CHAPTER 3

158 113 39
                                    

"Apaan itu ditangan?" Selidik Sofia sesampainya Putri di dalam rumah.

Putri hanya menatap Sofia datar
Sementara Ratu sudah duluan masuk ke kamar.

"Buku ma."

"Beli buku lagi buku lagi, bisa ga sih kamu itu hemat dikit, kaya Ratu tuh ga pernah beli beli barang, lagian apasih guna beli kaya begitu?!" Sofia langsung mencerocos panjang.

Dimatanya buku yang dibeli Putri hanya kumpulan kertas yang akan jadi sampah.

"Tapi ini diskon kok ma." Putri mengangkat sebuah buku dan menunjukkan label harganya.

"Mau murah kek mahal kek kan ujung ujungnya cuma jadi sampah, sekali dibaca abis itu apa?! Udahlah malas mama ngomong sama kamu."

Sofia meninggalkan Putri bungsunya yang masih termenung di pintu masuk

'Yah paling engga mama akhirnya mau ngomong sama gue.' Putri mengangkat bahunya acuh.

[Besoknya]

"Putri bagi sejarah dong!"

Putri mengeluarkan buku bersampul coklat dari dalam laci, ia kemudian membuka sebuah halaman yang berisi hasil contekannya dari google.

"Yang no.7 lo ubah ya, soalnya itu pendapat masing-masing."

"Udahlah sama aja kan kita sehati"

//Blushh//

Putri salah tingkah, antara senang dan jijik. Dia menatap ke meja lalu beralih kedinding, ke papan tulis, ke apa saja yang bisa dilihatnya.

"Gila lo win pagi-pagi udah buat uwuphobia gue kumat!" ujar Nakia sambil menggetok kepala Erwin.

Erwin cengengesan, melihat perubahan di wajah Putri membuatnya senang. Yah dia memang sukanya sama Ratu, tapi Putri tetap temannya dari kecil kan dan menjahili teman itu sebuah kewajiban penting

"Makasih sayang!" Erwin menempelkan buku tadi ke pucuk kepala Putri dan berlalu pergi kembali ke bangkunya, meninggalkan Putri yang sudah semerah tomat.

...

"Huaaa bosaan..." Ratu menggeliat di atas tempat tidur "Put, jalan-jalan yok!"

Putri hanya melirik sekilas ke arah tempat tidur Ratu lalu kembali membaca buku.

"Engga ah gue mau namatin nih buku."

"Ah elah, ngapa ga dibawa ke sekolah aja sih, biar cepet bacanya!"

"Big no. Alasan pertama nanti rusak kalau di bawa kesekolah, kedua takut ada yang minjem, ketiga takut kebablasan baca waktu jam pelajaran."

"Iya iya terserah deh."

'Empat, nanti gue makin dikira nerd karena baca beginian disekolah' pikir Putri sambil melirik novel fantasi 568 halaman baru miliknya.

Putri terus lanjut membaca bukunya. Tapi kini aneh, pandangannya memburam dan kepalanya terasa berat.

"Ratu!" Sekarang Putri yang memanggil Ratu

"Iya?"

"Badan gue kok engga enak ya?"

"Hah?" Ratu beranjak ke tempat tidur Putri yang hanya berjarak empat langkah. Tangan kanan Ratu memegang kening Putri sementara tanagn kirinya memegang keningnya sendiri.

"Iya dong anget, ntar ya gue buatin teh hanget!" 

"Gue demam bukan sakit upacara!"

"Kata anak PMR 'apapun penyakitnya teh hanget obatnya' gitu"

"Bacotanmu~~"

15 menit kemudian

"Lo buat teh anget atau nunggu chat doi sih? Lama banget!" Erang Putri dari tempat tidur

"Udah bagus gue masih mau buatin teh bukannya berterima kasih malah--"

"Makasih kakakku sayang!" potong Putri malas mendengar celotehan panjang Ratu.

"Gimana udah enakkan?"

Putri menggosok-gosok dagunya -berpikir

"Memang teh anget mantan anak pmr itu yang terbaik!" Putri mengangkat jempolnya.

"Besok lo ga usah sekolah aja dulu-"

"Sekolah!"

"Tapi kan lo masih-"

"Gue mau sekolah!"

"Tap-"

"Sekolah!"

"LO MOTONG PEMBICARAAN GUE SEKALI LAGI GUE LEMPAR LO KE TANAH!"

Putri tertawa terbahak-bahak mendengar Ratu emosi, "Maaf Maaf, tapi gue pengen sekolah besok..."

'Nanti kalau gue ga sekolah sehari bisa-bisa satu kelas langsung ngelupain gue'

"Yaudah tapi ijin aja ya pas pelajaran pjok, ntar lu pingsan gue yang repot."

"Loh itukan tanggung jawab anda sebagai kakak." Canda Putri.

"Gue kakak lo bego bukan pembantu!"

...

ATAKORAKA [JAN 2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang