Happy reading 🔥🔥🔥| Aku seperti ini karena cinta mencintaimu |
Bruk!
Prank!Farzan membanting vas bunga yang ada di kamar Caca, Caca hanya bisa diam sambil memilin ujung selimutnya. Caca takut jika Farzan akan menyakitinya lagi. Suasana sangat menakutkan bagi Caca, Caca yang masih bersifat kekanak-kanakan mudah untuk menangis jika dibentak sedikit.
"Om, aku--" belum selesai Caca mengucapkan perkataannya Farzan lebih dulu memotongnya, Farzan sudah mencoba mati-matian untuk tidak menyakiti gadisnya sekarang ini. Sekuat apa pun mencoba Farzan masih bisa kelepasan jika sedang marah besar.
"DIAM!" Farzan membentak Caca.
Tangan Farzan terkepal kuat sambil meremas pecahan vas bunga yang dibantingnya. Darah segar mulai merembas ke sela-sela jarinya. Caca hanya terisak, ingin sekali mengobati tangan Farzan yang terluka tapi takut jika dibentak lagi. Napas Farzan sudah tersengal-sengal tak beraturan, sekali hentakan foto Caca dan dirinya yang ada di atas nakas sudah hancur berkeping-keping. Caca hanya menunduk diam, tidak tahu harus berbuat apa lagi. Pecahan beling sudah berserakan di lantai putih itu.
"Om, maafkan Caca hiks ...." Caca hanya bisa menangis sekarang ini, berharap Farzan akan memaafkan dan tidak menyakitinya.
"Apa Kamu mau MATI? HA?!" Caca hanya bisa diam menunduk, perkataan Farzan berhasil membuat luka di hatinya. Kenapa Farzan bisa setega ini dengan Caca? Selimut yang Caca pegang sudah basah karena air mata Caca. Farzan menatap Caca tajam, ekor matanya menyipit, sudut bibirnya tertarik ke atas dengan tampang yang menyeramkan.
"Caca gak sengaja buang obat itu Om, maafkan Caca," ujar Caca sambil menatap Farzan.
"Kamu bilang gak sengaja? Terus kenapa Kamu buang obat ini di tempat sampah?!" Farzan memegang dagu Caca dengan erat, Caca hanya meringis sekali mulutnya berteriak pelan.
"Caca cuma gak mau minum obat aja Om," alibi Caca sambil mengeluarkan cairan kristal yang sudah tidak bisa terbendung lagi.
"Saya tidak mau dengar alasan kamu! Kamu itu emang ...."
Plak!
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Caca, Caca memegang pipinya yang terasa sakit. Farzan yang menyadari perbuatannya langsung menurunkan tangannya, rasa bersalah mulai menjalar di hatinya.
"Caca, Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Farzan sambil memegang pipi Caca, Caca menepis tangan Farzan ketika Farzan hendak meyentuh pipinya.
"Jangan pegang Caca, Om! Sekarang Caca tahu. Om itu jahat!" Caca langsung berhambur ke luar kamar dengan langkah tertatih-tatih. Ck! Ayolah, niat Farzan itu baik hanya saja perlakuan Farzan yang posesive dan kasar membuat Caca semakin tidak krasan.
"Caca!" Farzan berteriak sambil berlari mengejar Caca.
"Om Farzan jahat, Pa. Caca pengen pulang hiks ... hiks ...." Caca menangis sambil berjalan tak tentu arah, pandangannya kosong.
Tujuan Caca sekarang ini adalah terbebas dari Farzan untuk sementara waktu. Caca sakit, Caca tertekan. Di usianya yang masih belia dia harus menerima hal seperti ini. Caca yang masih polos, Caca yang seperti anak kecil hanya ingin dimengerti.
"Caca Kamu di mana?" Farzan masih berteriak sambil memanggil nama Caca. Sesekali Farzan menjambak rambutnya kasar, Farzan kalut, kenapa dia bisa kelepasan seperti ini? Farzan berkali-kali memukul tangannya sendiri.
"Tangan ini yang sudah membuat semuanya berantakan akhh!" teriak Farzan yang sudah bingung.
[ Saya ada tugas untuk Kamu dan anak buahmu, cari Caca di mana pun berada! ]
[ Baik Tuan ]
Benda pipih silver berlogo apel setengah itu diremas dengan kuat, hingga akhirnya Farzan membuangnya tak tentu arah, dibiarkannya mata orang-orang menatapnya tajam. Farzan tidak peduli soal itu, sekarang yang terpenting adalah Caca, Caca harus pulang bagaimanapun keadaannya.
"Papa, hiks ... hiks ...." Caca terus menangis dan berjalan, hingga suara bariton seorang pria berhasil membuatnya tersadar.
"Nona Caca. Anda harus pulang!" ujar anak buah Farzan yang berhasil menemukan Caca.
"Tidak, aku tidak akan pulang!" bentaknya. Anak buah Farzan hanya bisa mengelus dadanya ingin sekali berbuat kasar, tapi diurungkan niatnya takut jika Farzan akan memenggal kepalanya.
"Ayolah Nona Caca, Tuan Farzan sudah menunggu Anda di rumah," ujar Mars--anak buah Farzan yang terkenal berbadan kekar.
"Aku tidak mau, lepaskan aku!" Caca semakin memberontak. Mau tidak mau anak buah Farzan mengambil tindakan terakhir, di pegangnya kedua tangan Caca dan salah satu dari mereka langsung membekap mulut Caca menggunakan sapu tangan yang sudah diberi obat bius.
"Maafkan saya Nona Caca," ujar Juventus-- orang yang telah membius Caca.
"Kenapa kita melakukan ini? Jika Tuan Farzan tahu, pasti pria kesetanan itu akan memenggal kepala kita!" kini pria berbadan tegap itu juga ikut menyela.
"Ini satu-satunya cara. Jika kita tidak membawa Nona Caca pulang pasti kita akan kena murkanya pria tidak waras itu. Lebih baik membawa Nona Caca pulang dengan cara seperti ini dari pada kita pulang tidak membawa apa-apa. Tuan Farzan akan tambah murka jika seperti itu," ujar Juventus, sedangkan pria yang berada di sampingnya--Venus hanya menganggukkan kepalanya pertanda dia setuju. Tanpa menunggu lama akhirnya Caca dibawa pulang.
***
"Ini Bos, Nona Caca," ujar Jupiter sambil mengarahkan tangannya ke arah Caca.
"Kerja bagus, tapi kenapa dia pingsan!" Kini Farzan mulai meneliti wajah anak buahnya satu persatu.
"Maafkan kami Bos, kami terpaksa membiusnya karena Nona Caca memberontak!" semua anak buah Farzan hanya menunduk takut. Takut jika Farzan tiba-tiba menembaknya tanpa ampun.
"Baiklah, bawa Dia ke kamar!" tidak menunggu waktu lama, anak buah Farzan langsung membawa Caca ke dalam kamar diikuti dengan Farzan yang berada di belakangnya.
"Kalian boleh pergi!" setelah anak buah Farzan pergi, Farzan mengunci pintu kamar dan menuju ke arah tempat tidur di mana Caca dibaringkan.
"Kenapa Kamu selalu membuatku seperti ini Sayang? Kamu tahu kan kalau saya mencintai Kamu. Saya tidak mau kalau Kamu sampai kenapa-napa," ujar Farzan sambil mengelus pipi Caca yang memar akibat tamparan darinya.
"Maafkan saya Caca, saya telah membuat luka di pipi Kamu terutama di hati Kamu, tapi saya janji saya akan melindungi Kamu bagaimanapun keadaannya." Setelah mengatakan itu Farzan langsung memeluk tubuh Caca dari samping. Luka di pipi Caca segera Farzan obati dengan salep untuk luka memar.
"Cepat bangun Sayang," ujar Farzan kemudian pergi untuk membersihkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARCA ( Farzan & Caca )
Teen FictionVote terlebih dahulu sebelum BACA! Sifat Farzan yang keras membuat Caca merasa tidak betah untuk terus bersama Farzan. Akankah Farzan dan Caca bisa bertahan dalam rumah tangga yang membuatnya tidak bahagia? Farzan--CEO muda yang sukses banyak diga...