Chapter 3

539 48 7
                                    

"Mmmmph, nnnngh," desahan keduanya menyelinap dari mulut saat mereka masih dengan asyik menikmati percumbuan mereka.

Sejenak mereka saling menatap setelah melepaskan ciuman. Keduanya sama-sama menyadari bahwa tak ada sehelai benang pun yang menghalangi mereka. Hanya selimut yang membalut mereka sampai pada bagian pinggang dan kehangatan yang memeluk jiwa mereka sehingga membuat keduanya tak mampu bersuara.

Mean berada di atas Plan dan ia membelai kepala Plan perlahan dan lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mean berada di atas Plan dan ia membelai kepala Plan perlahan dan lembut. Sementara tangan Plan mengalung di leher Mean dan perlahan ia menarik kepala Mean ke dekatnya dan meraih bibirnya untuk menciumnya.

Mereka berciuman lagi. Kali ini lebih dalam dan lebih hangat. Mereka melakukannya tanpa banyak berbicara sebab saling sentuh dan jamah saat itu adalah manifestasi komunikasi yang paling jelas di antara keduanya.

"Unnngh, aaaa, nnnnngh," lenguh Plan menggoda naga Mean dan membuatnya semakin besar dan keras. Ia terus menelusup masuk ke dalam lubang Plan dan memaju mundurkannya dengan penuh semangat.

"Nnnnngh, so gooood!" lirih Mean sambil terus menghujamkan  bagian bawahnya ke dalam lubang Plan.
Dua bagian itu bertautan erat. Bibir dan bagian di antara selangkangan itu seolah mengumandangkan bahwa tubuh mereka begitu kompatibel satu sama lain.

"Ungghhh, Meaaaan, aaaa," desah Plan lembut dan itu membuat Mean tersentak. Dia sangat suka mendengarnya. Percayalah, Jida tak pernah memanggil namanya meski sama meracaunya. Jida lebih sering menjerit dan melenguh panjang, tapi tak pernah sekalipun berbisik lembut menyebut namanya di telinganya sambil mendesah panjang seperti yang dilakukan Plan malam itu.

Apapun yang terjadi pada malam itu, Mean harus akui bahwa itu adalah pengalaman cinta yang terbaik dalam hidupnya. Mereka melakukannya delapan babak.

Keduanya sama-sama membuktikan bahwa mereka tahan di ranjang. Bagi Mean, delapan babak itu adalah rekor pencapaian sebab ia dan naganya belum pernah mengalami percintaan yang senikmat dan semenuntut itu.

Plan di atasnya adalah pemandangan yang terbaik. Tubuh Plan yang lebih sintal dan sebenarnya putih dan mulus dibandingkan dengan Jida membuatnya berpikir kembali kenapa ia tak pernah jatuh cinta kepada temannya ini. Padahal mereka sudah saling mengenal lama dam cukup akrab juga.
Mau bagaimana lagi? Mereka hanya teman, tentu tak berbagi bagian dalam secara percuma.

"Meaaaan, unggghh, udaah, mmmmph," desah Plan. Ia menoleh dan menarik kepala Mean dari belakangnya dan mereka berciuman lagi. Mean masih menghujamkan naganya ke dalam lubang Plan dari belakangnya sebab mereka tengah bergaya spooning.

"Plaaan, nnnnngh, ooooo," desah Mean dan keduanya jatuh terkulai karena mencapai puncak kenikmatan bersamaan.

***
Plan bangun dari tidurnya sebab sinar matahari yang menembus gorden menyilaukan matanya. Ia menatap tangan kekar yang melingkar di pinggangnya dan kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

STUCK WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang