ketentuan

10 2 0
                                    

Hari-hari mengerikan sudah berlalu, semua berjalan cepat tanpa bisa di hadang sedikit pun. Ulangan tengah semester sangat mengganggu aktifitas santai gue, huft UTS aja udah ribet apalagi Ulangan kenaikan kelas. Yang jelas gamungkin gue tinggal kelas ya kan?

"baju seragam apa teh?" tanya ruhita, salah satu anggota kamar gue

"marching ta"

"aku mau jadi manjorette kalau ikut marching di SMK ku nanti, aku gamau sekolah di SMA ini, suasananya membosankan" cerocos rema, yaa seperti yang kalian baca dia itu tinggi akan gengsi dan sombong. Gajauh beda sih sama tokoh utama wkwk

Gue gak menanggapi ucapannya dan segera keluar kamar menuju sekolah yang pastinya wiwi udah nunggu di bawah. Dia orang nya super disiplin dan selalu perfect dalam tampilan ataupun waktu

Semua pemain bersiap dan menaiki bus untuk segera sampai di tempat tujuan. Alun-alun kota kembang menjadi tujuan utama kharisma nada band

Tepat pukul 08:00 file comandder mengambil alih permainan, di mulai mengelilingi alun-alun dan Display di akhir

Tidak terasa kini sudah menunjukkan pukul 12:30, selesai istirahat dan sholat kita makan di salah satu lestoran terdekat

Gue ngerasa ada sesuatu rasa yang aneh dalam diri gue, semacam sedih? Tapi karena apa? Gue gatau

Gue mengabaikan rasa itu dan berkeliling sebentar bersama yang lain sebelum kita pulang

Sampai di sekolah gue di hadapkan paman gue, dia seumuran gue. Gak biasanya dia datang selain hari minggu. apa sesuatu yang buruk terjadi? Gue mengenyahkan fikiran buruk itu dan segera menghampirinya

"ada ap-

Belum selesai gue bertanya dia langsung motong ucapan gue "pulang bareng amang, jangan bawa motor" gue tersentak dengan ucapannya

"apa sesuatu yang buruk terjadi?" tanya gue menghentikan langkah, dia berbalik arah dan tersenyum, menarik tangan gue tanpa memberikan jawaban

Sampai di parkiran motor dia buka suara "tuhan lebih sayang kakek kamu, dia sudah istirahat dengan tenang. Setidaknya kamu ada di saat pemakamannya" beri tahu dia yang membuat hati gue seolah tersambar petir

Gue tau, gue salah. kakek gue semakin buruk keadaan nya dan gue gapernah pulang belakangan ini meski sering paman ini -ah gue manggilnya siom. jemput dan ngebujuk gue untuk pulang, tapi gue selalu punya alasan. Gue emang masih sakit hati sama sikapnya, dan entah kenapa gue susah banget memaafkannya

"antar aku pulang om" dan langsung naik di motor besarnya, ditengah perjalanan gue nangis. Gue nyesel gak pernah nemui dia, terakhir gue jenguk dia pas bareng temen gue. Itu juga cuma salam tanpa suara apapun lagi

Gue sampai di depan rumah yang di tandai bendera kuning. Gue masuk dan melihat sanak sodara yang sedang ngaji yasin. Gue di sambut dengan hangat kecuali satu sodara laki-laki, dia natap gue tajam. Gue gak peduli dengan tatapan nya. Dan langsung ikut ngaji

Selesai di kafani, anak nya yang lain menganggakat tubuh kaku itu keatas pasaran, hampir semua yang ada disini menangis. Bagaimana pun juga dia kakek gue meski gue kecewa dengan sikapnya

Kami berjalan beriringan ke pemakaman, selesai talqin kita bergegas pulang. Gue memutuskan pulang kerumah untuk ganti baju sebelum berkumpul kembali ke rumah alm

Tak lupa gue menulis di note kecil, itu kebiasaan gue kapan gue menginjakkan kaki ke rumah dan apa alasan gue pulang

Gue menyurahkan semua rasa bersalah pada note itu, dan itu memakan waktu cukup lama

Flashbck

"kenapa keras kepala dan memilih masuk sekolah SMK atlet?" tanya nya "kakek harap kamu tidak menjadi pembangkang, lihat dirimu sudah 3th di pesantren apa yang bisa kamu lakukan? Dan sekarang kamu ingin melanjutkan sekolah atlet, apa kamu sudah gila?" ucapannya pedas menikam ulu hati

KelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang