Bagian 7

30 5 2
                                    


Happy reading 🔥⚠🔥⚠🔥

| Rapuh |

"Caca Kamu sudah bangun?" tanya Farzan sambil berdiri dan melangkah ke arah Caca.

"Iya, Kak. Kakak kenapa ada di kamar Caca?" Caca menatap Farzan sambil membenarkan posisi duduknya bersandar di kepala ranjang.

"Hanya ingin menemani Kamu," ucap Farzan tersenyum kemudian duduk di depan Caca.

'Apa Kak Farzan sudah mengetahui semuanya?' batin Caca sambil menatap Farzan penuh selidik, Farzan yang merasa ditatap oleh Caca hanya tersenyum.

"Kenapa natap saya kayak gitu? Pasti Kamu mikir kalau saya ini ganteng ya kan?" tanya Farzan sambil mencoel hidung Caca.

"Kenapa Kakak percaya dirinya tingkat 100? Caca gak mikir gitu," ujar Caca sambil membuang wajahnya ke samping.

"Ngaku aja deh, Kamu mikir saya ganteng kan?" tanya Farzan lagi sambil menusuk-nusukkan jari telunjuknya ke pipi Caca.

"Tidak, Kakak saja yang percaya dirinya tinggi."

"Caca, nanti malam ikut saya ya ke pesta rekan bisnis saya," ujar Farzan sambil mengelus rambut Caca pelan.

"Apa harus nanti malam?" tanya Caca menatap lekat Farzan.

"Iya, Kamu mau kan?"

"Iya Kak, Caca mau," ujar Caca sambil menunjukkan deretan giginya. Memang nanti malam rekan bisnis Farzan ada yang mengadakan pesta untuk pembukaan bisnis barunya. Farzan yang notabennya sebagai CEO yang terkenal sukses pastinya di undang dong. Itung-itung membuat Caca agar tidak mengingat kejadian tadi pagi.

"Yaudah, Kamu siap-siap dulu!" ujar Farzan kemudian beranjak pergi.

"Fyu, Kak Farzan gak tahu, selamat," ucap Caca sambil membuang napasnya. "Tunggu! Tapi kenapa ada bau salep dan perban di tangan dan kaki aku? Apa mungkin Kak Farzan yang mengobatinya? Jika memang iya pasti pria kesetanan itu akan marah besar, tapi ini dia nyantai saja. Apa mungkin yang mengobati ini Bi Surti?" Caca masih bertanya-tanya sambil mengetuk dagunya, setelah merasa tidak mendapat jawaban, akhirnya Caca beranjak untuk membersihkan diri.

***

"Kak," sapa Caca, seketika Farzan membalikkan dirinya ke belakang di mana Caca memanggilnya, pandangan Farzan tidak pernah lepas dari Caca. Baju yang cantik seperti orangnya, make-up yang tipis, gincu yang merah ranum, rambut yang curli, semua itu mampu membuat Farzan terpanah. Caca yang dipandang seperti itu oleh Farzan hanya menunduk malu.

"Kenapa Kamu menunduk Sayang?" tanya Farzan sambil mengambil dagu Caca.

"Caca malu Kak, Kakak lihatin Caca kayak gitu. Caca berlebihan ya Kak dandanannya? Kalau iya Caca akan ke kamar untuk memperbaik--" ucapan Caca terpotong ketika jari telunjuk Farzan sudah berada di bibir mungil miliknya.

"Husss! Kamu kalau banyak bicara tambah imut, Kamu cantik kok cantik banget," ucap Farzan sambil menangkup pipi Caca. Caca hanya tersenyum malu. Perban yang ada di tangan Caca dan kakinya tadi sudah Caca lepas, luka memarnya sudah tidak terlalu terlihat, jadi Caca memutuskan untuk melepas perbannya. 

"Kak Farzan jangan muji Caca kayak gini, Caca malu Kak," ucap Caca sambil menatap ke bawah.

"Kenapa harus malu? Saya ini suami Kamu, sudah sepantasnya saya memuji istri saya sendiri kan?" Farzan tersenyum, baru kali ini Farzan melihat Caca secantik ini. Jika Farzan bisa berkata, Farzan akan mengatakan 'PERFECTO'.

"Iya, Kak. Ayo berangkat nanti keburu malam," ucap Caca sambil gelagapan.

"Sebentar!" Farzan menarik tangan Caca ketika Caca akan masuk ke dalam mobil.

FARCA ( Farzan & Caca )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang