"Pram, tunggu sebentar ya. Masih ada rapat nih sama anak sanggar."Tuuut...
Hanna memutus sambungan telepon dari seberang sana. Pram memandangi layar ponselnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Entah kesal, marah, atau mungkin tidak merasakan apapun karena sudah terbiasa dengan tingkah Hanna.
Saat kembali dari perpustakaan kota, Pram langsung ke sekretariat BEM, hendak menjumpai Hanna. Tapi yang orang yang dicari justru sedang ada di sekretariat lain, sedang membahas acara besar mereka.
Setelah salat Zuhur di masjid kampus, Pram langsung bergegas menghampiri Hanna di ruang sanggar. Pram takut jika Hanna sudah menunggunya lama, namun sepertinya Pram lah yang harus menunggu Hanna. Pram tidak keberatan setelah mendapatkan telepon dari Hanna barusan. Hanya saja ada sesuatu yang riuh rendah dalam perutnya, keberatan dengan keputusan Pram. Dia menyadari dirinya sendiri belum menyentuh nasi sejak pagi. Salah satu kebiasaan buruk Pram, entah sengaja atau tidak, selalu lupa makan nasi di saat kesibukan menggerogoti.
Pram memilih duduk di bangku-bangku panjang, menunggu Hanna di koridor depan ditemani angin yang bertiup lembut. Matahari yang berada tepat di atas kepala sedang tertutup awan-awan putih. Langit cerah berawan terbentang di atas sana. Membuat udara di siang hari tidak begitu panas. Ramai mahasiswa yang berlalu lalang. Ada yang kembali dari masjid, dari kantin, baru tiba di parkiran, bahkan ada serombongan mahasiswa yang berlari-lari kecil memasuki kelas. Pram terkekeh pelan menyaksikan itu.
"Dasar Maba," gumamnya.
Setelah duduk beberapa menit, Pram memutuskan untuk berkeliling, melihat-lihat suasana di program studi tempat Hanna menghabiskan waktu. Sudah lama dia tidak ke sini. Terakhir kali saat mereka masih menjadi mahasiswa tingkat satu. Saat itu Hanna masih kesulitan membiasakan diri dengan lingkungan kampus. Jadilah Pram satu-satunya sahabat dekat Hanna di perantauan yang merelakan dirinya untuk terus menemani Hanna. Hingga suatu ketika, Hanna merasa tidak perlu lagi ditemani oleh Pram. Itu sejak Hanna bergabung di organisasi dan sanggar seni.
Pram beranjak dari duduknya untuk melihat-lihat ruangan kelas, mengintip dari jendela berkaca bening yang terbentang lebar. Ruang kelas di sini terlihat rapi, dengan kursi tersusun beraturan dan lantai bersih yang tampak mengilap. Pram menganggukkan kepala, memaklumi jika tidak ada yang berbeda dengan fakultasnya karena mendapatkan perawatan yang sama.
Setelah melewati tiga ruang kelas yang berjejer panjang, Pram tiba di koridor belakang yang membawanya pada hamparan lapangan rumput. Warna hijau dari rumput-rumput yang dipotong pendek dan teduhnya pohon ketapang di pinggir lapangan sangat menyejukkan mata. Lapangan yang luasnya 7.140 m2 itu adalah lapangan milik fakultas. Pram masih ingat saat BEM meminjam lapangan ini untuk melaksanakan Pekan Olahraga Kampus. Ramai sekali mahasiswa kala itu. Ada yang menjadi tim, suporter, bahkan ada yang cuma iseng menonton untuk melepas stres setelah kuliah sejak pagi.
Pram mengedarkan pandangan, mengamati seluruh sudut lapangan. Setelah puas memandang, dia melangkahkan kakinya menuju ujung koridor belakang. Saat itu juga, mata Pram kembali menangkap sosok yang dikenalnya. Dilihatnya dengan lekat perempuan berkemeja dongker dengan pashmina abu-abu, sedang duduk mengayunkan kaki di bangku-bangku panjang. Pram tersenyum lebar, tidak menyangka mereka akan kembali berjumpa.
Pram berjalan mendekat. Kini perempuan itu tampak jelas di matanya, sedang membaca buku dan menikmati minuman dingin.
"Kurasa waktu memihak kepada kita hari ini, Nai. Mempertemukan kita lagi dan lagi."
"Kamu mengikutiku?" tanya Nai penuh selidik. Keterkejutan tak bisa disembunyikan dari wajahnya.
Pram tertawa mendengar pertanyaan Nai. Dia beralih duduk di sebelah Nai dan menyelonjorkan kaki panjangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sedalam Angkasa (Berlanjut)
RomanceAda banyak orang yang menyukai hujan. Menyukai rintik yang memesona saat berduyun-duyun turun ke bumi, menghempas di tanah-tanah kering. Bagi mereka, hujan dapat memberikan ketenangan dan perasaan damai. Terlebih lagi setelah hujan reda, kala aroma...