“pagi anak-anak” ucap seorang guru laki-laki yang baru saja memasuki kelas Avniel.
“pagi paaaaakkkk” ujar mereka serempak.
“wah wah wah, kalian semangat sekali ya pagi ini, bagus pertahankan ya. Dan mendengar kalian sesemangat ini pasti kalian sudah siap kan belajar?”
“siap lahir batin pak” celetuk Bryan.
“bisa aja si bryan, kayak ditanya siap nikah aje”ujar Choky yang mengundang gelak tawa teman kelasnya.
“ok, kalau seperti itu keluarkan kertas selembar sekarang juga, yang tersisa diatas meja hanya kertas selembar dan pulpen kalian selebihnya singkirkan”
Mampus adalah kata yang ada dikepala mereka saat ini, banyak yang melirik ke arah Bryan karena gara gara dia mereka ulangan mendadak.
“Pak nggak usah ngelawak dah. Indonesia udah kebanyakan pelawak”
“saya tidak lagi melawak dan sama sekali nggak ada niat buat jadi pelawak” ujar pak Mail.
“yah pak, kok ulangannya dadakan gini sih?” tanya seorang siswa yang bernama Aji.
“tadinya saya tidak berniat untuk memberi kalian ujian dadakan tetapi melihat semangat kalian hari ini membuat saya ingin mengetahui sejauh mana kalian mengerti materi yang sudah saya ajarkan”
“yang semangat cuman Bryan pak, kita enggak jadi yang ulangan dia aja” ujar Fita sekertaris kelas Avniel.
“lah, kok gue. Enak aja mulut Lo ngomong” ujar Bryan tak terima.
“pokoknya ini itu salah Lo TITIK” ucapan Fita disetujui oleh siswa yang lain membuat Bryan ingin bolos saja rasanya.
“sudah sudah, kalian ini berisik sekali. Yang tidak mau ujian boleh keluar dari kelas ini” sontak saja beberapa murid berdiri hendak meninggalkan bangku mereka.
“Alhamdulillah, bapak emang yang paling mengerti” ujar mereka.
“tapi saya jamin yang tidak ikut ujian ini akan saya beri nilai E”
Blammmmm, sama aja bunuh diri kalau meninggalkan kelas. Emang ya guru sukanya memberi pilihan yang sulitnya kagak ada duanya. Kelas kembali grasak grusuk karena mereka panik harus menjawab apa, ujiannya dadakan dan nggak belajar lagi kan double kill.
“El.. El..” panggil Bryan.
“apa?”
“bagi jawaban lu yak, gue mampus kelar hidup gue ini mah” El hanya menganggukkan kepalanya mendengar penuturan Bryan.
“sohib gue emang lu”
Setelah suasana kelas lumayan tenang, pak Mail berdiri lalu menuliskan beberapa soal kimia di papan tulis. Hanya ada tiga nomor soal namun mampu membuat sakit kepala karena banyaknya struktur senyawa yang digambarkan di atas.
“sekarang kerjakan soal diatas, jangan ada yang nyontek”
Avniel mulai mengerjakan soal dari pak Mail dengan tenang tanpa merasa kesulitan sedikit pun. Nggak heran sih karena Avniel adalah juara sekolah dalam bidang akademik maupun non akademik. Otak cerdas serta kegantengannya itulah yang membuatnya famous dikalangan siswi sekolah dan para guru meski sikapnya yang cuek dan dingin.
Beberapa menit berlalu, Bryan melirik ke arah pak Mail yang sedang sibuk dengan hpnya. Kesempatan bagus pikir Bryan, ia kemudian memalingkan wajahnya ke arah Choky yang tampak tenang begitu pula dengan Avniel yang berada di depannya. Memang pada kenyataannya Choky dan Avniel sama sama memiliki otak cerdas meski El lebih unggul sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVNIEL {On Going}
Fiksi RemajaFOLLOW SEBELUM BACA "gue baru sadar ternyata Lo juga ada sisi baiknya ya, gue pikir Lo cuman tau bikin onar doang" "Makanya don't judge the book by this cover" . . . . 🕊 🕊 🕊 🕊 🕊 🕊 🕊 🕊 "Cinta itu nggak tau situasi dan datangnya tiba-tiba, ta...