part 8 - Ibroh

9K 459 8
                                    

Part 8 

Sumpah aku pusing banget melihat harga harga bahan pokok semakin melambung. Bohong banget kalau sebagian orang berpendapat bahwa biaya hidup di desa itu murah. Walaupun disini termasuk desa yang agak terpencil di kaki gunung diujung kabupaten mojokerto, biaya hidupnya hampir sama ketika aku masih di Surabaya. Ku lihat tas belanjaanku sudah penuh dengan sayuran dan beberapa barang pesanan bude, berjalan keliling pasar dengan membawa tas belanjaan yang lumayan berat sangat menyulitkanku dengan keadaan perut yang sudah mulai membesar. Aku clingukan mencari si Mila selebor yang katanya mau mencari pedagang pulsa diujung pasar, tapi sudah sekian menit dia masih belum kembali juga. Mila nyasar atau dia sengaja melupakan aku yang masih disini, sifat selebornya terkadang membuat orang naik darah. Dengan emosi tingkat tinggi, dengan wajah terlipat 7 aku terpaksa bermaksud pulang sendirian dengan menenteng dua tas belanjaan yang beratnya Na'udzubillah. Sumpah awas kau Mila !!  

 

Kejengkelanku tak berhenti dengan harus menenteng dua tas yang super berat ditambah lagi keadaan pasar yang crowded banget menyulitkan langkahku.  

 

"Salsa.........!!"  

Aku menoleh kekiri dan kekanan mencari sumber suara yang memanggil namaku dan ternyataaaaaaa............Mas Ardi !!  

Beneran ini ? sumpah, serasa ketiban duren.  

"Kamu sendirian Sa ?" kata mas Ardi sambil mengambi lalih barang bawaanku.  

"gak usah mas, gak usah repot repot, aku bisa kok bawa sendiri."  

"gak papa Sa, biar mas Ardi bantu."  

"aduh Salsa jadi gak enak nih sama mas Ardi, ngerepotin mas Ardi. Eeh ngomong ngomong mas Ardi sendirian nih ?"  

"enggak, itu sama ibu dan adik."  

Ketika mas Ardi mengatakan itu, ada dua orang perempuan yang satu setengah baya dan yang satunya masih belia mungkin kira kira masih SMA, berdiri dibelakangnya.  

"Siapa Di ?" tanya ibu itu.  

"ini Salsa teman Ardi bu. Salsa ini ibu dan adik aku." Kata mas Ardi memperkenalkan ibu dan adiknya kepadaku.  

Aku mencium tangan ibu mas Ardi dan menyalami gadis belia yang berdiri disampingnya, dengan memasang senyum termanis yang aku miliki. Nervous juga sebenarnya ketemu keluarga mas Ardi dengan kondisiku yang seperti ini.  

"Ardi nganterin Salsa dulu gak apa ya Bu?"  

"Iya gak apa Di."  

"Waah gak usah mas, rumah salsa dekat kok, paling Cuma 15 menitan jalan kaki dari sini."  

"oooh ndak apa nak Salsa, biar dianter Ardi aja, ibu masih harus belanja dulu kok, dari pada Ardi ngomel ngomel kelamaan nunggu ibu lebih baik ngantar nak Salsa aja."  

**  

Aku dan mas Ardi memutuskan untuk jalan kaki saja dari pada nanti harus repot mencari parkiran lagi untuk mobil mas Ardi. Sepanjang perjalanan aku hanya diam, sibuk dengan pikiranku sendiri, sumpaaah ini seperti mimpi, jalan ditemani mas Ardi sambil dibawakan barang belanjaanku. Serasa seperti pasangan suami istri, ha ha ha ha.  

"Sa........." panggil mas Ardi pelan namun sukses membuyarkan semua lamunanku.  

 

"haaah...."  

"eheemm......eeee boleh nanya sesuatu gak Sa ?" aku hanya tersenyum dan mengangguk. Tapi serasa deg degan juga kira kira apa yang mau ditanyakan oleh mas Ardi.  

Cintaku Salah Tempat (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang