Kamu, obat penat dari segala lelah.
________
Arka membuka pintu mobil, berniat menyuruh Nara yang masih berada di sisi seberang untuk masuk. Namun rupanya Gama mengambil alih terlebih dahulu, membuat Arka mengernyitkan keningnya bingung.
"Ngapain?" tanyanya terganggu.
"Duduk." Gama membalas santai.
Arka mendongak kearah Nara, rupanya gadis berkaos putih itu tidak terganggu dengan tingkah Gama yang seenak jidat mengambil tempatnya. Ia memilih membuka sendiri pintu di belakang kemudi dan mendudukkan diri di sana.
Arka kembali menunduk, menatap Gama yang kini terang-terangan menyorotnya dengan senyuman manis yang dibuat-buat. Seperti sengaja menggoda Arka.
Arka bergidik ngeri, rasanya ia seperti tengah membukakan pintu untuk kekasihnya. Sudah gagal mengajak Nara pergi berdua, kini ia juga gagal duduk bersebelahan dengan gadis itu.
Sepanjang perjalanan hanya Gama yang banyak berceloteh, sedangkan Nara hanya diam dan Arka menyahuti sekenanya. Arka membelokkan mobilnya menuju sungai, tempat yang selalu rutin mengadakan perayaan lampion setiap tahunnya.
"Katanya mau ke Food Deli?" Gama bertanya ketika mobil mereka sudah sampai di tepian sungai.
"Nara bilang udah makan." Arka menyahuti.
"Tapi kan gue belum," kelakar Gama tak terima.
Nara tak menggubris rengekan Gama, gadis itu memilih keluar terlebih dahulu dan kemudian diikuti oleh Arka. Gama yang merasa diabaikan mencebik kesal, tak urung tetap mengikuti kedua remaja untuk keluar dari dalam mobil.
Itu pilihan tepat, sebelum Arka dengan sadis menguncinya di dalam sana.
"Ini bukan weekend tapi banyak juga ya yang kencan di sini." Arka bersuara, mensejajarkan langkahnya dengan Nara sembari menatap muda-mudi yang sedang duduk di pinggiran sungai. Ada pula yang menikmati langit malam dengan berburu makanan ringan pada stan-stan makanan yang berjejer tak jauh dari tempat mereka berada.
"Tempat kencan di pinggir sungai jadi planning gue kalau nanti jadian sama Nara." Gama menyusul, berjalan di sisi kanan Nara. Sesekali melirik sepeda air berbentuk bebek yang terlihat lebih menarik dimalam hari karena lampu led berbagai warna terpasang disana.
"Iya kalau putus tinggal jorokin aja ke sungai," balas Nara santai, membuat Gama mencebik dan Arka tertawa keras. Entah mengapa, kalimat penolakan Nara akan Gama begitu menyenangkan hati Arka.
Ketiga remaja itu berdiri pada pembatas sungai, menyaksikan gedung-gedung tinggi terlihat berdiri kokoh di seberang sana.
Tak banyak bintang diatas sana, membuat langit malam tampak lebih tenang.
Disaat-saat seperti ini, Nara malah teringat mamanya. Entah dimana mamanya sekarang tinggal, apa mamanya masih hectic dengan urusan kantor? apa mamanya sudah makan malam?
Nara memejamkan matanya sejenak, menikmati angin malam yang menerpa sebagian anak rambutnya yang tak ikut terkuncir.
Setidaknya malam ini, ia tidak merasa terlalu galau di kamarnya. Arka benar-benar tepat untuk mengajaknya keluar malam ini.
"Lagi suntuk ya?" Arka bersuara, membuat Nara membuka matanya.
"Sedikit," jawab Nara.
"Besok, gue udah berangkat olimpiade." Arka memberi tahu.
Nara menoleh ke sisi kiri, memberikan senyum hangat untuk Arka. "Semangat, good luck buat olimpiadenya."
"Gue juga loh, Ra. Nggak di semangatin?" Gama menyenggol bahu Nara, membuat gadis itu berganti menoleh ke sisi kanan, dan mendapati Gama yang memasang wajah tak terima karena merasa di-anak tirikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved-II: Season of Nara [Completed]
Ficção AdolescenteSeperti puzzle, kepingan demi kepingan dimasa lalu muncul begitu saja saat Nara mencoba menutupnya rapat-rapat. Semakin ia mengabaikannya, kepingan itu semakin mengusiknya. Nara merasa bahwa dirinya telah berlari sejauh mungkin. Namun saat ia menole...