Entah saat ini seperti apa yang kurasakan. bingung, sedih, kecewa bahkan seakan semua orang menghakimi ku dengan tatapan maupun tindakan. Ayah, ibu, mbak Saskia dan mas Romi seakan mereka tak mengenalku, bahkan mereka seperti menuduhku berbuat hal yang paling aku benci seumur hidupku. Ya Allah jika memang ini cobaan yang Kau berikan pada ku, aku ikhlas ya Allah, tapi sungguh aku tak mengerti bagaimana ini bisa terjadi padaku. kenapa janin ini bisa tumbuh dalam tubuhku jika aku sendiri yakin bahwa aku masih perawan.
Sepulang dari rumah sakit, mbak Saskia masih tetap mengintrogasiku untuk mengatakan siapa orang yang telah membuatku hamil. aku sudah tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun untuk menjawab setiap pertanyaan dari keluargaku apalagi untuk berfikir. bagaimana bisa menjawab kalau setiap jawabanku selalu tak mempan untuk meyakinkan mbak Saskia. mbak Saskia tetap ingin mengetahui siapa laki-laki yang telah menanamkan benihnya kedalam rahimku, tak mungkin ada asap jika tak ada api, tak mungkin tumbuh benih jika tidak ada yang menabur, keyakinan semua orang akan hal itu tak terbantah, teori kausalitas. sungguh aku tak tahu. kepalaku hampir mau pecah dengan pertanyaan-pertanyaan mbak Saskia yang membabi buta. bahkan aku tak tau lagi keadaan mas Fadil sekarang bagaimana.
surat keterangan dari dokter menujukkan bahwa aku sekarang mengandung 5 minggu dan tes melalui alat tespack pun sudah aku lakukan tapi hasilnya tetap menyatakan bahwa aku positif hamil. aku meruntuki diriku sendiri yang tak pernah memperhatikan siklus menstruasiku.
"Dek, demi Allah mbak Saskia tak akan pernah menyalahkanmu tapi ayolah dek ceritakan pada mbak mu ini. kita sesama perempuan, mbak ngerti apa yang kau rasakan saat ini." satu kalimat lagi - lagi keluar dari mulut mbak Saskia sore ini. aku mengerti selama semingguan ini, setelah mendengar kabar yang membuat keluargaku syok, baik mbak Saskia, ibu, Ayah bahkan mas Romi mereka seperti dikelilingi atmosfer kesedihan.
"Mbak, maafkan Salsa. demi Allah Salsa tak pernah melakukan sesuatu yang dilarang Allah. apalagi berbuat Zina sampai hamil, Na'udzubillah. Salsa gak mungkin seperti itu, mbak percaya kan sama Salsa." dengan tetap menggenggam tangan mbak Saskia aku memberanikan diri untuk mengemukakan apa yang harus kukatakan sejak kemaren tapi belum sempat kukatakan karena setiap aku berbicara seakan kalimat yang ingin ku keluarkan ada yang menahannya .
"Mbak percaya dek sama kamu, mbak yakin bahwa kamu tak akan melakukan hal yang keji seperti itu, tapi disaat mbak mau mempercayaimu, mbak dihadapkan dengan hasil ke2 surat keterangan dokter dari beda rumah sakit itu dengan hasil yang sama. Sama-sama menyatakan kehamilanmu". aku terdiam, yang dikatakan mbak Saskia memang benar, bagaimana aku menuntut orang untuk percaya jika bukti yang menyatakan kehamilanku ada banyak dihadapan ku saat ini. Kenyataan akan kehamilanku tak terbantahkan.
"Assalamulaikum...." Risa datang.
"waalaikumsalam.." jawabku hampir bebarengan dengan mbak sazkia. Aku selamat dari introgasi mbak sazkia yang tak berkesudahan.
Mbak sazkia berdiri menghampiri Risa, dari bahasa tubuh mereka, aku tau kalau kedatangan Risa saat ini sesuai dengan sekenario mbak sazkia. tak mendapatkan jawabannya sendiri, mbak sazkia menggunakan Risa. Mbak sazkia meninggalkan ku dan Risa di kamar, mungkin beliau bermaksud membuat kami bicara heart to heart.
Risa menghampiriku yang duduk ditepi ranjang dengan pandangan menyelidik.
"nggak usah sok detektif!.." aku melotot ketus padanya, biasanya ketika aku berbicara dengan nada seperti itu adanya ia langsung tertawa terbahak. Namun, kali ini tiba - tiba aja ia langsung meluk aku sambil nangis sesenggukan. Aku tahu kalo Risa suka banget mewek tapi kali ini bener - bener berlebihan plus ingus pula, ih jijay.
"ati - ati ingusnya netes ke rambut ku.." aku berusaha mencandainya. Sudah sejak dua hari kata humor lenyap dari kehidupanku. Risa mencubit pinggangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Salah Tempat (Re-upload)
De TodoAku bukanlah wanita sholehah layaknya seperti Aisyah binti Abu Bakr, dan bukanlah seorang perawan suci layaknya Maryam. tapi aku yakin diri ini tak pernah menyentuh sesuatu yang dapat mengundang laknat sang Illahi Robbi. tapi ini terjadi padaku, d...