Typo tandai.
Selamat membaca.
----------------
Daniel, Dezan, Sean dan Graham telah sampai di Warbak (Warung Belakang). Seperti hari-hari biasa, Dezan dan Sean terlebih dahulu sarapan di Warbak. Tidak dengan Graham dan Danieal, mereka berdua menghisap satu batang rokok untuk menghangatkan tubuhnya di pagi yang dingin.Tiada hari tanpa perdebatan, hingga kuping Danieal merasa nyeuri.
"Rusuh lo rusuh padahal itu bala-bala punya gua!" ucap Sean dengan geram.
Tak kalah geram dari Sean "lo rusuh! Gue duluan di sini!" ucap Dezan.
"Lo!"
"Lo duluan monyet!" sarkas Dezan.
Sean tak merasa dirinya disebut sebagai monyet "lo monyetnya!" ucap Sean sembari menunjuk ke arah Dezan.
Graham yang melihat perdebatan tak berguna antara Sean dan Dezan pun angkat bicara "ini cuman bala-bala! Tinggal mesen lagi apa susahnya!" seru Graham.
"Diem lo!" ucap Sean dan Dezan berbarengan.
Graham menelan silvanya dengan susah payah "ampun bos, aing sieun!" ucap Graham.
Tak lama Ara dan Al datang, Ara tersenyum lebar setiap harinya.
"Hallo yayang Rara!" sapa Dezan.
Ara terkekeuh atas pertuturan Dezan "eh Ezan!"
"Utuk-utuk sayang!" timpal Sean sembari membuka lengan dengan lebar itu kode ingin memeluk Ara.
Ara pun sama melakukan hal seperti Sean, tak lama Al berdehem "santai bos santai bercanda doang," ucap Sean.
Danieal melihat antara Al dan Ara, kenapa mereka datang berdua? Kemana Bara? Tumben saja jika Bara datang terlalu siang, tidak seperti biasanya.
"Mana Bara?" tanya Daniel.
"Iya. Tumbennan amat kesiangan dia" ucap Sean.
Al menghela nafasnya kasar "ini masih jam 06.45, sial!"
Dezan mengangguk membenarkan "dia kalo bawa motor kaya orang kesetannan, jadi santay aja!" ucap Dezan seraya memakan bala-bala tersebut.
Lagi dan lagi, pagi ini di SMA Smea geger dengan para siswa yang berlalu lalang, bukan berlalu lalang untuk masuk ke dalam kelas. Hari ini di gegerkan lagi oleh seorang gadis menjadi sasaran pembulyan.
Tak ada hentinya semua hampir siswa SMA Smea membuly seorang gadis, apa salah jika orang tuanya bangkrut? Ayolah! Itu bukan hak orang lain, buktinya saja gadis tersebut tak apa selagi bisa makan dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Dezan bangkit dari tempat duduknya "mau ke mana lo?" tanya Sean memegangi pergelangan lengan Dezan.
Dezan menepis dengan kasar "gue mau ke sana!" tunjuk Dezan yang terdapat kerumunnan orang-orang.
Al pun sama, tertatih dari tempat duduknya "gue ikut," ucap Al sembari memasukan kedua tangannya kedalam kantung saku celana berwarna abu-abu.
Hampir keenam nya ingin beranjak dari Warbak, tiba-tiba Bara datang dengan keringat bercucuran melalui pelipis.
"Mau pada ke mana?" tanya Bara dengan mengantur pernapasannya.
Graham menoleh ke belakang mendapatkan Bara dengan satu tangan dimasukan kedalam saku celana abu-abu dan satu tangannya lagi memegangi lengan tas. "Biasalah ada onar di sekolah!"
Tak ada jawaban dari Bara, akhirnya mereka berjalan memasuki lapangan, Al menerobos kerumunnan tersebut diikuti oleh teman-teman nya dibelakang Al. Sungguh terkejut bukan main, hatinya seperti di sayat-sayat oleh silet beberapa kali. Ini lebih sakit ketika Al mendapatkan ucapan pedas dari kakeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Albern [HIATUS]
Ficção Adolescente[WARNING! CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN TINDAKAN KEKERASAN, BIJAK DALAM MENYIMPULKAN!] AKAN DI REVISI ULANG SETELAH TAMAT --Saya tantang kamu untuk baca sampai chapter delapan-- -------------------------------------- Albern Aldrich Hadle...