05. Berkawan Peran

248 133 478
                                    

Kita ... berteman?

________

"Ngantin ngajak-ngajak kek! Diem-diem bae!" Gama yang entah datang darimana langsung merusuh membuat dua insan yang sedang menikmati kudapan kantin itu sedikit terganggu. Tak hanya itu saja, cowok itu bahkan tanpa sungkan menyeruput es teh milik si gadis tanpa izin, membuat si empunya mendelik.

"Beli sendiri!" Nara menarik gelas dari tangan Gama yang hendak melakukan seruputan kedua.

"Pelit, lo!"

"Yes, I'am."

Gama mengambil tempat duduk di depan Nara, lebih tepatnya disamping Arka. Setelah mengobrol di balkon perpustakaan tadi, Nara pamit akan ke kantin. Dan siapa yang menyangka bahwa Arka ikut menyusul setelah meminjam buku. Jadilah mereka berdua disini.

"Kok bisa ngantin bareng si ganteng?" Gama sedikit menyelidik.

Arka menggeser tubuhnya, menjaga jarak sejengkal dari Gama.

"Kenapa dah?" Gama mengernyitkan dahi tidak suka. "Gue nggak rabies kali," kelakarnya kemudian.

"Lo aneh," jawab Arka singkat sebelum memasukkan potongan siomay kedalam mulutnya. Setelah mengobrol dengan Nara, sedikit banyak Arka jadi tahu perihal watak dua bersahabat ini. Baik Nara maupun Gama. Jadi sebisa mungkin ia mencoba bersikap santai dan membaur dengan keduanya. Tak sekaku saat ia berkenalan dengan Nara di tempat pelatihan ataupun dengan Gama di aula tempo hari.

"I'm unique." Gama mengoreksi kalimat Arka, kemudian matanya tak sengaja menatap kehadiran gadis blasteran yang baru saja memasuki kantin.

"Gawat! Gawat!" ditempatnya, cowok itu panik sendiri, ia seperti maling yang tertangkap basah. Gama menundukkan kepalanya, dengan sebelah tangan yang menutupi wajahnya. Ia bahkan merapatkan kembali tubuhnya kearah Arka, menghapus jarak yang tadi dibuat oleh cowok tampan itu.

Nara menatapnya aneh, sedangkan Arka menatapnya risih.

"Kenapa lo menel-menel ke gue?" Arka mendorong kepala Gama dengan jari telunjuknya.

"Diem dulu." Gama menampik jari Arka.

"Gilanya kambuh lagi ya, Gam?" Nara mencela.

Gama mencebik, "Ada nenek lampir."

"Siapa?" Gadis itu mendongakkan kepalanya, ia tak mendapati siapa-siapa selain Stela bersama antek-anteknya berjalan memasuki kantin. Cara berjalannya angkuh seperti biasa, tangannya bersilang dada dan tatapannya sinis. Benar-benar gaya khas Stela.

"Stela maksud lo?" tanya Nara tanpa mengalihkan pandangannya dari Stela.

"Iya, itu."

Ini kalau Stela tahu dia diberi panggilan seperti itu oleh Gama, sudah dipastikan Gama akan botak karena dijambak oleh cewek itu.

Sesaat sebelum gadis blasteran itu duduk ditempat yang selalu menjadi tempat favoritnya-kursi tengah kantin, ia sempat menatap kearah pojok, lebih tepatnya kearah meja yang diduduki oleh Nara. Gadis blasteran itu menatapnya. Entah menatap dirinya atau Gama, yang jelas pandangannya sulit sekali diartikan. Dalam dan datar.

"Jangan dilihat lama-lama." Gama menepuk lengan Nara membuat gadis itu membuang pandangannya terlebih dahulu sebelum Stela.

"Lo kenapa sih, tiba-tiba takut sama dia?"

"Gue nggak sengaja nutup kepalanya pake taplak meja guru."

"Hah? Kapan?" Nara sedikit melebarkan matanya, sedangkan Arka yang hendak menyendokkan kembali siomaynya menjadi urung.

Beloved-II: Season of Nara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang