ANGGIE [Tamat]

24. Kemarahan Ray

"Bersama dengan tenggelamnya senja ini, hilangkan kekecewaan dan kesedihanku di hati ini. Sabar kan aku selalu."

*****

"Assalamualaikum, Bi!" teriak Rista sambil berjalan ke arah ruang tamu.

Sekarang ini Rista sedang berada di rumah Ray untuk melihat kondisi sepupunya itu karena beberapa hari ini ia disibukkan dengan kegiatan ekskulnya.

Bi Ira langsung saja berlari dari arah dapur. "Waalaikumsalam. Iya, Non."

"Ray udah pulang nggak Bi?"

"Belum, Non."

Rista hanya mengangguk sebagai respons dan duduk di sofa singel bed.

"Mau dibuatin apa, Non?"

"Nggak usah Bi."

"Yaudah atuh Non, bibi ke dapur dulu," ujar bi Ira dengan sedikit mencondongkan badannya.

Tak ada dua menit duduk menunggu, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi menandakan ada telepon masuk.

"Hal—"

Belum sempat menyelesaikan ucapan seseorang di seberang sana, Rista memotongnya terlebih dahulu.

"Waalaikumsalam."

Rista itu jika menelepon lebih memilih mengucapkan salam daripada kata 'halo' karena menurutnya sebagai umat islam sudah seharusnya menjalankan perintah-Nya.

Seseorang yang berada di seberang sana memutar kedua bola matanya malas. Ia lupa jika Rista itu lebih memilih mengucapkan kata salam.

Dengan malas ia mengucapkan salam, "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Lo apa kabar, Ta?"

"Gue baik. Kalau lo sendiri, Ca?"

Ya, yang menelpon Rista adalah Ica. Sudah beberapa hari ini Ica pergi berlibur ke Singapore. Makanya ia tak pernah nongol di sekolah.

"Gue baik. Eh, lo sekarang ada di mana?"

"Gue lagi di rumahnya Ray. Emangnya kenapa?"

"Gapapa. Cuman kangen. Gimana sama Aggi? Masih deketin Ray?" tanya Ica di seberang sana sembari meminum jus yang baru saja dibuatnya.

Rista yang mendengar pertanyaan Ica seketika tersenyum. "Beres. Aggi udah turutin kata-kata gue waktu itu."

Waktu di rumah sakit ....

Kedua perempuan yang masih mengenakan seragam sekolah sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Sejenak mereka berdua terdiam dengan pandangan mengarah ke depan.