CHAPTER 1 - Bareng

168 41 42
                                    

Embun pagi sangat dingin, Al terbangun dari tidurnya dengan sisa nyawa yang masih hilang terbawa mimpi. Al menarik selimutnya dan tertidur kembali. Baru saja Al terbawa oleh mimpi, tak alarm berbunyi.

Al merasa kesal ia kembali terbangun "arghhh! lima menit lagi," gerutunya.

Alarm menunjukan pukul 05.19, entah terjadi apa pada diri Al, ia mengaktifkan alarmnya pukul 05.00. Katanya sih agar lebih terbiasa, katanya.

Lima menit sudah berlalu, Al masih tertidur pulas, dan sudah lima belas menit berlalu. Al terbangun dari tidurnya, ia terduduk dikasur untuk mengembalikan nyawanya.

Al beranjak dari ranjang tidurnya, ia memasuki kamar mandi untuk melakukan ritual mandi paginya. Setelah menghabiskan waktu sepuluh menit, Al keluar dari kamar mandinya. Dan langsung memakai seragam sekolahnya dengan berpakai atribut lengkap.

Al berjalan menuju cermin miliknya "gantengnya diri gue" gumamnya sembari menyisirkan rambut.

****

Al tengah berada di meja makan, Al tidak sarapan. Hanya saja sedang memainkan ponselnya, pikiran Al terus berputar pada saat melihat seorang cewe dibuly. Pikiran itu terus mengganggunya diisi kepala Al.

Al menarik rambutnya dengan frustrasi "arghh sial!" gerutunya pelan.

Al beranjak dari tempat duduknya, ia memutuskan untuk pergi dari rumahnya menuju warung belakang.

Al berada di bagasi, ia mengeluarkan motor miliknya. Tanpa lama Al pun langsung menaiki motor tersebut, dan beranjak dari perkarangan rumahnya.

Dalam perjalannan Al melihat cewe yang waktu itu dibuly, ia sangat ingat bagaimana bentukan tubuh cewe tersebut.

Al menghampiri cewe tersebut dengan kecepatan motor sangat rendah.

Al tapat berada disamping cewe itu, dengan melajukan motor sangat rendah "hei," sapa Al sembari menaikan kaca helm full facenya.

Sontak cewe itupun menoleh ke arah Al,  lalu memberhentikan langkahnya "kamu,"ucapnya pelan, seraya menunjukan jari ke arah Al.

Al pun ikut berhenti mematikan mesin motor miliknya. "Iya gue, Al" ucap Al sembari melepaskan helm full facenya.

"Ah iya! aku Daisi," ujar Daisi dengan tersenyum hangat.

"Mau bareng?" tawar Al.

Daisi menggeleng dengan cepat "engga usah deh Al! aku bisa sendiri," ucap Daisi.

"Gapapa, kapan lagi lo bisa bareng sama ketua geng yang tampan ini," ucap Al dengan angkuh.

Daisi terkekeuh kecil "oke deh ayo!"

Daisi menaiki motor Al.

Al melajukan motornya dengan kecepatan sedang, niat yang tadinya ingin kewarung belakang musnah sudah.

Dalam perjalannan tak ada yang membuka suara, keduanya saling diam. Al bingung mau memulai percakapannya, begitupun sebaliknya. Daisi pun bingung mau memulai percakapannya seperti apa.

"Eum ... Al" ucap Daisi.

Al yang melihat Daisi dari kaca spion motornya, gadis itu menggulungkan senyuman sangat manis.

"Kenapa Dai?" tanya Al.

"Ah engga!" elak Daisi.

"Tanya aja kali," ucap Al dengan pandangan lurus kedepan.

Daisi mengigit bibir bawahnya "aku takut," ujar Daisi.

Suara Daisi sangat terdengar sangat kecil ditelinga Al "ha?" ucap Al.

Daisi menggeleng-gelengkan kepalanya "ah engga," elak Daisi.

Al sangat penasaran apa yang dilontarkan oleh Daisi, Al menepikan motornya di sisi jalan.

"Kenapa sih? tadi lo ngomong apa?" tanya Al, Al menoleh kebelakang sembari membuka kaca helm full face miliknya.

"Aku takut," gumam Daisi.

Al menaiki alisnya dengan sebelah, ia tak paham maksud dari perkataan Daisi "kenapa?" tanya Al lagi.

"Eum ... engga deh, ayo berangkat." Ajak Daisi.

Al berdecih, ia membalikan kepalanya kedepan dan langsung menutup kaca helm full facenya.

Dengan kecepatan tinggi Al mengendarai motornya "pegangan" teriak Al.

Daisi memeluk pinggang Al dengan sangat kencang, ia benar-benar takut terjadi hal yang tidak diharapkan.

"Jangan ngebut," ucap Daisi dengan bibir bergetar.

Al memperlambat kecepatan motornya, Al membuka menaikan kaca helm dengan tangan kiri "maaf Dai" lirihnya.

Daisi mengangguk kepalanya tersenyum hangat.

****

Daisi dan Al telah sampai di parkiran sekolah, mereka berjalan melewati lorong sekolah. Banyak orang yang melihat keduanya dengan tatapan tidak suka, pasalnya Al yang dingin dan ketus itu mendekati Daisi. Mungkin saja orang yang tidak suka keakraban antara Al dan Daisi adalah orang yang kagum dengan Al. Pasalnya Al memang orang yang sedikit menantang untuk didekati.

Teman-teman Al datang, mereka berjalan menuju lorong sekolah kedua. Karna, lorong sekolah pertama selalu dipadati oleh orang-orang yang baru saja datang. Mereka tak langsung memasuki kelas, lebih dulu mengisi perutnya yang kelaparan. Dari sebrang sana Graham melihat Al sedang berjalan. Tunggu! Graham tidak tahu siapa gadis yang disebelah Al.

"Itu si Al kan?" tanya Graham pada teman-temannya.

Sean melihat kesekitar, ia tak melihat Al sama sekali.

"Kerjaan lo ngibul terus," ujar Sean yang masih melihat ke sekitar.

"Mata lo buta," bentak Dezan.

Sean geram, pasalnya ia tak melihat Al sama sekali "lo yang buta! mana ga ada kan dia!" seru Sean.

Graham menunjukan jarinya ke arah Al yang sedang berjalan, lalu tangan Graham mendekatkan pada mata Sean, dengan membuka kelopak mata Sean lebar-lebar.

"Mata lo buta" Sean menyengir tak berdosa.

Ara merasa heran, ia angkat berbicara "Al sama siapa? tumben-tumbennan."

Sean menoleh ke arah Ara "gue ga tau Ara" ujar Sean. "Ga usah cemburu gitulah ada gue" tambah Sean dengan memainkan kedua alisnya.

Ara memutar bola matanya malas "ya kali gue suka sama Al."

Sean pun terkekeuh kecil "gue bercanda kali Ra."

Ara menghela nafasnya kasar "ke kelas yu! pelajaran pertama kan pak Endang," ucap Ara pada teman-temannya.

Sean bangun dari tempat duduknya ia membungkukkan tubuhnya dihadapan Ara "biar tuan Putri sama Raja yang paling ganteng ini," ucap Sean sembari menggantungkan tangan nya dihadapan Ara.

Ara menepis tangan Sean "apa sih lo Yan!"

Sean berdiri tegap, ia menyandarkan tubuhnya pada meja "kapan lagi gue begini ke cewek," Graham yang melihat adegan antara Ara dan Sean pun berdecih kasar.

"Dari pada lo begitu terus sama Sean, mendingan lo beliin gue air minum Ra," timpal Dezan.

Bara melirik ke arah Dezan dengan tatapan tajamnya "hm!" deheman dari Bara.

"Iya Bar iya, gue bawa duit kok!" ucap Dezan sembari memperlihatkan uang berwarna merah lima lembar kearah Bara.

"Ayo Ra!" ajak Bara, Ara pun tersenyum hangat dan menganggukan kepalanya.

"Giliran sama si Bara yang dingin minta ampun aja mau lo Ra!" geram Sean.

Daniel menepuk bahu Sean "emang udah nasib lo Yan!" ucap Daniel seraya menyusul Ara dan Bara.

-----------------------------------------------------------

JANGAN LUPA VOTE + KOMEN DAN SHARE

Tbc.

Albern [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang