bab 8

156K 10.1K 1.2K
                                    

14 tahun berlalu..

" Bundaa kaos kaki Rain gak ada " teriak seorang remaja dari dalam kamarnya

" Coba cari di almari mu yang sebelah kiri bawah, ada kotak warna biru kamu buka " jawab sang ibu

" Bun ini Regan udah goreng ayamnya, mau sekalian buat susunya Regan aja Bun yang buat ? " Tawar Regan

" Jangan biar Bunda aja yang buat susunya sayang, makasih ya udah bantu Bunda masak " Renatha mencium pipi kanan Regan lalu berhalan ke dapur kembali

Seperti pagi sebelum-sebelumnya Regan selalu bangun lebih awal sebelum subuh, lalu membangunan kedua saudaranya untuk shalat berjamaah. Setelah shalat bersama dengan sang ibu juga, Regan langsung olahraga pagi dengan joging dan olahraga lantai di rumahnya. Sedangkan sang ibu sibuk menyiapkan perlengkapan anak-anaknya untuk pergi ke sekolah. Revan dan Regan tentu kembali tidur setelah shalat subuh.

" Loh itu si kebo belum bangun ?" Tanya Rain ketika sudah sampai di meja makan

" Tolong kamu bangunin ya sayang, itu abang kamu susah banget bangun " pinta Renatha

" Oke komandan siap laksanakan " Rain segera berlari ke lantai atas untuk pergi ke kamar kakak keduanya

Rain itu selalu berhasil membangunkan Revan yang sangat susah bangun. Anak itu sering kali terlambat pergi ke sekolah, padahal Regan dan Rain sangat rajin urusan sekolah. Mereka berdua pergi ke sekolah sangat awal untuk menghindari kata terlambat dan hukuman.

" Kebakaraaaan " teriak Rain sambil melompat-lompat di atas ranjang Revan

" Kebakaraaaan api api " Revan yang belum sadar langsung berdiri dengan membawa selimut

" Hahaha kebakaran tapi bo'ong " ledek Rain sambil tertawa

" Raiiiiin " teriak teriak Revan jengkel

Teriakan Revan yang begitu keras sampai terdengar ke lantai bawah, dimana ibu dan kakaknya menunggu di meja makan. Renatha sudah hafal dengan yang terjadi jika Rain yang membangunkan Revan, anak itu pasti berteriak begitu kencang karena jengkel, lalu mengadu pada dirinya saat sudah di meja makan.

" Bundaaa Rain nih ngeselin " adu Revan

Renatha sudah hafal benar bagaimana putranya yang selalu ribut di pagi hari, belum lagi nanti saat akan berangkat ke sekolah. Ketiga anaknya akan berebut tentang kendaraan yang akan mereka pakai.

" Rain turun sayang, sarapan sini biarin abang kamu siap-siap " panggil Renatha

Mendengar panggilan sang ibu, Rain segera turun menuju meja makan. Kebahagiaan Rain di pagi hari adalah mengganggu Revan jika belum bangun, tapi seperti Revan memang tidak pernah bangun pagi. Jadi setiap hari juga Rain akan mengganggu kakaknya. Toh tidak akan ada yang berani marah pada anak bungsu kesayangan Bunda mereka.

" Bun, nanti pulang sekolah Abang ada turnamen. Jadi pulang malem " kata Regan memberitahu

" Iya, tapi kamu hati-hati ya sayang. Bunda masih takut sebenarnya kalo kamu ikut-ikutan turnamen, apalagi kalo tinju duh rasanya Bunda tuh mau pingsan pas liat kamu luka-luka gitu " Regan tersenyum hangat pada sang Bunda, wanita itu selalu memberikan banyak perhatian dan kekhawatiran untuk dirinya

" Iya, Bun. Regan pasti jaga diri dengan baik kok " dalam hati yang paling dalam, Renatha sangat ingin melarang putra pertamanya itu untuk ikut turnamen. Karena menurutnya Regan sudah cukup pandai dalam urusan ilmu beladiri, jadi tidak perlu lagi ikut turnamen.

" Revan juga nanti pulang malem ya Bun " sosok Revan sudah terlihat di dekat meja makan

Wajah tampan yang segar dengan seragam yang di keluarkan, dan juga dasi yang tergantung sembarang di bahu kanannya. Yang satu ini benar-benar berbeda dan sangat susah untuk di jinakkan, sering kali Revan yang pintar mendapatkan panggilan orang tua dari kelas tiga SMP. Bukan karena nilai jelek, tapi Revan sering bertengkar dengan teman-temannya, juga sering membolos.

My Triplets Son || SUDAH TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang