Bagian 3

12 3 0
                                    


Happy reading Guys 🔥🔥🔥

"Makan dan minum obatnya dulu Ca," ucap Farzan sambil meletakkan bubur dan obat di atas nakas. Caca hanya menatap ke depan tanpa menoleh ke arah Farzan.

"Hmm," ujar Caca dengan deheman.

"Gimana keadaan Kamu?" tanya Farzan sambil meletakkan punggung tangannya ke dahi Caca. Sebisa mungkin Caca menjauh sebelum Farzan meletakkan punggung tangannya.

"Kenapa Kamu seperti ini?" kini Farzan menatap Caca sinis.

"Pergi Om, aku gak mau makan dan minum obat sebelum Om mengembalikan hp aku," jawab Caca sambil menatap Farzan lekat. Sebisa mungkin Farzan tidak mau lemah hanya karena tatapan dari Caca. Tatapan Caca yang seperti inilah sering kali menjadi kelemahan Farzan.

"Tidak akan saya berikan, cepat makan dan minum obatmu!" gertak Farzan hingga membuat Caca terdiam seperti patung.

"Caca gak mau makan!"

"Kenapa Kamu kayak anak kecil sih Ca? Cepat makan atau Kamu memang mau sakit terus?" kini Farzan seakan mengintimidasi Caca. Caca hanya terpaku di tempatnya.

"Om Farzan jahat hiks ... hiks ...." Farzan mengacak rambutnya frustasi. Masih pagi, tapi Caca sudah membuat Farzan menjadi seperti ini.

"Akhhhh! Cepat makan dan minum obatmu. Jangan nangis seperti bayi! Saya mau ke kantor ada meeting penting hari ini!"

Brak!

Pintu dibanting kasar oleh Farzan, Caca hanya menangis dalam diam. Lidahnya seakan keluh untuk berbicara, sejenak Caca memandang bubur dan obat di atas nakas, kemudian Caca mengambil bubur dan obat itu. Tidak! Caca tidak memakan bubur dan meminum obat itu, Caca membuang bubur dan obat itu ke tong sampah.

"Kita lihat saja Om, sampai kapan Om akan dingin dan tidak peduli kepadaku," ujar Caca sambil menarik selimutnya untuk menutupi tubuh mungilnya yang kedinginan.

***

"Akhhh! Caca membuatku pusing!" teriak Farzan sambil membuang berkas yang di pegangnya ke sembarang arah.

"Ada apa denganmu Farzan?" tanya Abel-- sekretaris Farzan atau lebih tepatnya sahabat Farzan dari kecil.

"Tidak ada apa-apa," ujar Farzan dingin.

"Hmm, pasti gara-gara istri bocahmu itu kan?" tanya Abel sambil berjalan mendekati Farzan lalu memijat kepala Farzan.

"Hmmm."

"Kenapa Kamu tidak meninggalkannya saja dan pergi bersamaku?" kini Abel memandang lekat Farzan.

"Tidak akan pernah aku meninggalkannya. Sudah berapa kali aku bilang? Jangan pernah mengharap sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sudah! Lanjutkan kerjamu." Kemudian Farzan berlalu pergi untuk menenangkan pikirkannya.

"Cepat atau lambat Kamu akan menjadi milikku Farzan," ucap Abel sambil tersenyum smirk. Abel memang menaruh rasa pada Farzan sejak SMA, tapi Farzan tidak pernah menerima pernyataan cinta dari Abel. Karena menurut Farzan, Abel itu tidak lebih dari seorang sahabat.

***

Drt! Drt! Drt!

[ Ada apa Bi? ]

[ Non Caca badannya panas Den. Demamnya tidak turun dari tadi pagi ]

[ Apakah dia sudah minum obat? ]

[ Sudah Den, tapi sampai sekarang demamnya tidak turun juga ditambah batuknya juga tidak reda-reda ]

[ Baiklah saya akan segera pulang Bi ]

Tut!

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Farzan.

"Cepat antar saya pulang!" ujar Farzan kepada Eldrik yang sedang berada di dalam mobil lamborgini milik Farzan.

"Baik Bos."

***

"Di mana Caca sekarang Bi?"

"Non Caca ada di kamar Den," ucap Bi Lastri sambil menundukkan kepalanya.

"Baiklah." Segera mungkin Farzan berlari menuju ke kamar.

***

"Ma, kepala Caca pusing banget. Hidung Caca berdarah Ma," ucap Caca parau sambil beranjak  untuk mencuci mukanya ke kamar mandi. Meski langkah Caca tertatih-tatih Caca tetap memaksakan itu.

"Caca apakah Kamu baik-baik saja?" tanya Farzan sambil mengetuk pintu kamar.

"Caca gak kuat Ma. Kepala Caca pusing banget."

Brak!

Kemudian tubuh Caca terkulai lemas di lantai. Rasa pusing sekarang menguasai kepalanya. Darah segar juga ikutan mengalir di sudut hidungnya. Farzan yang sudah tidak sabar menunggu jawaban dari Caca, sesegera mungkin langsung masuk ke dalam kamar.

Ceklek!

"Caca," ujar Farzan sambil melihat tempat tidur yang cocok.

"Caca, Kamu di mana?" tanya Farzan sambil sedikit berteriak. Takut jika Caca kabur atau terjadi sesuatu dengan Caca. Kemudian Farzan melangkah ke samping almari, betapa terkejutnya Farzan ketika melihat Caca yang sudah tergeletak tak berdaya dengan darah yang keluar dari sudut hidungnya.

"Caca!" teriak Farzan panik. "Caca bangun! Kamu kenapa Ca." Tanpa menunggu lama Farzan langsung membopong Caca dan diletakkannya Caca ke tempat tidur.

"Eldrik!" panggil Farzan.

"Iya, Bos."

"Cepat telepon Dokter Jhon untuk datang ke sini!"

"Baik Bos." Tanpa menunggu lama Eldrik langsung menelepon Dokter Jhon--dokter pribadi keluarga Nico.

"Caca bangunlah! Kenapa Kamu seperti ini? Maafkan saya. Bangunlah Sayang," ujar Farzan sambil mengelus pipi mulus Caca. Terlihat raut wajah gusar dan khawatir ketika Farzan melihat Caca seperti ini.

FARCA ( Farzan & Caca )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang