Happy reading 🔥🔥🔥"Gimana Viola? Apakah Kamu sudah menjalankan rencana kita?" tanya Abel pada Viola yang sekarang berada di gerbang sekolah. Abel dan Viola, mereka adalah adik dan kakak. Viola membantu Abel untuk menjauhkan Caca dari Farzan.
"Sudah dong, Kak. Viola gituloh," jawab Viola sambil bersedekap dada. Abel tersenyum puas atas kerja adiknya--Viola. Rasa ingin menjauhkan Caca dan Farzan begitu besar dan kuat. Abel tidak akan membiarkan Caca dan Farzan akan terus bersama.
"Baiklah, nanti malam kita lanjutkan rencana kita selanjutnya." Abel langsung pergi menuju kantor tempat dia bekerja, sedangkan Viola langsung masuk ke dalam sekolah sambil berpikir untuk membuat Caca lebih menderita lagi.
"Vi," sapa Agnes berlari menuju ke arah Viola. Viola tersenyum sambil melambaikan tangannya ke Agnes yang mendekat.
"Woi! Nes, lama gue gak lihat Lo. Asik banget Lo, kayaknya liburan," ucap Viola sambil menonyor kepala Agnes.
"Iya dong, hmmm, gimana kabarnya cewek cupu itu?" tanya Agnes sambil mengangkat satu alisnya. Viola hanya tertawa kemudian dia mulai membuka mulutnya untuk berbicara.
"Aman. Dia bakalan menderita," ujar Viola sambil mengangkat ibu jarinya.
***
Suasana kelas tampak sedikit sepi menurut Caca, karena Alice sakit dan tidak masuk sekolah hari ini. Rasa was-was menyelimuti perasaan Caca, mau tidak mau Caca harus bisa melewati hari ini sendiri. Biasanya ada Alice yang akan selalu membelanya jika teman-teman Caca lainnya sedang membuli Caca terang-terangan.
Tatapan para murid begitu sinis, Caca membuang napasnya kasar berharap murid-murid yang memandangnya tidak akan berbuat macam-macam. Tiba-tiba saja ketika Caca ingin melangkahkan kakinya untuk menyusuri koridor sekolah ada tangan yang menarik Caca dab membawanya ke arah toilet.
"Lepasin gue!" bentak Caca sambil berusaha melepaskan cekalan tangan orang itu.
"Tidak akan pernah. Lo harus menderita dulu, CACA!" bentakan itu tepat berada di depan wajah Caca.
"Kita apakan dia, Vi?" tanya Agnes sambil bersender di dinding toilet sembari bersedekap dada.
"Beri pelajaran pada CUPU ini!" Viola mulai mengambil satu air dalam bak dengan gayung.
Byur!
Disiramkannya air itu hingga membasahi sragam Caca. Caca hanya bisa diam sambil terisak, percuma melawan Viola karena Viola dibantu oleh teman-teman lainnya yang berjumlah lima orang.
"Kenapa Lo nglakuin ini, Vi? Apa salah gue sama Lo?"
"Karena Lo sudah rebut kebahagiaan kakak gue, CACA!" Caca diam. Apa? Merebut kebahagiaan Kakaknya Viola? Caca tahu Kakak Viola saja tidak.
"Apa maksud Lo? Gue saja tidak pernah melihat atau mengenal kakak Lo," ucap Caca sambil mengusap wajahnya yang terkena air.
"Lo gak perlu tahu siapa kakak gue! Karena Lo hanya menjadi perusak kebahagiaan dia," ujar Viola sambil menunjuk wajah Caca.
"Pergi, Guys! Biarkan dia menangis tersedu-sedu di sini. Hahahaha." Viola tertawa pecah kemudian disusul oleh ke lima temannya.
"Hahahaha."
Viola pergi meninggalkan Caca yang sudah basah. Caca diam, Caca masih bingung dengan perkataan Viola.
"Kenapa kalian tega seperti ini kepadaku?" Caca mencoba bangkit dan mengganti sragamnya dengan sragam cadangan yang sudah disediakan sekolah di alamari samping toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARCA ( Farzan & Caca )
Teen FictionVote terlebih dahulu sebelum BACA! Sifat Farzan yang keras membuat Caca merasa tidak betah untuk terus bersama Farzan. Akankah Farzan dan Caca bisa bertahan dalam rumah tangga yang membuatnya tidak bahagia? Farzan--CEO muda yang sukses banyak diga...