Renatha begitu pusing mendengar kedua putranya menangis di waktu yang bersamaan karena lapar. Rasanya juga ingin menangis karena begitu membingungkan, ia tinggal sendiri di rumahnya dan mengurus tiga orang anak sekaligus. Sesekali air matanya mengalir jika merasa lelah dan putus asa melihat anak-anak menangis bersamaan.Dan sekarang sudah dua hari toko bunga miliknya tutup, sudah empat Minggu setelah melahirkan. Toko bunga miliknya sempat tutup selama dua Minggu, dan sekarang harus tutup lagi karena lelah.
"Mama Renatha capek, Renatha bingung harus gimana sekarang. Gak ada yang bisa Renatha lakukan selain nangis sendirian disini. Dosa besar yang Renatha lakukan membuat semuanya berantakan hiks hiks" isakan Renatha semakin menjadi kala kembali mengingat kejadian itu
Tubuhnya bergerak saat ingat kejadian yang begitu buruk dalam hidupnya, mungkin ia trauma. Karena ia juga sering merasa gemetar dan ada sekelebat bayangan mengerikan saat ia bertemu seorang laki-laki yang terlihat tertarik pada dirinya.
" Rain, cup cup ya, jangan nangis lagi " ucapnya ketika sang putra terlihat akan menangis
Si anak bungsu Rain, dia sangat rewel dan sering kali sakit. Umurnya baru satu bulan tapi sudah tiga kali sakit, dokter mengatakan bahwa Rain terkena gizi buruk, dia harus lebih banyak dapat perhatian karena kondisinya juga begitu lemah.
" Cobaan berat ini terjadi karena dosa, coba malam itu gak ada dosa pasti aku nggak di hukum. Tapi kalo ini takdir yang di tulis untuk ku, aku harus berusaha bangkit. Apapun yang akan terjadi nanti, itu urusan nanti. Yang penting usahanya dulu " gumam Renatha dengan mata terpejam, berusaha menyemangati dirinya sendiri
5 tahun kemudian...
Renatha kini hidup bahagia bersama ketiga buah hatinya, mereka hidup dengan kesederhanaan yang penuh cinta. Setelah lima tahun berlalu Renatha masih betah bersembunyi dari keluarganya dan semua orang yang mengenal dirinya. Ia memilih tetap hidup dengan kesederhanaan bersama ketiga anaknya asal tetap bersama. Ketakutan saat memikirkan akan kembali menemui keluarganya muncul, saat ia berpikir anak-anaknya akan mendapatkan penolakan dari semua orang. Meskipun sangat merindukan keluarga besarnya Renatha tetap menolak untuk menemui mereka karena takut.
"Ndaaaa bang lepan nakal cama laiiin hua." teriakan seorang bocah laki-laki membuat Renatha segera menghampiri putranya yang tengah menangis itu.
"Rain, kamu kenapa sayang kok nangis?" Tanya Renatha lembut lalu menggendong putranya.
"Bang lepan tuh nakal ma laiin, maca pelmen laiin di ambil." adunya masih dengan air matanya yang semakin deras.
"Abang Revan! jangan gitu dong kasian adeknya, sini punya Rain kasih bunda." pinta Renatha pada Revan yang menatap jengah pada adiknya yang suka berakting menangis.
"Nih, dasal cengeng!" ujarnya lalu pergi dan duduk di sebelah anak laki-laki satunya yang tengah asik menata bunga.
"Rain jangan nakal ya, biar gak di jahili lagi sama abang, sekarang kamu duduk aja sama abang-abang kamu ya." kata Renatha menasehati putranya.
"Iya ndaa." jawab Rain menganggukkan kepalanya.
Rain sudah tidak menangis lagi, bahkan ia terlihat tidak terjadi apa-apa. Mungkin itu yang membuat Revan selalu ingin menjahili adiknya tapi selalu gagal karena Rain selalu berakting menangis. Renatha sendiri sudah kembali ke depan karena takut ada pembeli. Kini toko bunganya sudah ada kemajuan bahkan sekarang sudah memiliki seorang pekerja.
" Mbak itu ada yang pesan buket mawar putih buat nanti malem, tapi mawar putihnya kosong " adu Ririn karyawannya
" Oh ya udah biar mbak aja yang nemuin orangnya dan bilang mawar putihnya lagi kosong " kata Renatha
KAMU SEDANG MEMBACA
My Triplets Son || SUDAH TERBIT
ChickLit"Bara, gimana kalau seandainya aku hamil?" ujar Renatha ragu. "Gugurin aja. Beres, kan?" jawab Bara enteng. *** Kehidupan Renata resmi berubah karena kesalahan pada satu malam yang Bara lakukan. Tidak hanya menghancurkan masa depan, cita-cita, bahka...