Special Part #2

333 50 4
                                    

Dokter Yang pernah mengatakan kalau penyebab utama dari depresi yang dialami oleh pasien adalah pola pikir yang salah.

Sama seperti kain yang tengah dijahit, dunia memiliki dua sudut pandang yang berbeda. Menurut dia si pelaku utama, dan menurut mereka yang berada di sekitarnya.

Pasien depresi biasanya hanya melihat hidup dari satu sudut pandang saja. Yaitu pada bagian kain yang terlihat dari bawah.

Tanpa mempedulikan bagian atas yang terlihat menawan bahkan sempurna, pasien hanya berpatokan kalau hidupnya terlihat berantakan dan penuh kekacauan.

Aku adalah salah satu dari mereka. Dari dulu hingga sekarang, aku hanya melihat dunia dari satu sudut pandang yang sama.

Selalu beranggapan kalau aku sendirian, kalau tidak ada satu pun sosok yang bisa aku jadikan teman, kalau lebih baik aku tinggal dalam kekosongan daripada kembali terluka dan jatuh dalam kekecewaan.

Terlebih ketika appa dan eomma membuangku begitu saja, lalu sahabat dan kekasihku berbuat khianat yang menyakitkan.

Menutup semua pintu dengan rapat, kemudian tenggelam bersama gelap dan pekat dalam benteng yang aku bangun untuk memisahkanku dari mereka.

Termasuk dari dia, saudara kembar yang berbagi DNA serupa. Bahkan takdir yang menyatakan kalau kami harus terus bersama, aku patahkan begitu saja.

Aku takut kalau dia diliputi kebencian, aku takut kalau dia akan melakukan hal yang sama seperti mereka, membuat aku jatuh dan luka untuk kesekian kalinya.

Bahkan ketika Jeongin mengatakan kalau dia telah mengetahui semuanya, aku takut dia akan meninggalkanku seperti yang dulu pernah dia lakukan.

Aku hanya takut ... takut kalau kami tidak lagi bisa bersama.

❤🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

"Bisakah kita berpelukan?"

Aku membalikkan tubuhku dengan cepat. Mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulutnya dengan cepat. Otakku bahkan bekerja dengan penuh antusias.

Ini bukan jawaban yang aku inginkan.

Tidak.

Maksudku. Dia membenciku kan? Lalu kenapa kami harus berpelukan? Bukankah seharusnya dia meninggalkanku sekarang?

Ayolah, dia bahkan belum sepenuhnya ingat tentang kenangan ketika kami selalu bersama. Satu-satunya yang dia tahu adalah aku yang sekarang, aku yang payah. Memiliki gangguan mental yang menyebabkanku sulit untuk hidup dengan normal.

Jadi untuk apa kami berpelukan?

"Yang Jeongin sudah menceritakan semuanya ... dan itu membantuku untuk mulai mengingat semuanya"

"Aku kira tidak ada satupun hal yang aku lewatkan. Aku pikir semua ingatanku sudah pulih total ... tapi ternyata tidak"

Tatapan kami yang semula menyatu, dia putuskan. Pandangannya, dia alihkan pada deretan mobil yang terparkir di depan.

"Mianhae ... ada banyak hal yang sudah aku lupakan. Mianhae ... karena telah meninggalkanmu sendirian. Mianhae Jisung-ah"

Close ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang