"Sayang ...."
Aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh pipiku secara bergantian di pipi kanan dan kiri. Begitu membuka mata, aku langsung mendapati Dirga sudah duduk di pinggir kasurku. Sebelum aku benar-benar bereaksi, cowok itu sudah merebahkan dirinya di sebelahku dan memelukku erat.
"Kangen banget ...."
Tanpa mengatakan apa pun, aku membalas pelukannya. Kini bibirnya tidak berhenti mengecup puncak kepalaku.
Ini sudah hari Minggu. Dirga bilang, dia baru bisa menemuiku sore hari, karena ada urusan lain yang nggak bisa ditunda. Kemarin sore, dia bilang kalau diajak merayakan ulang tahun temannya di salah satu club malam. Tadinya dia menawariku untuk ikut, tapi aku keburu malas karena ajakannya sangat mendadak dan hanya memberi tahuku lewat pesan. Jadi aku menolaknya dan langsung pulang ke apartemen setelah bertemu Hanin.
Aku melirik jam tangan Dirga. Rupanya ini sudah pukul delapan malam. Pantas saja Dirga sudah menutup tirai di kamarku dan menyalakan lampu. Padahal ketika aku tidur tadi, hari masih siang, dan tirai kamar kubuka lebar-lebar.
Melihat kemeja yang dipakai Dirga, otakku langsung berputar cepat. Urusan apa yang dilakukan Dirga di hari Minggu, sampai membuatnya berpenampilan serapi ini?
Ingin sekali aku menanyakannya. Namun, lidahku mendadak kelu ketika mulutku sudah terbuka. Kenapa aku masih saja mencurigainya, di saat sikapnya sangat manis begini?
"Sayang ..." Panggilku pelan. Aku berusaha melepaskan pelukan Dirga yang begitu erat.
"Kenapa?"
"Kamu masih sayang sama aku nggak sih?" tanyaku dengan wajah cemberut. Hanya Dirga yang bisa membuatku berubah menjadi sangat manja begini.
"Tenang aja, Yang. Pelet yang kamu beli masih berfungsi kok." Dirga terkekeh, kemudian mengecup keningku sangat lama. "Aku masih tergila-gila banget sama kamu."
Mau tidak mau, senyumku merekah sangat lebar. Cukup dengan kalimatnya yang diiringi dengan kekehan itu, seluruh cemas yang mengisi otakku langsung musnah.
Sejak dulu, Dirga selalu bilang begitu. Setiap kali ditanya, "Kenapa kamu sayang sama aku?" Maka Dirga akan menjawab, "Loh, kok kamu tanya aku? Bukannya kamu yang pakai pelet supaya aku bisa tergila-gila sama kamu?"
Kemudian kalau kami sudah lama tidak bertemu, Dirga akan menghujani wajahku dengan kecupan seperti barusan, lalu berkata, "Kamu beli peletnya harga berapa juta sih, Sayang? Kenapa setiap hari aku selalu tergila-gila sama kamu. Rasanya kangen terus sama kamu."
Bagaimana aku nggak meleleh setiap kali Dirga berkata begitu? Kalau sudah begini, seluruh keyakinanku untuk menikahinya terasa utuh. Segala hal yang ada pada Dirga sudah bisa kuterima dengan baik. Mulai dari kebiasaan buruknya yang suka malas mandi, juga segala sifat menyebalkannya yang kadang suka berlebihan mengatur gaya pakaianku.
Sampai setengah jam kemudian, kami hanya menghabiskan waktu di kasurku dengan saling berpelukan. Seperti yang sudah pernah kubilang, hubunganku dengan Dirga nggak sesederhana itu. Kami sudah sering having sex sejak aku masih kuliah. Dia memang bukan laki-laki pertama untukku. Tapi dia laki-laki pertama yang kucintai mati-matian, dan selalu bisa memuaskan aku.
Dan yang membuatku semakin merasa kalau Dirga merupakan laki-laki yang sempurna adalah ketika dia selalu bisa memahamiku. Dia nggak pernah asal mengajakku having sex semaunya. Walaupun kami jarang bertemu dan kangen banget, dia nggak pernah sembarangan menggerayangi tubuhku seolah aku barang miliknya yang bisa dia pakai seenaknya.
Dirga selalu menghargaiku dalam segala aspek. Tangannya nggak pernah mengambil kesempatan dalam kesempitan, meski aku hanya memakai kamisol tipis tanpa bra di hadapannya. Paling dia hanya memelukku dan memberikan hujan kecupan seperti barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Over Again (COMPLETED)
RomantizmKaraleya curiga kalau pasangannya selingkuh, dan berusaha membuktikannya. Namun, dalam usahanya membuktikan, ia bertemu Jian, laki-laki yang mengalihkan perhatiannya dari rasa curiga terhadap sang kekasih. *** Karaleya merasa curiga kalau Dirga-keka...
Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi