Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi

Bab 2: Apa Kamu Bahagia?

23K 2.2K 85
                                    

Hanin menghembuskan napas kesal. Ini memang bukan pertama kalinya aku curiga kalau Dirga selingkuh. Selama pacaran dengan Dirga, mungkin ini sudah yang keenam kalinya atau lebih. Hampir setiap tahun, aku selalu curiga Dirga selingkuh.

Masalahnya hubunganku dan Dirga dimulai dengan tidak baik. Dirga menjadikan aku selingkuhan, ketika dia masih punya pacar. Tentu saja aku tidak tahu apa-apa. Ketika hubungan kami sudah hampir berjalan satu tahun, aku baru tahu semuanya.

Saat aku mengetahuinya, Dirga sudah memutuskan pacarnya. Namun, tetap saja di empat bulan pertama aku pacaran dengan Dirga, dia masih berhubungan dengan cewek lain di fakultasnya.

Jelas saja aku marah besar. Aku menamparnya, lalu minta maaf pada mantannya. Aku mengatakan pada cewek itu, kalau sama sekali nggak tahu Dirga sudah punya pacar. Untungnya aku nggak menghadapi adegan sinetron di mana si cewek akan menjambak rambutku atau menyiram wajahku dengan es jeruk.

Dirga terus memohon padaku untuk memaafkannya. Hubungan kami sempat terombang-ambing tanpa status selama hampir dua tahun. Aku sulit memaafkan Dirga, sementara dia terus mengejarku dan berusaha menebus kesalahannya.

Melihat kesungguhannya, lama kelamaan aku luluh. Apalagi aku sudah terlanjur mencintainya begitu dalam, dan melupakan segala kenangan yang sudah terjadi nggak semudah itu. Akhirnya kami kembali bersama di tahun ketiga kami saling mengenal.

Setelahnya, Dirga berusaha membuktikan kalau dia sudah berubah. Kami juga jarang bertengkar lagi. Tak kusangka, hubungan semasa kuliah itu bertahan sampai sekarang, di saat umurku sudah menginjak 28 tahun. Secara tidak langsung, hidupku sudah bergantung pada Dirga.

Aku dan Dirga beda tiga tahun. Saat aku semester 1, Dirga sudah hampir lulus. Kami kenal karena aku ikut UKM fotografi. Saat aku masuk ke UKM itu, Dirga sudah menjadi mentor yang mengajar berbagai teknik profesional. Tadinya aku nggak terlalu tertarik dengan fotografi, tapi melihat Dirga yang sangat passionate dengan itu, aku jadi tertarik untuk belajar lebih banyak darinya. Dari sana, kami mulai dekat dan hubungan ini berlanjut sampai sekarang.

"Lo mau sampai kapan curiga terus sama Dirga? Kalau lo terus-terusan begini, gimana lo bisa bilang kalau lo sudah siap menikah sama Dirga?" omel Hanin.

Kedua bahuku melemas. Hanin benar. Kadang aku merasa kalau Dirga sangat mencintaiku. Membuatku yakin kalau hidup kami akan terus bahagia sampai waktu yang lama. Namun, di saat tertentu, kecurigaanku suka tumbuh tanpa bisa dicegah, entah apa sebabnya. Otakku terus menebak-nebak apa saja yang Dirga lakukan di luar sana tanpa sepengetahuanku.

"Udah berkali-kali lo begini, tapi gue heran kenapa lo masih aja bertahan sama dia? Coba gue tanya, jawab yang jujur, apa lo benar-benar bahagia sama Dirga?"

Aku tidak menjawab pertanyaan Hanin. Padahal kurang dari lima belas menit yang lalu aku baru saja mengungkapkan dengan jelas kalau aku bahagia dengan Dirga. Namun, kenapa sekarang lidahku tidak bisa digerakkan untuk mengulang jawabannya?

"Gimana lo bisa bahagia kalau hubungan kalian cuma diisi kecurigaan. Tahu Dirga ketemu cewek cakep dikit, lo langsung cemburu buta dan kepikiran macam-macam. Dirga nggak ngasih kabar beberapa jam aja, lo udah uring-uringan nggak jelas. Sebenarnya gue heran kenapa lo bisa sebucin ini sama dia?"

"Tapi kali ini gue yakin kalau firasat gue nggak salah." Aku membela diri.

"Firasat, firasat, terus firasat! Lo terlalu mengelu-elukan firasat lo, seolah lo punya kemampuan khusus untuk meramal sesuatu! Padahal sepanjang yang gue tahu, kebenaran dari firasat lo itu kurang dari satu persen. Setiap kali lo curhat ke gue kalau curiga soal Dirga, lo selalu bilang kalau firasat lo pasti benar, blablabla ...," Hanin terus mengomel.

Over Again (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang