jijik, begitu juga dengan Fani.
"Jangan bicara dengannya, aku sedang berbicara denganmu, Tuan. Namaku Dara, aku berasal dari kota. Tebakanmu benar kami bukan salah satu dari mereka. Sekarang menepilah, kami harus bergegas." Kami spontan menoleh kearah Fani, ia baru saja menyebutkan nama palsu pada Austin, dan ia percaya begitu saja. Aku menepuk dahi, lihatlah sekarang Fani malah berpose sok didepan Austin. Austin tidak menghiraukannya, ia kembali menghadap Yuma yang terlihat kesal.
"Yuma, sudah lama tidak bertemu. Apa kabarmu? Aku sangat merindukanmu, begitu juga dengan yang lainnya. Aku kemari ingin menjemputmu, ayo ikut aku kembali, kau akan hidup bahagia disana. Tidak perlu khawatir dengan makanan, kau bisa makan apa saja disana. Ayo ikut aku. Kau tidak akan menolak permintaanku kan?" Austin mengulurkan tangan kanannya, mengajak Yuma pergi. Yuma menolak,
"Mengapa aku harus ikut dengan sampah sepertimu? Pergilah aku tidak ingin melihatmu lagi, aku sudah muak melihatmu, menyingkirlah." Yuma menatapnya tajam, seperti hendak menerkamnya. Austin melangkah lebih dekat dengan Yuma.
"Kenapa kau membenciku, aku tidak mengerti, katakan kenapa kau membenciku. Oh, apa kau membenciku karena tragedi hari itu? Percayalah padaku, aku tidak ada hubungannya dengan hari itu. Kembalilah Yuma, aku mohon. Selagi aku meminta baik-baik." Austin meraih tangan Yuma, menggenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Me Up (Buku pertama dalam serial ini)
PertualanganKami 4 orang siswa-siswi SMA tiba-tiba terlibat dalam peperangan. Awalnya kami hanya tersesat, namun setelah kejadian hari itu, semuanya berubah. Awan yang tadinya cerah berubah jadi gelap, wajah gembira berubah jadi suram. Ada sesuatu yang janggal...