bukan hilang tapi, tersimpan rapi

14 2 0
                                    


Hari ini gue siap lebih awal, sesuai perintah pak uus -guru olahraga-. Gue akan mewakili sma ikut seleksi futsal tingkat kota

Sampai di sekolah gue gabung dengan beberapa orang yang mewakili cabang olahraga berbeda. Gue ga tertarik untuk kenalan dan melilih main game

"semuanya kumpul di lapang" seru pak uus, sekitar 10 orang ada disini

"baik kita akan berangkat 5 mnt lagi, pastikan semua peralatan yang kalian butuhkan sudah terpenuhi" ingatnya

Gue sedikit lega ninggalin kls hari ini, soalnya sejak gue jailin jesica dia gak nongol tuh 3 hari di hadapan gue, dan kls pun aman tapi membosankan

"dek teteh bareng kamu ya berangkat nya" pinta salah satu senior gue, gue balas dengan anggukan.

Kita bicara panjang lebar yang akhirnya alamat dia tetanggaan sama tempat tinggal gue

Sampai di gor olahraga wakikota, kita di beri arahan dan menacari tempat seleksi masing-masing

Dari sekolah gue ada 2 orang perwakilan ternyata, dia anak IPS seangkatan sama gue namanya fitri. Gue gabung dengan yang lain untuk antre daftar ulang dan mengambil no urutan

Selesai beberapa tes, akhirnya kita di bentuk 6 tim, dan katanya yang menang nanti akan melawan tim inti futsal persib. Hah demi apa ada tim itu disini? Gue males ketemu dia sumpah. Semoga aja gada, doa gue dalam hati

Pertandingan pertama di menangkan tim gue, tapi lawan selanjutnya cukup kuat hingga skor akhirnya seri. Diakhir dengan adu finalti dan di menangkan tim gue. Fitri bagus juga mainnya dan gue ngerasa nyaman kalau dia jadi rival gue

Selesai istirahat pertandingan di lanjutkan, dan skor kita seri sampai di menit akhir gue cetak gol pembawa kemenangan. Bentar, lawan futsal persib dong

"hey ka!" teriak orang di belakang gue. Auto buang muka gue liat wajah dia. Orang yang selalu gue hindari selama ini jika kalian penasaran dia adalah rival gue saat SD. Tapi dia bongkar rahasia gue ke nyokap kalo gue ikut sepak bola yang akhirnya gue dimasukin pesantren. Ngerusak hidup gue kan? Niatnya dia pengen yakinin orang tua gue agar bisa masuk sekolah atlet, tapi waktu itu ga tepat waktu nya

Gue langsung nyamperin fitri bareng anggota tim yang lain, gue minta jadi cadangan ke coach namun di tolak mentah-mentah

"saya lemas coach, beri saya bangku cadangan" mohon gue

"kalau kamu butuh istirahat kita bisa panding pertandingan nya" kekeh dia, akhirnya gue nyerah dan ikut pertandingan

Baru di mulai 15 mnt, liat gue yang nguasain bola salah satu pemain lawan ngelanggar gue, kaki gue terkilir shit kalau bukan lagi main udh gue abisin dia

Gue liat elsa marah ke temen yg ngelanggar gue, sedangkan gue di bantu jalan keluar lapangan. Akhirnya gue ga ngelanjutin main

Tim gue kalah tipis dengan skor 2-1. Gue si bodo amat dan pengen cepat pulang. Kaki gue udh mendingan di benerin asisten coach yang lebih pantes jadi tukang pijit deh hhe

Gue di bantu jalan sama fitri, dan di tengah lorong gue dihadang cewe dengan rambut pendek nya. Yaa itu elsa yang tdi gue bicarain

"kita perlu bicara kak, udah 3th lebih" jelasnya, fitri yang ngerti isyarat gue pergi ninggalin kita berdua di lorong gor

"apalagi?" tanya gue

"gue tau gue salah, gue minta maaf. Bukannya rasa sakit itu tidak nampak melainkan berdampak?"

"sekedar masa lalu" balas gue dingin

"kak gue berjuang sampai sejauh ini demi lu, dulu lu pernah bilang kan. Gue harus jadi pemain bola hebat yang diakui banyak orang?" suaranya bergetar dan menundukkan wajahnya menahan tangis

KelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang