7 ; Pulang Ke Bandung

221 29 8
                                    

Sekarang adalah hari sabtu. Chaeyeon sedang menunggu Haechan datang kerumahnya. Ia berencana ke Bandung pagi ini bersama dengan Haechan naik motor. Walau memang memakan waktu yang lebih lama naik motor, tapi Chaeyeon menikmati sensasi di jalan. Sesekali ia ingin bertraveling ria naik motor.

"Kamu beneran mau ke Bandung sama Haechan berdua naik motor? Kan Haechan ga ada SIM Chaey" Chaeyeon yang hendak memasukkan sendok ke dalam mulutnya terhenti mendapati mamanya bertanya.

"Mama belom tau ya, Haechan udah nembak SIM dari ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu xixixi" ucap Chaeyeon dengan cekikian kemudian melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda.

"Dih kok bisa, tau gitu kamu sama Chaer juga Mama tembakin SIM" Chaeyeon dapat melihat mamanya agak merajuk setelah mengetahui fakta baru mengenai keponakannya.

Rencana Chaeyeon setelah sampai di Bandung ada 2, yang pertama ia ingin mengobrol sebentar dengan Chaeryeong kemudian pergi berjalan-jalan dengan teman sekolahnya di Bandung. Ugh Chaeyeon sudah tidak sabar bertemu dengan Kim Chaewon, sahabat karibnya itu. Banyak hal yang ingin ia ceritakan secara langsung dengan sahabatnya itu.

"ASSALAMUALAIKUM" Chaeyeon yang sedang minum tiba-tiba tersentak setelah suara teriakan datang dari luar rumahnya.

"Walaikumsalam" balas mama Chaeyeon pada Haechan yang baru saja masuk.

"Sumpah ya Chan. Kaya toa mesjid" Chaeyeon berdiri, menghampiri wastafel dan mencuci piring bekasnya makan. Ia segera meletakkan piring di tempatnya semula dan mengeringkan tangannya.

"Kata Chaeyeon kamu udah punya SIM? Kok?" Haechan terkikik mendengar pertanyaan mama Eunbi.

"Papa yang ngurusin ke temennya Ma, waktu itu kan Haechan sempet ketilang ga punya SIM. Anak ketilang, papa bertindak. Kaya cinta ditolak dukun bertindak gitu" mama Eunbi tertawa mendengar penjelasan Haechan. Memang keponakannya ini pintar sekali melawak. Mungkin suatu hari nanti ia bisa menjadi pelawak.

"Bisa bisanya" ucap mama Eunbi sambil menggelengkan kepala pelan.

Haechan memanggil mama Chaeyeon bukan dengan kata 'Tante' melainkan 'Mama', entah ia sudah terbiasa memanggil demikian sejak kecil. Ia juga merasa sangat dekat dengan tantenya apabila memanggilnya mama.

"Chan ayok" Haechan menoleh mendapati Chaeyeon yang sudah mengenakan ransel yang tidak terlalu besar menghampirinya.

"Dah siap?" tanya Haechan dan dibalas dengan jempolan tangan Chaeyeon. "Dah, ayok" Chaeyeon dan Haechan menyalimi mamanya dulu sebelum mereka berangkat. Supaya sampai ke tujuan selamat.

Chaeyeon melambaikan tangan pada mamanya sebelum ia dengan Haechan meninggalkan komplek perumahannya. Asik ia bisa travelling sendiri-maksunya berdua, bukan sendiri. Jam 8 pagi Chaeyeon pilih sebagai jam yang mungkin tidak terlalu sibuk. Ia ingin sampai ke Bandung sebelum jam 1 siang, supaya tidak terlalu sore.

Sinar matahari mulai terasa terik seiring dengan mulai jauhnya Haechan mengemudikan motornya. Beruntung jalanan Jakarta cukup lenggang sehingga Haechan dan Chaeyeon tidak berada diantara kemacetan Jakarta yang luar biasa. Jam sudah menunjukkan pukul 10 lebih. Chaeyeon diam sedari tadi agar tidak membuyarkan pikiran Haechan ketika menyetir. Meski hanya naik motor vario, Haechan sangat gesit mengemudikan motornya. Haechan menepikan motornya sejenak ke salah satu gerai minuman thai tea yang masih sepi, mungkin baru buka.

"Turun, gue haus. Pantat gue kalo tepos kasian, susah nyemokin nih" ucap Haechan mengode Chaeyeon untuk turun, ia melepas helm dan menurunkan maskernya. Phew, setidaknya ini lebih melegakan untuk Haechan.

"Lo pikir pantat gue ga sakit" Chaeyeon memanyunkan bibirnya sejenak kemudian turun dari motor Haechan. Baru kurang lebih 2 jam perjalanan pantatnya terasa nyeri karena terlalu lama duduk.

Who are you ; Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang