Al memasuki rumahnya, jam dinding menunjukan pukul 01.00 malam. Pasti Nana sudah tertidur, Al tidak langsung memasuki kamarnya. Ia lebih dulu untuk pergi ke dapur.
Hendak Al ingin membuka pintu kulkas, Nana menepuk bahu Al "apa?" tanya Al melanjutkan kembali untuk mengambil minuman soda.
Nana menatap Al dengan iba, banyak luka lebam diwajah Al "bunda khawatir."
Al menyandarkan punggungnya pada meja makan "apa sih Al ga ngerti," ujar Al.
"Kamu berantem lagi, Al?" Al mengangguk kecil sembari meminum soda yang ada ditangannya.
Nana menghela nafasnya kasar "cukup sampai disini aja Al, jangan berantem lagi. Kamu ga kasihan sama wajah, tubuh kamu?"
Al terkekeuh "Al udah gede, ga usah khawatir," ucap Al sembari menyimpan minuman pada meja.
Al berjalan kecil menuju Nana "Al ngantuk, selamat malam bun" Al mencium pipi kanan-kiri Al bergantian.
"Malam kembali sayang."
Al menaiki tangga nya, ia sangat malas jika Nana ataupun ayahnya berada di dalam rumah. Al sudah terbiasa hidup dalam kesendirian di dalam rumah, meskipun kebutuhan pokok Al selalu tercukupi malah lebih.
Al merebahkan dirinya pada ranjang, malam ini cukup lelah. Ia menatap langit-langit atap mencoba untuk tenang dimalam yang semakin larut.
*****
Al mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, ia akan menjemput Ara pagi ini untuk ke Warbak terlebih dulu.
Matanya setengah kantuk, malam tadi Al tidak bisa tidur sama sekali. Ia hanya mengguling-gulingkan badannya dikasur, sialnya saat subuh tadi ia baru saja merasakan kantuk.
Al memarkirkan motornya di bagasi milik Ara, Al membuka helm fullface miliknya dijok motor.
Al berjalan menuju pintu Ara, ia mengetuk pintu rumah Ara beberapa kali. "Bel!" panggil Al.
Tidak ada sahutan.
Al mengetuk pintu tambah kencang "Bel lo bisa dengerin gue?" nihil. Lagi-lagi tidak ada sahutan di dalam si pemilik rumah.
Lebih baik Al mendobrak pintu rumah Ara, pikiran Al saat ini tidak bisa jernih.
"Oke dalam hitungan tiga," ucap Al pada diri sendiri.
"Satu."
Al sudah menyerongkan bahunya, pertanda ia sudah siap untuk mendobrak tahap selanjutnya.
"Dua."
Al mengambil posisi akhir, ia sangat siap untuk langkah terakhir.
"Tig--- aww!"
Saat Al memundurkan badannya untuk bergerak cepat kedepan, sial! Pintu rumah Ara terbuka. Hingga membuat Al terjatuh dibawah rok Ara.
Menampakan didepan Al, Ara sedang menatapnya. "Bocah!" umpat Ara, Al dapat mendengar umpatan dari Ara.
Al bangkit, ia menepuk kasar celana putih abu-abunya "gue kira lo mati!" ucap Al sembari mengingat-ngingat bagaimana ia terus memanggil nama Ara.
"Mangkan nya mau gue dobrak!" Ara yang mendengarkan ucapan Al hanya terkekeuh pelan.
"Ayo ah!" Ara mengajak Al untuk segera berangkat dari rumahnya.
Mereka berdua berjalan menuju motor Al yang terparkir di bagasi milik Ara, Al memakaikan helm pada Ara dan diterima dengan senang hati oleh Ara.
Mereka berjalan keluar gerbang rumah Ara, dan melanjutkan perjalannya menuju sekolah, bukan-bukan sekolah tapi warbak.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Albern [HIATUS]
Roman pour Adolescents[WARNING! CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN TINDAKAN KEKERASAN, BIJAK DALAM MENYIMPULKAN!] AKAN DI REVISI ULANG SETELAH TAMAT --Saya tantang kamu untuk baca sampai chapter delapan-- -------------------------------------- Albern Aldrich Hadle...