Untuk semua cerita yang tidak berakhir jadi satu.
Kini aku tersadar, bahwa sejatinya, memberi dan menerima tidak berlaku untuk perasaan.________
Berteman dengan Tania seminggu ini, mampu membuat Nara menyentuh dunia per-movie-an. Banyak sekali rekomendasi film yang Tania berikan kepadanya.
Hari ini, ia tidak ada jadwal melatih di Sanggar Dojo, namun gadis itu tetap bertandang kesana. WiFi Sanggar Dojo yang cepat dan kursi ruang tunggu yang nyaman menjadi alasannya. Banyak film yang harus ia download, mengingat banyaknya Tania memberikan daftar list.
Sebenarnya Nara bisa saja bersikap bodoh amat, namun jika dipikir-pikir, melihat film bukan pilihan yang buruk demi mengisi kebosanannya.
Absennya Gama yang mengganggu hidupnya seminggu terakhir membuat hari-hari gadis itu cukup datar dan membosankan.
Nara tak gengsi mengakui, jika Gama adalah orang yang mampu membuat hidupnya lebih ramai. Membuat hidupnya yang datar menjadi banyak tertawa karena tingkah konyol cowok itu. Hanya satu yang Nara gengsi, mengajak Gama berbicara terlebih dahulu.
"Bagus itu, filmnya." Nara mendongak ketika telinganya menangkap suara berat.
Arka mengambil alih di samping Nara, meneguk air mineralnya sebentar. Sepertinya jam melatihnya telah selesai, melihat Arka yang hanya mengenakan kaos oblong hitam dengan celana karategi putih yang masih menempel di kakinya.
"Lo tahu film ini?" Nara bertanya, film Jepang masih setia berputar di laptopnya.
"Gue udah beberapa kali liat film ini sampe hafal dialognya."
"Bohong, banget."
"Beneran."
"Apa dialog setelah ini?" Nara yang penasaran akhirnya melontarkan pertanyaan.
Arka tersenyum tipis, mendekatkan wajahnya, berbisik pelan di telinga Nara. "Aku menyukaimu."
"H-ha?" terkejut, Nara memundurkan tubuhnya.
"Dialognya, aku menyukaimu," jelasnya.
"O-oh, dialognya." Nara merespon kikuk, matanya kembali menatap film. Kini terlihat pemeran pria tengah mengucapkan kalimat yang sama dengan yang baru saja dibisikkan oleh Arka.
Benar, Arka tidak berbohong.
"Ini film lama, tapi gue nggak bosen lihatnya." Arka kembali berucap.
"Spoiler dari Tania, film ini sad ending."
"Kenapa? lo nggak suka film sad ending?"
"Enggak, gue cuma penasaran. Orang dengan banyak rahasia kayak dia cocok kalau sad ending." Nara menunjuk pemeran pria yang kini terlihat menatap si wanita dari belakang.
"Kenapa gitu?" Arka akhirnya bertanya.
"Karena rahasia selalu menimbulkan masalah." Nara menggumam pelan.
Arka tersenyum tipis mendengar penuturan Nara. Selang beberapa detik, ponsel milik cowok itu bergetar. Sekilas Nara melirik, nama Stela terpampang disana.
Arka mengangkatnya, setelah perbincangan ringan tiga menit, cowok itu mengakhiri panggilannya.
Ia membuang napas cukup keras, membuat atensi Nara teralihkan.
"Kenapa?" tanyanya.
"Repot banget ikut kayak ginian." Arka menimang-nimang ponsel di tangannya, dan Nara dapat menangkap arti 'kayak ginian' yang dimaksud oleh Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved-II: Season of Nara [Completed]
Fiksi RemajaSeperti puzzle, kepingan demi kepingan dimasa lalu muncul begitu saja saat Nara mencoba menutupnya rapat-rapat. Semakin ia mengabaikannya, kepingan itu semakin mengusiknya. Nara merasa bahwa dirinya telah berlari sejauh mungkin. Namun saat ia menole...